"Makhluk terkuat yang diciptakan Tuhan bukanlah singa, harimau ataupun gajah. Makhluk tersebut adalah wanita." -Period. End of Sentence
Berbicara tentang menstruasi, sejatinya merupakan hal yang begitu biasa bagi wanita modern. Kehadirannya memang terkadang mampu merubah mood hingga mempengaruhi semangat beraktifitas sehari-hari. Namun kehadirannya pun sudah mampu diatasi, berkat hadirnya berbagai macam produk pembalut juga alat kebersihan organ kewanitaan lainnya.
Begitupun di Indonesia, produk pembalut wanita merupakan sebuah produk biasa yang dengan mudahnya ditemukan di berbagai minimarket modern hingga warung-warung tradisional.Â
Tercukupinya ketersediaan produk tersebut membuat setiap wanita kini tak perlu khawatir jika periode menstruasi datang menghampiri tiap bulannya.
Namun tidak dengan para wanita di Distrik Hapur yang terletak 60 km dari kota New Delhi, India. Area seluas 660 km persegi yang dihuni oleh sekitar 1,3 juta penduduk tersebut, memiliki penduduk wanita yang mayoritasnya belum mengenal apa itu produk pembalut wanita. Jangankan produk pembalut, edukasi tentang menstruasi saja belum merata di wilayah tersebut.
Tidak mendetailnya edukasi tentang menstruasi, kurangnya distribusi produk kesehatan organ kewanitaan di wilayah tersebut, hingga sistem patriarki yang cukup ketat, menjadi beberapa sebab mengapa para wanita di wilayah tersebut tidak memiliki akses mumpuni perihal menstruasi dan alat kesehatan organ kewanitaan lainnya.
Tak hanya menyediakan mesin dan produk, namun juga memberi edukasi perihal menstruasi, serta membuka lapangan kerja baru bagi para wanita di area tersebut. Untuk itulah The Pad Project perlu memfilmkan apa yang menjadi misi mereka, agar kampanye ini bisa dilihat khalayak lebih luas.
Adalah Rayka Zehtabchi, sutradara asal Iran yang kemudian digaet The Pad Project untuk membuat film dokumenter pendek yang mengangkat problem yang terjadi di wilayah yang membutuhkan tersebut.
Berjudul Period. End of Sentence, film dokumenter ini memulai proses pembuatannya di tahun 2016 silam dan di tahun 2018 lalu mulai dirilis di Amerika Serikat, dengan Netflix sebagai distributor globalnya.
Edukasi Menstruasi Bagi Distrik Hapur
Para pria misalnya, mereka menjawab bahwa menstruasi adalah penyakit cukup parah yang diderita wanita. Sementara wanita menganggap hal tersebut sangat tabu dibicarakan karena para suami dan ayah mereka tak akan mau memberikan penjelasan sebenarnya. Dan para remaja perempuan pun hanya mengetahui bahwa ketika hari pertama menstruasi, mereka tak akan pergi ke sekolah karena tidak diperbolehkan.
Maka jangankan membersihkan area kewanitaan dengan benar, untuk menahan darah yang keluar pun mereka hanya menggunakan kain tebal yang diganti secara berkala. Tentu saja hal tersebut tak hanya menyulitkan, namun juga tak higienis dan pastinya cukup membuat malu beraktivitas.
Di sinilah edukasi dari The Pad Project perihal menstruasi harus dilakukan, jika tidak mau para wanita di Distrik Hapur mengalami pembatasan aktivitas selamanya.
Tak hanya itu, edukasi penggunaan pembalut pun harus masif dilakukan, agar penetrasi penggunaan pembalut di negara India yang hanya sebesar 12% dari total penduduk wanita di sana, bisa lebih besar lagi.
Wanita di negara tersebut jelas sangat layak mendapatkan edukasi terbaik serta produk kewanitaan yang bersih, aman dan tak menyulitkan aktivitas mereka.
Tak Hanya Sekadar Kisah Sepotong Pembalut
Apa yang kemudian membuat film ini layak mendapatkan piala di ajang oscar lalu tentu saja ada di dalam isi penceritaannya. Dengan cerdasnya, Rayka Zehtabchi mampu merangkum isi dokumenter ini dengan cukup detail, padat dan berisi, hanya dalam waktu kurang lebih 25 menit.
Hingga pada akhirnya para wanita itu pun berhasil mengedukasi lebih banyak lagi wanita di wilayah lainnya sekaligus menjual produk homemade mereka. Sebuah mata rantai yang tentunya tersambung dengan amat baik dan memberikan hasil positif.
Kemandirian dan Rasa Hormat yang Muncul Bagi Wanita
Ya, hanya dari kisah sepotong pembalut kita jadi mengetahui bahwa menstruasi berpengaruh cukup besar terhadap kehidupan wanita di Distrik Hapur.
Melalui film ini juga kita bisa melihat bagaimana kaum pria pada awalnya ikut andil dalam "menghambat" aktivitas wanita di sana. Para tetua pria sebenarnya mengetahui apa itu menstruasi, namun terhalang oleh stigma negatif dan tabu jika membahas hal tersebut kepada wanita. Meskipun pada akhirnya, di sini juga kita bisa melihat bagaimana perubahan mindset kaum pria pada akhirnya terjadi meskipun belum begitu drastis.
Bahkan Sneha yang merupakan salah satu wanita yang difokuskan kisahnya pada film ini, merasakan efek langsung di mana sang suami berubah lebih menghargai dirinya setelah dirinya bekerja di pabrik pembalut.Â
Alih-alih hanya diam di rumah setiap hari, para wanita di wilayah tersebut kini juga ikut berkontribusi pada kenaikan ekonomi daerahnya melalui produksi pembalut sederhana.
Kemandirian yang diberikan bagi mereka jelas menumbuhkan kepercayaan diri yang berimbas pada produktifitas yang luar biasa. Produktivitas yang tak hanya berguna bagi keluarganya namun juga bagi daerah sekitar mereka.
Hanya dari sepotong pembalut, para wanita kini bisa ikut bekerja di pabrik. Hanya dari sepotong pembalut, para petani wanita kini tak perlu malu beraktifitas di luar. Dan hanya dari sepotong pembalut, anak-anak remaja tetap bisa belajar dengan nyaman tanpa harus melewatkan hari-hari sekolah mereka ketika menstruasi datang.
Pesan Untuk Gerakan Konkrit di Seluruh Dunia
Seperti di Afrika misalnya, hampir 50% wanita di sana masih belum mengenal dengan baik apa itu menstruasi dan fungsi pembalut yang higienis. Untuk itulah, melalui film ini diharapkan akan semakin banyak gerakan konkrit yang dapat membantu mengembalikan apa yang menjadi hak wanita di seluruh dunia.
Bahkan artis Bollywood yang kini go international, Priyanka Chopra, turut mendukung gerakan ini. Sehingga praktis, gerakan The Pad project melalui film ini diharapkan semakin terdengar ke seluruh penjuru dunia.
Period. End of Sentence yang Membuka Mata Dunia
Dari kisah sepotong pembalut yang belum dikenal oleh banyak daerah miskin di negara India, kita jadi tahu bahwa untuk merubah dunia sejatinya tak perlu hal-hal bombastis layaknya yang dilakukan superhero. Cukup melalui hal sederhana seperti dalam paparan dokumenter ini, sebuah perubahan konkrit bisa terjadi dan bergerak begitu masif.
Ya, setidaknya film ini juga mampu membuat kita lebih bersyukur karena para wanita di sekeliling kita masih bisa merasakan fasilitas yang jauh lebih baik daripada para wanita di Diatrik Hapur. Bahkan sudah bisa merasakan kemerdekaan berkarya tanpa terhalang sistem patriarki yang ketat.
Selamat hari wanita internasional. Salam hormat untuk semua wanita di dunia.
Selamat menyaksikan. Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H