Sejak kehadirannya 6 tahun lalu di jajaran film animasi Disney, Wreck-It Ralph menjelma menjadi karakter yang dicintai anak-anak. Keunikan karakter dan kisah yang terkandung didalamnya menjadi alasan mengapa Ralph begitu dicintai dan dinanti kisah kelanjutannya.Â
Kesuksesan Ralph di film pertamanya pun ditandai dengan pendapatannya di seluruh dunia yang menyentuh angka sekitar 471 juta dollar AS, dari budget sebesar 165 juta dollar AS.
Dari karakter penjahat gim 8 bit yang tidak memiliki sesuatu hingga menjadi pahlawan bagi keberlangsungan sebuah gim arcade lawas, Ralph kini kembali lagi dalam petualangan barunya. Petualangan yang jauh lebih seru, lebih besar dan memberikan pelajaran lebih bagi dia dan sahabat sejatinya, Vanellope.
Sinopsis
Mengetahui bahwa eksistensi Vanellope dan semua penduduk Sugar Rush akan terancam jika parts gim tersebut tidak digantikan, akhirnya mendorong Ralph melakukan sesuatu untuk menolong sahabatnya. Ralph dan Vanellope pun berpetualang mencari cara yang akhirnya membawa mereka ke sebuah dunia virtual yang jauh lebih besar dan luas bernama internet.
Memiliki misi utama untuk mencari parts tersebut di situs ebay, pada akhirnya Ralph dan Vanellope disuguhi lebih banyak petualangan yang jauh lebih besar dari sekedar mencari barang di ebay. Petualangan yang menguji persahabatan mereka. Petualangan yang membawa mereka bertemu dengan banyak karakter baru. Petualangan yang pada akhirnya memberikan banyak pelajaran baru bagi mereka berdua.
Parade Pop Culture di Sepanjang Film
Sebut saja munculnya karakter Princess, Marvel, Star Wars, tokoh-tokoh animasi Disney hingga cameo almarhum Stan Lee pun hadir di film ini. Tak hanya itu, kita pun disuguhi pop culture dari tren situs-situs di dunia maya semisal Facebook, Twitter, Youtube, Mashable, Imdb dan masih banyak lainnya yang dikemas secara cerdas dalam sebuah penggambaran masing-masing situs tersebut layaknya gedung pencakar langit yang memenuhi sebuah kota virtual bernama internet.
Kemudian pelesetan dari Google yang ada pada karakter Knowsmore (Alan Tudyk) serta situs Buzztube yang merupakan gabungan dari Buzzfeed dan Youtube merupakan segelintir cara cerdas film ini dalam mengkritik bagaimana cara kerja mereka bagi pengguna. Pun Slaughter Race yang referensinya sepertinya diambil dari gim open world semacam Grand Theft Auto, memberikan gambaran nyata sebuah gim dewasa yang ternyata justru digandrungi oleh anak-anak.
Bisa dibilang Ralph Breaks the Internet membawa gabungan keseruan nostalgia pop culture ala film Ready Player One dan Pixel ke dalam sebuah film animasi CGI. Tentunya hal ini tidak hanya membawa keseruan bagi generasi Y atau Z saja yang menyaksikan film ini, namun generasi X yang menemani putra-putrinya pun bisa bernostalgia terhadap parade budaya pop yang luar biasa melimpah tersebut.
Pengenalan Internet Dasar untuk Anak-anak
Pujian patut diberikan pada sutradara Phil Johnston dan Rich Moore serta penulis skrip Pamela Ribon (dikenal lewat film Moana). Mereka bertiga tak hanya berhasil menyajikan sebuah film petualangan dunia maya yang cukup segar dengan bumbu jokes yang efektif dalam tiap adegan, namun juga berhasil menyederhanakan unsur-unsur dasar pada internet hingga bisa dengan mudah diterima anak-anak.
Mungkin banyak orangtua yang kesulitan menjelaskan kepada anak-anaknya apa itu spam, ad blocker, virus, hingga bagaimana sebenarnya cara kerja wifi hingga kita bisa terhubung dengan dunia internet yang sangat luas. Melalui film ini nampaknya para orangtua tak perlu kesulitan lagi karena semuanya dijelaskan secara sederhana di film ini lewat berbagai karakter pendukung dan adegan yang menggambarkan suatu proses dalam internet.
Pesan yang Kuat dalam Tiap Adegan
Dari mulai pertemuan Vanellope dengan deretan princess legendaris Disney yang memberikan banyak pesan penting seputar isu rasial, feminisme dan girl power hingga karakter Yesss (Taraji P. Henson) si kepala algoritma yang membuka pemahaman Ralph akan dunia maya, semuanya disajikan dengan penyampaian yang sederhana namun memiliki arti yang cukup kuat.
Termasuk peringatan Yesss akan bahayanya komentar warga net di media sosial yang bisa membuat si pembacanya bisa merasa tersanjung berlebih bahkan seketika juga membuat pembacanya sakit hati karena komentar warga net yang bak pedang bermata dua. Sebuah peringatan yang cukup sederhana namun cukup kuat dalam sebuah kalimat;
"Don't ever read the comments"
Tata Musik yang Apik
Henry Jackman yang dikenal sebagai penata musik untuk film-film kelas A semisal X-Men, Kingsman, Jack Reacher dan juga video gim ternama semisal Uncharted, menunjukkan kelasnya disini. Gabungan scoring orkestra dan musik elektronik menyatu apik di sepanjang film.
Bukan bermaksud spoiler, hanya saja adegan akhir yang melibatkan pertarungan seru bersama princess Disney, mampu ditampilkan dengan sangat apik berkat gabungan atau mash up lagu tema masing-masing princess yang membentuk sebuah musik latar yang megah dan unik. Tak heran jika adegan ini menjadi salah satu adegan yang mengundang crowd pleaser di bioskop.
Poin Negatif
Masalahnya, peran Yesss dan Shank pun sejatinya tidak begitu meninggalkan kesan mendalam meskipun memang cukup mencuri perhatian. Padahal Yesss yang tampil unik berkat pakaian dari kabel fiber optik atau Shank yang tampil berjaket kulit ala Gal Gadot sesungguhnya, memiliki potensi untuk menjadi sesuatu yang lebih besar lagi di film ini. Princess yang tampil singkat justru lebih menarik perhatian yang cukup besar di sini, bahkan lebih besar dari Vanellope, Yesss dan Shank.
Meski begitu, mungkin hal ini sengaja dilakukan untuk membuat pondasi yang kokoh untuk film ketiganya nanti yang nampaknya memang sudah memberikan petunjuk singkatnya di akhir kisah film ini. Namun intinya, unsur negatif ini tak begitu mempengaruhi keseluruhan isi film ini.
Penutup
Banyaknya pelajaran yang bisa diambil di sepanjang film mulai dari arti persahabatan, perjuangan, pemahaman dasar seputar internet hingga arti pahlawan sesungguhnya tentu menjadi poin positif film ini yang bisa disajikan ke anak. Jokes yang ringan dan kadang mengkritisi beberapa hal yang sedang tren sebagai punchline nya pun cukup berhasil membuat penonton terhibur.
Oh iya, ketika film usai jangan langsung pulang dulu. Karena ada sajian video clip "Sebuah Lagu" milik Payung Teduh yang eksklusif ditayangkan pertama kali di bioskop. Lagu yang juga turut disematkan dalam album kompilasi soundtrack film ini, menyajikan nuansa jazz yang kental dan cukup catchy didengarkan. Juga tak lupa, ada adegan tambahan pada post credit scene film ini yang pasti buat fans Disney senyum-senyum sendiri.
Jadi, siapkan agendamu minggu ini untuk segera menyaksikan film ini. Ajak anak-anak, rekan ataupun pasangan untuk menikmati referensi pop culture yang melimpah serta petualangan penuh canda yang seru dari Ralph dan Vanellope. Selamat terhibur!
Salam kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H