Pelajaran Hidup dan Akhir Bahagia
Midnight Diner juga selalu memberikan pelajaran hidup di tiap episodenya yang didalamnya juga turut menyertakan isu sosial di Jepang.
Seperti orang Jepang yang takut mengalami kesendirian karena sudah berumur, atau seorang aktris porno yang takut berinteraksi karena stereotip negatif yang melekat padanya, hingga isu penggusuran apartemen terkait pembangunan stadion olimpiade.
Bahkan saking bahagianya akhir cerita, setiap karakter di tiap episodenya pun mengarahkan obrolannya ke arah penonton sembari mengucapkan salam khas Jepang yang menandai berakhirnya episode tersebut. Ya, serial ini juga terkadang menggunakan metode breaking the 4th wall untuk bisa berinteraksi dengan penontonnya.
Restoran Sebagai Tempat Sakral
Master yang diperankan Kaoru Kobayashi menjadi semacam penjaga kesakralan restoran miliknya. Master membuat restoran kecil miliknya bukan hanya sebagai tempat makan dan minum bir, namun juga tempat dimana para pelanggannya bisa saling berhubungan dan berinteraksi.
Dengan tidak mengintervensi obrolan pelanggannya, maka akan tercipta dialog demi dialog yang merekatkan interaksi antar pelanggannya. Dan hal itulah yang diinginkan Master pada restoran kecilnya agar tetap hangat dan guyub.
Satu-satunya intervensi yang dilakukan Master adalah ketika terjadi perkelahian antara bos dengan asistennya yang akhirnya membuat Master menyiram mereka dengan sebotol bir agar berhenti.
Master jelas menjaga tempat tersebut agar bebas perkelahian dan tetap sakral sebagai tempat berkumpul dan merekatkan hubungan antar personal.
Visualisasi yang Hangat dan Menggugah Selera
Yang paling saya suka dari serial ini adalah kesederhanaan visual yang ditampilkan. Kamera tidak banyak bergerak, bahkan cenderung stagnan agar bisa fokus ke mimik wajah karakter yang berubah-ubah seiring bertambahnya intensitas dialog. Tone warna yang digunakan pun cenderung natural sehingga membuat kita seakan ikut ke dalam resto kecil milik Master tersebut.