Best Picture meskipun lebih sering menjadi lambang akan film dengan sisi teknis berkualitas tinggi ataupun film dengan pesan cultural movement yang kental, pada kenyataannya tak hanya berbicara soal sisi teknis film semata. Lebih dari itu, piala Best Picture yang sedari awal ditujukan kepada produser suatu film, juga menjadi semacam penghargaan terhadap visi sang produser dalam mempersembahkan film hingga bisa dinikmati dan memberi dampak bagi masyarakat luas.
The Lord of The Rings: The Return of The King garapan Peter Jackson misalnya, menjadi jawara di kategori Best Picture setelah sebelumnya 11 kategori berhasil dimenanginya dari total 14 nominasi yang diterimanya. Karena selain menjadi penutup trilogi epik yang memiliki visual luar biasa, juga menjadi penghargaan atas adaptasi karya JRR Tolkien yang berhasil divisualisasikan dengan baik.Â
TLOTR dianggap sebagai karya modern yang mampu menghidupkan semangat akan literasi klasik yang mungkin sempat terlupakan oleh generasi muda di era modern.Â
Titanic garapan James Cameron juga seperti itu. Selain karena terus merajai puncak box office hingga gelaran Oscar 1998 diumumkan atau sekitar minggu ke-14 sejak rilis awalnya, Titanic juga dianggap sebagai paket lengkap sebuah film yang mungkin saat ini akan sulit ditemukan. Total 14 nominasi diterima Titanic dengan 11 diantaranya dimenangkan termasuk kategori pamungkas, Best Picture.
Titanic berhasil menjadi salah satu contoh peraih Oscar di era modern yang berhasil menggabungkan unsur hiburan, prestisius dan inovasi di saat yang bersamaan.Â
Unsur hiburannya ada pada cerita cinta cheesy khas Romeo & Juliet yang begitu mudah diterima orang bahkan menjadi all-time favorite banyak orang. Unsur inovasi jelas tak lepas dari sosok James Cameron yang visioner, dimana berhasil menghidupkan visualisasi Titanic dan katastrofinya dengan begitu detail dan halus, meskipun di tahun tersebut teknologi masih sangat terbatas.
Sedangkan unsur prestisiusnya tak lain karena Titanic tak hanya menjadi film terlaris di dunia pada saat itu namun juga hampir menyapu bersih semua kategori yang ada sebelum diumumkan bahwa mereka juga layak menerima Best Picture. Tentu sangat berbeda dengan kondisi saat ini, dimana film-film peraih Best Picture belum tentu memperoleh pendapatan luar biasa di pasaran atau bahkan berhasil sapu bersih ragam kategori yang ada.
Namun pasca Titanic dan LOTR, justru film-film bergenre arthouse yang kembali mendominasi perolehan Best Picture. Tak ada lagi film blockbuster yang memperolehnya bahkan Avatar sekalipun. Maka ketika wacana Endgame akan dikampanyekan untuk masuk nominasi Best Picture, tentulah menjadi semacam angin segar karena sudah lama Best Picture tak dimenangkan oleh film blockbuster seperti ini.