Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Karena Natal Berbicara tentang Sukacita

25 Desember 2018   11:27 Diperbarui: 25 Desember 2018   14:30 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pinxmas.com

Pagi ini, saya dan istri bersyukur masih diberikan nafas kehidupan untuk menikmati sekali lagi natal di tahun ini. Entah sudah ke berapa kalinya Natal kami nikmati sejak masih berusia sangat kecil. Namun di tahun ini, Tuhan memberikan kesempatan bagi kami untuk pertama kalinya merayakan natal bersama, sebagai pasangan suami istri.

Doa pagi pun dimulai dengan penuh sukacita dan rasa syukur. Menandai Natal yang hangat dalam harmoni kehidupan keluarga. Natal yang penuh sukacita dan harapan baru bagi kami. Natal yang kami rayakan dengan sederhana namun tanpa kehilangan makna bahagianya.

Seperti kelahiran Kristus yang beribu tahun silam mendatangkan sukacita diantara para gembala dan orang majus, Natal pun sejatinya berbicara tentang sukacita kehidupan. 

Sukacita yang jauh lebih besar dari segala permasalahan dan kesulitan hidup. Sukacita yang membuat setiap kita bisa lebih bersyukur akan apa yang Tuhan telah kerjakan bagi hidup kita selama bertahun-tahun.

Karena sudah selayaknya, Natal tidak hanya menjadi sebuah perayaan atau tradisi tahunan saja, melainkan harus menjadi momen pengingat akan kebaikan Tuhan dalam hidup. Karena sejatinya, sukacita akan tercipta kala kita memiliki hati yang bersyukur dan tahu berterima kasih terhadap Tuhan.

Karena semegah apapun perayaan natal, semewah apapun dekorasinya, namun jika kita tidak memiliki hati yang bersyukur dan penuh kerendahan hati, natal hanya akan menjadi sebuah perayaan tanpa makna yang lewat begitu saja. Karena seperti kandang domba yang menjadi sebuah analogi kerendahan hati serta kesederhanaan dalam menyambut kelahiran penuh sukacita, natal pun sejatinya harus dimaknai seperti itu. 

Dengan kerendahan hati, kita sambut natal sebagai pengingat akan kasih kebaikan Tuhan di hidup kita. Kerendahan hati juga lah yang akan membawa kita melangkah lebih jauh lagi dalam merasakan sukacita natal yang begitu besar bagi hidup kita layaknya kita bersukacita menyambut kelahiran seorang anak di hidup kita.

Memang, saat ini natal sedikit berbeda karena panasnya isu intoleransi yang mendera negeri ini. Isu intoleransi yang berawal dari gejolak politik negeri yang semakin hari terus berkembang dengan liarnya. Namun sejatinya, kita tetap memiliki pilihan dalam menyikapi hal-hal tersebut. Mau ikut larut dalam emosi sesaat terkait isu intoleransi tersebut, atau mau menahan diri demi mempertahankan rasa sukacita di hati kita?

Di natal ini, baiknya lupakan sejenak segala isu intoleransi di negeri ini. Lupakan sejenak segala gejolak politik dan keaman di negeri ini. Biarlah damai dan sukacita natal masuk ke dalam diri kita dan membawa sebuah pengharapan dan sudut pandang baru dalam memaknai hidup tanpa terdistorsi energi negatif dari berbagai sumber negatif di sekeliling kita. 

Fokuslah pada apa yang sedang Tuhan percayakan dalam hidup kita, alih-alih ikut larut dalam gejolak panas berbagai isu dalam negeri yang membuat kita kehilangan sukacita. Jangan mempersilakan berbagai hal negatif mengganggu makna sukacita bahkan berkat yang telah Tuhan siapkan di hidup kita.

Karena bagi saya pribadi, natal kembali mengingatkan saya bahwa begitu besarnya sukacita yang bisa didapatkan dari berbagai hal sederhana, asal kita mau terus bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun