Sembilan tahun yang lalu menjadi awal mula perkenalan kita dengan karakter Hiccup(Jay Baruchel) , seorang pemuda dari bangsa Viking yang ceroboh, urakan namun ingin mengikuti jejak Stoick (Gerrard Butler) sang ayah dalam memburu naga. Sebuah kejadian kemudian mempertemukannya dengan naga berjenis Night Fury yang merupakan jenis naga paling langka. Toothless yang kemudian menjadi nama naga tersebut, pada akhirnya menjadi sahabat bagi Hiccup sekaligus menjadi perekat hubungan para naga dan bangsa Viking.
Kini, lewat seri ketiganya yang berjudul How To Train Your Dragon: The Hidden World, kita disuguhi sosok Hiccup yang sudah jauh lebih dewasa dan matang. Hiccup kini sudah menjadi kepala suku Berk menggantikan peran ayahnya yang telah meninggal. Hiccup juga sukses menciptakan tempat tinggal yang tenteram dan saling berdampingan antara bangsa Viking dan koloni naga.
Namun keindahan dan ketenteraman hidup tersebut ternyata diusik oleh Grimmel the Grisly(F.Murray Abraham) sang pemburu naga yang juga bertanggung jawab atas punahnya naga berjenis Night Fury. Grimmel rupanya masih bernafsu untuk mengejar Toothless si Night Fury terakhir demi mencapai ambisinya dalam memanfaatkan kawanan naga lainnya.Â
The Hidden World yang sempat diucapkan sang ayah kala masih hidup, kemudian terngiang di kepala Hiccup. Sebuah tempat berkumpul para naga yang konon tersembunyi di sebuah daerah yang disebut dengan ujung bumi. Haruskah Hiccup mencari tempat tersebut dan "memulangkan" para naga agar dapat hidup lebih tenang tanpa gangguan manusia?
Akhir Saga yang Manis dan Menyentuh Hati
Selain itu, waktu selama itu tentu saja seiring dengan pertumbuhan usia penontonnya. Jika penonton film pertamanya kala itu berusia 10 tahun, maka di film ketiga ini usianya sudah hampir menginjak 20 tahun. Tentu sang sutradara harus mampu menciptakan kisah yang sesuai dengan perkembangan usia penonton seri awalnya namun juga tak membingungkan dan tak terlalu dewasa bagi penonton baru yang masih berusia anak-anak.
Namun ternyata hal ini mampu dilakukan sang sutradara yang juga merangkap sebagai penulis sejak film pertamanya, Dean DeBlois. Dengan penceritaan yang cerdas, How to Train Your Dragon: The Hidden World mampu memberikan kisah drama yang lebih dominan dan tak terlalu kekanak-kanakan namun bisa dinikmati berbagai usia dengan tetap mempertahankan ciri khas film ini.
Jika mengikuti trilogi film animasi yang diangkat dari novel karya novelis Inggris Cressida Cowel ini, tentu akan mengerti bagaimana karakter Hiccup serta hubungannya dengan si naga Toothless tercipta dan berkembang. Hubungan mereka memang memiliki titik terkuatnya di film kedua. Sementara di film ini, hubungannya jauh lebih naik turun, complicated dan menguras emosi.
Munculnya sajian drama yang lebih kuat dan kokoh di film ini, menjadikan The Hidden World sebagai salah satu film penutup saga terbaik bahkan bisa dibandingkan dengan film penutup saga animasi lainnya semisal Toy Story dan Shrek, bahkan memiliki sensasi perpisahan yang haru layaknya film Harry Potter and The Deathly Hallows part 2.
Akhir yang manis dan menyentuh hati pasti membuat setiap penggemar film ini akan sulit move on setelah menyaksikan. Bahkan menurut pandangan saya pribadi, akan lebih baik jika setelah ini benar-benar tidak ada lagi seri How to Train Your Dragon lainnya. Kalaupun ada, mungkin harus dibuat dengan jeda yang cukup panjang dari film ketiganya ini, agar bisa "menghapus" sejenak memori indah dari film penutup saga yang sudah sangat baik ini.
Teknis Film yang Berpotensi Mendulang Penghargaan
Sebagai film animasi yang rilis di awal tahun, tentu masih panjang perjalanan film ini untuk meraih penghargaan. Karena tentu saja akan banyak film-film animasi lain yang tak kalah berkualitas yang akan muncul menghadang di tahun ini. Sebut saja nama-nama besar seperti Toy Story 4, Lego The Movie 2 bahkan film yang sepertinya dicintai hampir setiap anak di seluruh dunia, Frozen 2.
Meskipun ini merupakan film animasi, namun sinematografi film ini nyatanya memang patut diacungi jempol. Bukan hanya karena teknologi animasi yang memang sudah semakin maju dan realistis, namun juga karena ada nama Gil Zimmerman yang merupakan sinematografer kawakan di industri Hollywood. Beliau juga yang bertanggung jawab di ketiga installment How to Train Your Dragon, sehingga sangat paham sisi apa yang ingin dibangun pada seri ketiganya ini.
Banyak Pelajaran dari Film Ini
Indahnya arti sebuah perpisahan apabila itu menghadirkan hal positif juga mampu menjadi pelajaran penuh makna setelah menyaksikan film ini. Intinya, film ini akan menjadi sajian yang cocok bagi anak karena tak hanya menghibur namun juga mendidik.
Penutup
Sebagai sebuah film penutup saga yang  memiliki pendapatan lebih dari 1 Milyar USD untuk kedua film sebelumnya, bahkan menjadi animasi terbaik milik Dreamworks selain Shrek, How To Train Your Dragon: The Hidden World jelas berhasil memberikan sajian pamungkas yang spesial. Salam perpisahan dengan para penggemarnya begitu elegan berkat ending yang manis sekaligus menyentuh hati.
Memang, jika anda penggemar kedua film How To Train Your Dragon sebelumnya yang menyukai adegan aksi khas animasi yang dominan, akan sedikit kecewa di film ini. Pasalnya porsi drama dan pengembangan karakternya memang jauh lebih banyak dilakukan di film ini. Sehingga bisa dikatakan film ini cukup menjemukan di beberapa adegannya.
Ya setidaknya sampai rumah produksi berubah pikiran untuk menghidupkan lagi seri terbarunya seperti yang Disney lakukan pada Toy Story 4, heuheuehu.
How To Train Your Dragon: The Hidden World tayang mulai hari ini, 9 Januari 2019. Selamat menonton Kompasianer !
Salam Kompasiana !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H