Coen Brothers juga tetap mempertahankan aspek umum dari gambaran dunia koboi zaman old west. Bar dengan pintu koboi khasnya, wardrobe khas dunia koboi, para jawara tembak yang memenuhi meja bartender hingga latar berdebu khas zaman old west semuanya ditampilkan dengan detail yang sempurna. Hanya saja suku Indian yang biasanya menjadi antagonis di film koboi Hollywood, kali ini ditampilkan Coen Brothers lebih manusiawi dan logis dengan menjadikan mereka bagian dari rantai peradaban yang kelak mempengaruhi perubahan kebudayaan Amerika itu sendiri.
Setiap Segmennya Begitu Mengena
Mengutip bahasa yang sering digunakan Joko Anwar, setiap segmen film ini terasa begitu gremet-gremet. Ya, setiap segmennya terasa begitu mengena karena setiap kejadian yang dikisahkan terasa relevan dan meninggalkan pesan yang kuat dibalik setiap kisah kematian yang muncul.
Masing-masing aktor yang dipercayakan untuk menghidupi tiap segmennya juga tidak ada yang mengecewakan. Si aktor mampu menghidupkan tiap segmen yang ada sementara kisah pada tiap segmen itu sendiri mampu mengeluarkan potensi maksimal dari masing-masing aktor.
Meskipun tone film ini gelap, namun bukan berarti tidak bisa menjadi karya seni yang menyenangkan. Layaknya sebuah lagu balada yang menggugah, tiap segmen film ini menghasilkan irama yang menarik dalam tiap interval kisah yang ada. Sehingga semua segmen seakan menghasilkan melodi serta harmonisasi yang apik yang kemudian ditutup dengan punchline yang maksimal lewat segmen akhir film ini. Segmen akhir sebuah balada yang membuat kita tertegun sesaat untuk merasakan lebih dalam lagi karya megah dari Coen Brothers ini.
Karya megah yang telah diakui dunia lewat berbagai penghargaan dan penghormatan yang diterimanya di ajang Venice Film Festival, New York Film Festival, London Film Festival dan Adelaide Film Festival.
Penutup
The Ballad of Buster Scruggs jelas bukan film yang bisa dinikmati bersama popcorn dan segelas minuman bersoda. Juga bukan film yang bisa ditinggal sejenak untuk pergi ke kamar kecil atau memasak makan malam. Perlu waktu khusus untuk menikmati segmen demi segmen, juga tiap detail kecil dalam penceritaannya.
Bahkan tulisan ini pun tidak cukup detail untuk bisa menggambarkan pengalaman menyaksikan balada koboi ini. Karena memang banyak sekali momen yang hanya bisa dirasakan tanpa bisa ditafsir melalui tulisan.