Namun begitu, sejatinya ada beberapa kemungkinan lain terkait mengapa Migo sering digunakan para remaja untuk kebut2an. Berikut poin-poinnya;
1) Filtering Data Diri yang(Mungkin)Kurang
Pada saat kita masuk ke dalam aplikasi Migo, memang diminta untuk mendaftar dengan memasukkan data diri yang lengkap termasuk nomor identitas. Karena aplikasi ini ditujukan untuk yang memiliki KTP saja atau 17 tahun ke atas, maka jenis identitas lain seperti kartu pelajar seharusnya tidak bisa.Â
Namun melihat yang terjadi di jalanan justru anak-anak remaja usia sekolah menengah pertama yang membawa sepeda ini kebut-kebutan, maka kemungkinan kartu pelajar bisa digunakan saat pendaftaran cukup besar.
2) Filtering yang Kurang dari Penjaga Sub Station
Kemungkinan yang kedua adalah pengawasan dari penjaga sub station yang masih kurang. Misal pada kasus di nomor pertama kartu pelajar benar-benar tidak bisa digunakan dalam mendaftar, maka kemungkinan besar anak-anak remaja tanggung tersebut menggunakan aplikasi Migo yang didaftarkan dengan kartu identitas kakak atau orang tuanya.Â
Apalagi ketika mendaftar, kita mendapatkan saldo gratis sebesar 20 ribu rupiah untuk menjajal Migo. Maka alasan mencoba saldo itulah yang mungkin kerap dijadikan alasan para remaja menggunakan sepeda listrik tersebut.
Nah, disinilah seharusnya para penjaga bisa melihat, menilai dan bahkan mengawasi lebih jeli agar Migo tidak digunakan sembarangan bahkan oleh penyewa di bawah umur. Karena jika sampai terjadi kecelakaan karena kebut-kebutan, tentu bukan hanya si pengendara saja yang dirugikan, namun juga Migo sebagai penyedia jasa kendaraan.