Sementara Patty mewakili kaum perempuan yang nampak terjebak dengan doktrin bahwa istri tidak boleh "mendahului" suami dalam hal pembicaraan masalah ranjang dan kehamilan, sehingga diam adalah pilihan yang tepat. Padahal, komunikasi jelas menjadi faktor utama dalam hubungan sebuah keluarga.
Dengan poin-poin itulah film ini semakin menegaskan posisinya sebagai film yang mengangkat tema girl power. Sebuah tema yang nampak relevan, entah sebagai pembelajaran akan kondisi di masa lalu ataupun sebagai pengingat akan kontribusi wanita di era modern ini.
Kaya akan Kebudayaan Australia
Suasana dan aktifitas di pusat perbelanjaan yang seru namun juga sedikit menyebalkan akibat beragamnya sikap konsumen, mampu ditranslasikan ke dalam visual yang penuh warna, hangat dan ceria. Sehingga kita seakan turut dibawa ke dalam suasana ceria sekaligus diperkenalkan pada budaya berbelanja masyarakat Sydney di musim liburan.
Dimana detail kostum di film ini digarap dengan begitu maksimal dan mampu memberikan gambaran meyakinkan akan pengaruh mode yang dibawa oleh para imigran asal Eropa, kepada masyarakat kelas menengah atas Australia di masa itu.
Poin kedua adalah begitu kentalnya aksen Australia lengkap dengan bahasa slang seperti penyebutan "refos" bagi kaum refugee atau imigran. Tak hanya itu, Australia yang kerap dikenal sebagai negerinya kaum budak di masa lalu, kerap disindir dalam beberapa jokes sarkas yang cukup mengocok perut.
Tak lupa, suasana natal yang cukup unik di Australia pun berhasil disajikan dengan sangat baik. Seperti kita tahu, natal di Australia berbarengan dengan liburan musim panas negara tersebut. Sehingga jika kita biasanya menyaksikan latar salju pada film-film Hollywood berlatar akhir tahun, dalam film ini kita justru disuguhi serunya suasana natal sekaligus liburan musim panas yang hangat.
Penutup
Tone yang ceria juga semakin membangun mood bahagia ketika selesai menyaksikan film ini. Tak lupa, pesan yang kuat tentang emansipasi wanita menjadi pesan yang dominan dan cukup mengena dalam film ini.Â
Hal lainnya ada pada scoring yang meskipun bagus, namun cukup terdengar membosankan karena monotonnya tipe scoring yang digunakan. Namun begitu, segala kekurangan tersebut sejatinya tak mengurangi keasyikan dalam menonton film ini.
Jadi, apabila tertarik langsung saja cek jadwal FSAI di kota anda. Karena film ini sangat disayangkan tidak masuk ke bioskop reguler Indonesia. Dan jangan lupa saksikan juga film Australia lainnya di FSAI, agar menambah referensi film dari benua yang terkenal akan eksotisme budaya serta lanskap alam liarnya yang cukup ekstrim tersebut.