Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"A Twelve Year Night", Potret Kejam Penjara Politik Era Pemerintahan Diktator Uruguay

11 Januari 2019   17:15 Diperbarui: 11 Januari 2019   17:34 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hanya orang yang sudah kalah yang berhenti melawan"

Itulah kata-kata sang ibunda dalam kunjungannya yang membuat Pepe Mujica tersadar dari halusinasi yang terus menyerangnya. Halusinasi yang kian kuat bahkan tak lama lagi bisa membuatnya gila.

En.unifrance.org
En.unifrance.org

Sang ibu ingin Pepe tetap sadar bahkan tidak menyerah dengan keadaan yang nampak tak ada ujungnya ini. Sebuah metafora pesan yang juga menggambarkan kejadian-kejadian yang menimpa tiga tawanan lainnya. Mereka bertiga memang tak pernah berhenti melawan keadaan sekitarnya karena mereka tidak mau kalah hanya karena keadaan. Betapa sia-sianya perjuangan mereka selama ini, jika pada gelapnya penjara saja mereka bertekuk lutut.

Echoartists.com
Echoartists.com
Seperti halnya Rosencof dan Nato yang menemukan cara berkomunikasi satu sama lain lewat ketukan tembok. Atau Rosencof yang tetap ingin menyalurkan hobi menulisnya dengan menjadi ghost writer untuk surat-surat cinta sang sersan penjaga, menjadi contoh betapa mereka tak mau kalah dari keadaan hidup dan berani menembus batasan yang selama ini tabu. 

Mereka yang dilarang berkomunikasi dengan sesama tawanan bahkan penjaga, pada akhirnya bisa menembus batasan tersebut dengan cara yang kreatif. Keinginan hidup yang lebih besar dari keadaan sekitar itulah yang membuat mereka memiliki banyak akal, setidaknya untuk menikmati hari-hari mereka di penjara yang kelam. Merekapun menang.

Tidak Mendramatisir Sejarah

A Twelve Year Night memang merupakan film drama yang tidak mendramatisir dengan berlebihan. Hal inilah yang sejatinya sering luput dari industri Hollywood. Based on true event yang menjadi jualan beberapa film Hollywood bertema penjara kadang menjadi terlalu mendramatisir kisahnya hingga kita lupa fokus apa yang ingin disampaikan pada kisah keseluruhannya.

Papillon yang beberapa waktu lalu sempat dibuat ulang dari versi tahun 70-an nya, menjadi bukti bahwa Hollywood terlalu peduli dengan penambahan unsur origin story alih-alih menyempurnakan detail kisah pelarian diri dari penjara super ketat yang sudah sangat baik diinterpretasikan pada film awalnya. Tentu saja ini menjadi hal yang sia-sia bukan?

Layaknya Sleepers(1996) yang mengisahkan kejahatan seksual di penjara anak ataupun drama penjara Shawsank Redemption(1994) yang menyajikan detail kerasnya penjara alih-alih memberikan unsur drama tak penting lainnya, A Twelve Year Night pun juga seperti itu. Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, sejak awal film ini langsung memberikan main course tanpa ada appetizer berupa origin story atau adegan pembuka tak penting lainnya. Penonton langsung diminta fokus pada perkembangan karakternya sejak adegan pertama.

Latimes.com
Latimes.com
Unsur drama pun hanya muncul lewat adegan kilas balik yang entah itu menceritakan kejadian-kejadian sebelum mereka tertangkap, ataupun mimpi indah yang muncul akibat rindu mereka terhadap anak, pasangan dan keluarga yang sudah memuncak. Selebihnya, sisi emosional dalam menghadapi tekanan penjara selama 12 tahun menjadi sajian utama film ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun