Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Dirt", Realita dan Sisi Liar Mötley Crüe dalam Biopik Sarat Nostalgia

29 Maret 2019   16:47 Diperbarui: 29 Maret 2019   20:26 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Plug me in
I'm alive tonight
Out on the streets again
Turn me on
I'm hot to stop
Something you'll never forget
Take my fist
Break down walls
I'm on the top tonight -
 
Live Wire by Motley Crue

Nama Motley Crue di Indonesia mungkin tak sebesar grup musik rock legendaris lain semisal Queen, Guns n Roses ataupun Bon Jovi. Lirik yang bisa dibilang menjauhi unsur cinta-cintaan namun mengandung banyak umpatan kasar, unsur seksual, alkohol bahkan narkoba, menjadikan Motley Crue sebagai band yang cukup segmented dan tentunya memiliki basis penggemar tersendiri.

Namun bagi para penggemar rock klasik, nama Motley Crue sering diibaratkan sebagai salah satu "nabi" dalam perkembangan musik rock dunia. Kontribusi mereka dalam membangun era rock klasik dimana vokal tinggi dan sayatan gitar agresif begitu mendominasi, tentu saja tak bisa dipandang sebelah mata. 

Motley Crue (popculture.com)
Motley Crue (popculture.com)
Tak hanya itu, band yang digawangi Nikki Sixx(bass), Tommy Lee(drum), Mick Mars(gitar) dan Vince Neil(vokal) tersebut, di awal karir mereka justru lebih dikenal dengan sensasi dan kenakalannya yang out of the box.

Meskipun tak bisa dipungkiri, berbagai penghargaan tertinggi di dunia musik hingga angka total 41 juta kopi atas penjualan album mereka di seluruh dunia, pada akhirnya turut menyertai perjalanan karir mereka yang gemilang hingga pantas menyandang sebutan legenda.

Sempat bongkar pasang personil dan beberapa kali hiatus karena satu dan lain hal, Motley Crue pada akhirnya benar-benar pensiun dari dunia musik di tahun 2015 silam.

Sebelum akhirnya mengumumkan kembalinya mereka ke panggung musik dunia di tahun 2018 lalu, seiring dengan proyek musik baru yang mereka garap untuk kebutuhan film biopik mereka yang ditayangkan secara eksklusif di Netflix.

movieweb.com
movieweb.com
The Dirt kemudian menjadi judul film biopik tersebut yang diangkat dari buku otobiografi mereka di tahun 2001 silam berjudul The Dirt: Confessions of The World's Most Notorious Rock Band.

Buku The Dirt sendiri merupakan kolaborasi antara Nikki Six, Vince Neil, Tommy Lee dan Mick Mars, bersama dengan penulis New York Times, Neil Strauss. Maka bisa dipastikan, isi buku tersebut sangatlah jujur dan detail membahas berbagai topik seputar naik turunnya karir mereka, hingga ke sisi personal termasuk berbagai tindakan nakal dan hedonis mereka.

Film Jujur yang Mengungkap Sisi Lain Motley Crue
Berangkat dari buku otobiografi, The Dirt menjelma menjadi sebuah film biopik yang cukup berhasil menampilkan potret Motley Crue pada masa itu. Tak hanya latar Amerika era 80-an yang mampu ditampilkan dengan cukup detail dan otentik, penampilan para aktor dalam memerankan anggota Band Motley Crue pun langsung mampu menarik perhatian sedari awal.

Planetrock.com
Planetrock.com
Douglas Booth(Jupiter Ascending)sebagai Nikki Sixx, Iwan Rheon (Game of Thrones) sebagai Mick Mars, Daniel Webber (The Punisher) sebagai Vince Neil, hingga rapper Machine Gun Kelly sebagai Tommy Lee, masing-masing mampu menampilkan penampilan yang cukup mirip dan meyakinkan. Bahkan pada salah satu cuitan media sosial, mantan drummer Dream Theater,Mike Portnoy, memuji penampilan Machine Gun Kelly di film ini yang disebutnya sangat mirip dengan Tommy Lee asli baik gestur tubuhnya maupun cara bermain drumnya.

Dua poin awal tersebut yaitu latar waktu dan penampilan tokoh, tentunya sudah cukup untuk membuat kita terbang ke masa lalu dan mengikuti kisah perjalanan karir mereka sedari awal dengan cukup meyakinkan. Maka dari itu, unsur berikutnya yang tak boleh dilupakan tentu saja kekokohan cerita dan penuturan kisah asli yang aktual.

planetrock.com
planetrock.com
Sama seperti film biopik pada umumnya, The Dirt memulai kisahnya dengan berfokus pada pentolan band Motley Crue, Frank Carlton atau dikenal dengan sebutan Nikki Sixx. Masa kecil Sixx yang kurang bahagia menjadi alasan bagaimana Ia tumbuh menjadi seorang musisi yang liar dan susah diatur namun di satu sisi juga berkharisma.

Film pun kemudian bertutur dengan dinamika cukup cepat, seperti awal pertemuan Sixx dengan Lee, Neil dan Mars, hingga bagaimana mereka memulai karir dengan penolakan dan anggapan remeh banyak orang.

Pertemuan mereka dengan Ozzy Osbourne hingga menjadi band pembuka dalam konser-konser Osbourne juga tak luput dari penceritaan film ini. Karena seperti kita tahu, Crue dan Osbourne menjadi semacam dynamic duo pada masa itu, dimana jika mereka berdua ada dalam konser yang sama, maka bisa dipastikan tiket akan terjual habis.

Layaknya film biopik pada umumnya juga, film kemudian berutur mengenai jatuh bangun mereka di industri musik hingga pada akhirnya menjadi salah satu legenda musik yang cukup disegani. Tak hanya itu, hubungan personal pun juga dibahas pada film ini meskipun tak begitu kuat.

Rollingstone.com
Rollingstone.com
Namun, film ini juga melakukan pendekatan yang cukup berbeda dengan film biopik musisi pada umumnya. Jika film biopik lebih sering melakukan pendekatan sentimentil lewat kisah naik turun karir atau drama percintaan yang mengharu biru, The Dirt justru tidak seperti itu.

Layaknya bukunya yang berhasil menampilkan realita sisi liar Motley Crue yang membuat pembacanya tak habis pikir dengan kisah mereka, film ini pun mencoba memvisualisasikannya semaksimal mungkin. Bisa dibilang, unsur-unsur pada film dokumenter komedi nan nyeleneh yang cukup terkenal di seluruh dunia, Jackass, menjadi unsur kuat yang berpadu dengan unsur penceritaan khas film biopik pada umumnya.

Moviemylife.com
Moviemylife.com
Meskipun pemberitaan tingkah laku nyeleneh si anak-anak nakal Motley Crue menjadi berita yang cukup hangat pada masa itu, namun mungkin banyak juga yang belum melihat seperti apa kejadian sesungguhnya. Dan lewat film ini kejadian-kejadian aneh tersebut berhasil terekam dan mampu membuat kita geleng-geleng kepala. 

Satu set tv yang dilemparkan dari balkon hotel hingga merusak mobil yang terparkir di bawahnya, bermain-main dengan urin bersama vokalis yang tak kalah nyeleneh, Ozzy Osbourne, kemudian menyalakan petasan di dalam hotel, hingga kecintaan mereka pada klub striptis, sex dan narkoba, menjadi beberapa contoh bagaimana kenakalan mereka mampu ditampilkan dengan cukup gamblang di film ini. Di satu sisi mungkin banyak adegan yang cukup menjijikkan, tapi itulah fakta si anak-anak nakal Motley Crue.

Dibenci Kritikus, Dicintai Penonton

Hypeable.com
Hypeable.com
Jika anda mengunjungi situs rotten tomatoes, anda akan menemukan bahwa film ini masuk kategori rotten dengan skor dibawah 50%. Namun menariknya, dari sisi penonton 85% sepakat bahwa film ini menyenangkan dan worth untuk ditonton.

Fenomena yang cukup mirip dengan awal kemunculan film Bohemian Rhapsody kala itu, meskipun pada akhirnya Bohemian Rhapsody berhasil naik dan mencapai skor di kisaran 60% serta membawa Rami Malek mendapatkan penghargaan Oscar.

Para kritikus menganggap bahwa film ini tampil tanpa hati, lompatan antar adegan yang sangat cepat, hingga banyaknya adegan yang tak perlu karena hanya menampilkan konten vulgar, sex dan pemakaian obat-obatan saja. Tak salah memang anggapan para kritikus tersebut.

Film ini memang tampil cukup berbeda dan cenderung menyerupai Bohemian Rhapsody dalam hal lompatan antar adegan. Ditambah dengan banyaknya adegan yang terlalu vulgar dan aneh, membuat film ini tak ada bedanya dengan film Jackass.

Hanya saja bagi para fans dan penikmat musik, film ini cukup berhasil mendatangkan nuansa nostalgia. Wajah aktor yang dibuat mirip, visualisasi kenakalan mereka yang sangat otentik, penceritaan latar belakang tiap anggota Motley Crue meskipun tidak detail, hingga deretan tembang Greatest Hits Motley Crue yang bergantian muncul di sepanjang film, menjadikan The Dirt layaknya sebuah wahana nostalgia yang kokoh. Dan sutradara Jeff Tremaine(yang memang dikenal lewat film Jackass), cukup berhasil mengangkat momen nostalgia para fans juga para penikmat musik.

laughofspin.com
laughofspin.com
Itulah mengapa antar kritikus dan penonton terjadi gap penilaian yang cukup signifikan. Kritikus melihat sisi teknis film yang cukup berantakan, sementara fans melihat sisi nostalgia yang berhasil dibangun dalam film. Nampaknya, film ini memang dibuat sesuai idealisme Motley Crue tanpa keinginan untuk 'menyenangkan' para kritikus.

Sama seperti bagaimana penggambaran ulang konser Live Aid begitu memesona penonton Bohemian Rhapsody, The Dirt pun berhasil menampilkan suasana panggung megah khas Motley Crue kala mereka tur di sepanjang Amerika. Serta tak lupa juga visualisasi drum set berputar di udara khas Tommy Lee, yang semakin membangkitkan momen nostalgia bagi penonton.

Tidak Sempurna Namun Cukup Menyenangkan

slashfilm.com
slashfilm.com
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, The Dirt pada dasarnya merupakan sajian film yang cukup berantakan dari sisi penceritaan. Sisi emosional dan humanis dari tiap-tiap anggota band juga tak pernah diangkat dengan cukup matang. Tak lupa, bagaimana alasan mereka mencintai musik yang mereka garap hingga bagaimana nama Motley Crue bisa tercipta pun tak pernah benar-benar diceritakan dengan cukup detail. 

Praktis, film ini nampak seperti Bohemian Rhapsody yang di beberapa adegan penting justru tampil begitu cepat tanpa penjelasan kuat. The Dirt justru berfokus pada kisah kenakalan anak-anak band tersebut, hingga melupakan unsur-unsur penting yang seharusnya ada pada film biopik seperti misalnya latar belakang kisah yang kuat, sisi emosional yang cukup tinggi, hingga adegan titik balik yang merubah jalan hidup mereka selamanya.

Thewrap.com
Thewrap.com
Hanya saja, latar 80-an, setting panggung hingga tampilan sinematografi menawan dari Toby Oliver(Get Out, Insidious: The Last Key), cukup menutup segala kekurangan film ini. Penampilan para aktor khususnya Machine Gun Kelly pun cukup memukau. Mereka cukup meyakinkan tampil sebagai Motley Crue, baik ketika di atas panggung maupun dibawah panggung.

Tak lupa, deretan lagu lawas semisal Live Wire, Shout at the Devil hingga Merry Go Round, ditampilkan bersamaan dengan visualisasi yang menarik meskipun tidak cukup kuat dalam menampilkan sisi emosional atau kisah dibalik lagu-lagu tersebut. Ya, cukup menyenangkan untuk berdendang dan bernostalgia di sepanjang film yang tak sempurna ini.

Penutup

rollingstone.com
rollingstone.com
The Dirt yang saat ini sudah masuk ke tab trending dan popular di Netflix, tentu saja bukan jenis film yang akan masuk proyeksi Oscar. The Dirt dengan segala idealisme penceritaannya, hanya menjadi sebuah film yang ditujukan untuk melepas dahaga nostalgia bagi anda penggemar Motley Crue ataupun penikmat musik rock klasik. 

Namun bagi anda yang memang menyukai film biopik musisi dengan cerita yang ringan, film ini tentu saja bisa menjadi pilihan. Cukup duduk dan nikmati visualisasi era 80-an beserta tembang hits Motley Crue yang terus muncul bergantian di sepanjang film, sambil melihat tingkah laku konyol, unik dan vulgar anak-anak band yang menjadi musuh banyak orang sejak awal kemunculan mereka.

The Dirt bisa menjadi pilihan tontonan bagi anda yang ingin menghabiskan akhir pekan di rumah. Tapi ingat, banyaknya konten dewasa semisal adegan sex, visualisasi penggunaan narkoba hingga kata-kata kasar, menjadikan film ini hanya cocok dinikmati oleh usia 18 tahun keatas. Jadi, jangan sampai nonton ketika anak-anak masih bermain di sekitar ruang keluarga ya, heuheu.

Skor 6,5/10 untuk film yang cukup enjoyable meskipun cenderung berantakan sisi penceritaannya ini.

Selamat menyaksikan. Salam rock n roll ! Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun