Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Midnight Dinner" dan Narasi Kehidupan dalam Sepiring Makanan

26 November 2018   16:36 Diperbarui: 26 November 2018   19:55 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelajaran Hidup dan Akhir Bahagia

Midnight Diner juga selalu memberikan pelajaran hidup di tiap episodenya yang didalamnya juga turut menyertakan isu sosial di Jepang.

Seperti orang Jepang yang takut mengalami kesendirian karena sudah berumur, atau seorang aktris porno yang takut berinteraksi karena stereotip negatif yang melekat padanya, hingga isu penggusuran apartemen terkait pembangunan stadion olimpiade.

Tresspasmag.com
Tresspasmag.com
Semua isu tersebut dirajut dalam sebuah kisah menggugah dimana selalu berakhir dengan bahagia. Ya, akhir tiap episode selalu bahagia, tidak ada yang sedih atau tragis.

Bahkan saking bahagianya akhir cerita, setiap karakter di tiap episodenya pun mengarahkan obrolannya ke arah penonton sembari mengucapkan salam khas Jepang yang menandai berakhirnya episode tersebut. Ya, serial ini juga terkadang menggunakan metode breaking the 4th wall untuk bisa berinteraksi dengan penontonnya.

Restoran Sebagai Tempat Sakral

Master yang diperankan Kaoru Kobayashi menjadi semacam penjaga kesakralan restoran miliknya. Master membuat restoran kecil miliknya bukan hanya sebagai tempat makan dan minum bir, namun juga tempat dimana para pelanggannya bisa saling berhubungan dan berinteraksi.

Theglorioblog.com
Theglorioblog.com
Terlihat bagaimana Master dengan setia melayani obrolan pelanggannya, namun ketika terjadi perdebatan antar pelanggan, Master justru tidak ikut campur melainkan memilih di dapur sembari menyesap rokok dan mendengarkan perdebatan tersebut sambil sesekali memberi respon jika diminta.

Dengan tidak mengintervensi obrolan pelanggannya, maka akan tercipta dialog demi dialog yang merekatkan interaksi antar pelanggannya. Dan hal itulah yang diinginkan Master pada restoran kecilnya agar tetap hangat dan guyub.

Satu-satunya intervensi yang dilakukan Master adalah ketika terjadi perkelahian antara bos dengan asistennya yang akhirnya membuat Master menyiram mereka dengan sebotol bir agar berhenti.

Master jelas menjaga tempat tersebut agar bebas perkelahian dan tetap sakral sebagai tempat berkumpul dan merekatkan hubungan antar personal.

Visualisasi yang Hangat dan Menggugah Selera

Yang paling saya suka dari serial ini adalah kesederhanaan visual yang ditampilkan. Kamera tidak banyak bergerak, bahkan cenderung stagnan agar bisa fokus ke mimik wajah karakter yang berubah-ubah seiring bertambahnya intensitas dialog. Tone warna yang digunakan pun cenderung natural sehingga membuat kita seakan ikut ke dalam resto kecil milik Master tersebut.

Netflix.com
Netflix.com
Walaupun begitu, film ini tetap bisa menginterpretasikan suasana kekeluargaan yang hangat antar karakternya. Tak lupa, tiap makanan di serial ini pun di shoot dengan cukup detail dan sempurna sehingga bisa menggugah selera makan kita selain juga memperkuat narasi kehidupan yang ditimbulkan dari makanan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun