Berbicara tentang film Captain Marvel, sejatinya di dunia maya terbagi menjadi dua kubu. Ada yang benar-benar ingin menyaksikan karena fans sejati Marvel maupun MCU (Marvel Cinematic Universe), namun ada juga yang tak terlalu peduli terhadap kehadirannya. Dan penyebabnya pun ternyata cukup klasik.
Kehadiran Captain Marvel yang berdekatan dengan film tentpole lain milik Marvel Studios, Avengers: End Game, menjadi sebab banyak orang berpikir tentang perlu tidaknya film ini ditonton sebelum Avengers: End Game. Persis kala kemunculan Black Panther di tahun lalu yang berdekatan dengan Avengers: Infinity War. Kala itu juga banyak yang menanyakan perihal penting tidaknya menyaksikan Black Panther.
Namun Captain Marvel yang dirilis di Indonesia sejak Rabu lalu, 6 Maret 2018, pada akhirnya tetap menyapa para fans setia MCU serta tak lupa para penonton kasual yang tertarik dengan hype-nya di media sosial. Pilihan pun jatuh di tangan penonton apakah tetap harus menyaksikan film ini atau tidak.Â
Dan pada tulisan ini, semoga bisa sedikit mencerahkan pembaca mengenai perihal perlu tidaknya menyaksikan film ini. Let's goÂ
Sinopsis
Captain Marvel menceritakan kisah Captain Marvel alias Carol Danvers (Brie Larson) atau disebut juga Vers di planet Kree, yang sedang menjalani pelatihan sebagai pejuang bangsa tersebut. Dibantu oleh mentornya, Yon-Rogg (Jude Law), Vers tak hanya melatih kekuatan fisiknya, namun juga melatih menahan kekuatan besar yang ada dalam dirinya agar tak membahayakan orang lain.
Vers sadar bahwa kekuatan yang dimilikinya lebih dari sekadar foton blast andalannya. Kekuatannya juga kelak berfungsi sebagai harapan dalam mendatangkan keseimbangan hidup antar galaksi. Kini, pilihan untuk menjadi pahlawan sepenuhnya ada di tangan Carol Danvers.
Lebih dari Sekadar Penyambung Kisah MCU
Namun nyatanya, apa yang ditampilkan dalam film ini lebih dari sekadar penyambung kisah MCU. Captain Marvel memfokuskan filmnya pada sebuah origin story sekaligus memperkenalkan film superhero wanita pertama dalam semesta MCU. Captain Marvel bisa dibilang menjadi film yang mampu berdiri sendiri dan justru menjadi semacam origin story atas kemunculan Avengers Initiative kelak.
Film ini juga cukup sukses dalam menampilkan pahlawan wanita MCU, dengan tak lupa membawa kritikan seputar isu rasial dan perbedaan gender yang sedang hangat dibicarakan. Ya, film ini menampilkan tema girl power yang begitu dominan, meskipun pesannya tak sekuat yang disampaikan film superhero wanita lain semisal Wonder Woman.
Kental Nuansa 90-an
Scoring pada adegan yang cukup menegangkan pun dibuat cukup unik di film ini. Mirip dengan nuansa film-film aksi era 90-an yang sering diperankan Steven Seagal ataupun Bruce Willis. Sedikit elektronik namun kental juga nuansa musik alternatif serta grunge nya.
Referensi Star Wars yang Cukup Mencolok
Ditambah dengan scoring garapan Pinar Toprak yang nuansanya identik dengan scoring ciri khas John Williams, semakin menjadikan adegan pertempuran dalam film ini kental bernuansa Star Wars. Pinar Toprak sendiri sebelumnya juga menggarap scoring untuk film Justice League. Dan harus diakui, karyanya memang luar biasa.
Ajang Pamer Teknologi CGI Marvel Studios
Bukan hanya CGI pada adegan pertarungan ataupun visualisasi angkasa luar, namun juga pada penampilan Nick Fury dan Agent Coulson yang mampu ditampilkan lebih muda sesuai usia asli si pemeran di tahun 1995.Â
Hal itu disebabkan Marvel Studios mulai mampu menghasilkan teknologi de-aging mutakhirnya setelah ujicoba memudakan wajah karakter pertama kalinya sukses dilakukan kepada Robert Downey Jr. di film Captain America:Â Civil War serta Kurt Russel di film Guardian of The Galaxy Vol.2.
Penutup
Tidak hanya berperan sebagai film penyambung, namun juga sebagai film yang mengedepankan origin story yang cukup kuat sebagai pijakan bagi fase MCU selanjutnya. Ya, meskipun memang film ini belum berhasil menampilkan kekuatan Captain Marvel yang konon begitu luar biasa, hingga mampu menjadikannya kandidat terkuat penghancur Thanos di film End Game nanti.
Kekurangan film ini datang dari segi sinematografi yang nampak standar khas film Marvel. Di beberapa adegan penting yang seharusnya bisa lebih dramatis ataupun mengundang crowd pleaser pun nyatanya juga tak tereksekusi dengan baik. Begitupun juga beberapa pesan tentang kemanusiaan dan girl power yang tak tersampaikan dengan cukup kuat meskipun tidak bisa dibilang buruk juga.
Ya setidaknya melalui film ini kita diperkenalkan pada asal-usul program Avengers Initiative milik S.H.I.E.L.D. Juga tak lupa, terhibur dengan aksi Goose si kucing yang menggemaskan.
Skor: 7/10
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H