"Karena kalau kita diam saja melihat ketidakadilan di depan mata kita, itu tandanya kita bukan manusia lagi."
Sebuah kalimat singkat namun penuh arti tersebut membuka video teaser dari film Gundala garapan Joko Anwar. Butuh penantian yang cukup panjang bagi para penikmat film Indonesia dan tentu saja pembaca setia komik Gundala untuk menyaksikan teaser yang cukup singkat ini. Penantian panjang itu pun terbayar sudah di hari Minggu lalu, 28 Oktober 2018.Â
Pasalnya di gelaran Indonesia Comic Con yang diadakan di JCC Senayan itulah akhirnya diumumkan sebuah proyek yang selama ini tertutup rapat. Ya, proyek film Gundala garapan Joko Anwar akhirnya menunjukkan sedikit informasi yang bisa dibagikan ke khalayak umum.Â
Sebagai penikmat beberapa komik jagoan Indonesia di masa kecil, rasa bahagia saya kala melihat Gundala si jagoan asli Indonesia akhirnya diangkat ke layar lebar tentu saja tidak bisa terbendung.
Namun sayang, karena satu dan lain hal saya pun berhalangan untuk hadir ke JCC untuk menyaksikan langsung momen bersejarah bagi perfilman Indonesia tersebut. Namun lewat pantauan pada media sosial dan beberapa portal berita di hari itu, akhirnya saya pun menemukan banyak informasi menarik yang bisa dibahas.Â
Apalagi sajian Gundala versi Joko Anwar ini seakan memberi harapan baru bukan hanya soal euforia film jagoan itu sendiri namun juga perihal babak baru adaptasi komik ke dalam film layar lebar IndonesiaÂ
Yuk, kita mulai.
Cerita Membumi Adalah Kunci
Banyak yang mengharapkan bahwa film Gundala yang digarap Joko Anwar kelak menyajikan pendekatan cerita yang lebih membumi atau merakyat. Beberapa harapan seperti tidak perlu menggunakan CGI berlebihan, ceritanya harus disesuaikan dengan kondisi saat ini, melakukan pendekatan seperti yang dilakukan Nolan pada  trilogi Batman, hingga kostum yang lebih make sense, semuanya dikemukakan para penggemar Gundala ataupun para penikmat film tanah air di akun sosial media Joko Anwar.Â
Bak gayung bersambut, Joko Anwar pun membalas beberapa harapan tersebut dengan inti jawaban yang menyatakan bahwa Gundala akan dikemas lebih membumi dan lebih disesuaikan dengan kondisi saat ini.
Selain itu cerita yang lebih relate dengan masyarakat Indonesia serta CGI yang tidak berlebihan pun dijanjikan oleh Joko Anwar untuk ditampilkan di film ini. Khusus untuk bagian CGI, saya sangat setuju dengan keputusan Joko Anwar untuk tidak memaksakan CGI di film ini.Â
Karena seperti yang sudah pernah saya utarakan pada tulisan saya 6 bulan lalu (Selamat Datang Gundala Sang Putera Petir), untuk film yang menawarkan origin story seperti Gundala ini memang jauh lebih diperlukan kedalaman cerita dan pengenalan tokoh-tokoh didalamnya dibandingkan "pamer" CGI.
Selain budgetnya lebih rendah, minimnya CGI juga akan membuat film mampu menampilkan visual nyata yang maksimal. Apalagi film-film garapan Joko Anwar terkenal dengan sinematografi serta penggunaan tone warna kekuningan yang memukau. Praktis, Gundala berpotensi menghadirkan visualisasi yang indah khas Joko Anwar.
Kemunculan Kostum yang Masuk Akal
Seperti kita tahu, pada komiknya Gundala mendapatkan kostum langsung dari sang dewa petir. Meskipun dalam dunia komik imajinasi tersebut wajar, namun ketika difilmkan tentu saja hal tersebut tidak bisa digunakan karena pastinya akan terlihat cukup lucu. Maka ketika first look Gundala menggunakan kostum yang nampak masih dibuat seadanya oleh Sancaka, hal itu nampak masuk akal.Â
Ingat penampilan awal Spider-Man versi Tobey Maguire atau Spider-Man versi Tom Holland? Ya, keduanya juga menggunakan kostum buatan Peter Parker sendiri di awal sebelum akhirnya berkembang menggunakan kostum aslinya.
Abimana Sebagai Sancaka
Saya menebak dua orang tersebut karena melihat kecakapan mereka dalam berperan, postur yang sesuai dan tentu saja wajah laki-laki yang Indonesia banget.
Dikutip dari laman Kapanlagi.com, pemilihan Abimana sebagai Sancaka dilakukan Joko Anwar karena melihat potensi Sancaka yang bisa dihidupkan secara maksimal oleh Abimana. Joko Anwar menginginkan sosok Sancaka yang kuat namun juga rapuh di satu sisi, dan itu ada dalam diri Abimana.Â
Saya pribadi tidak khawatir dengan kualitas peran Abimana, karena sudah teruji di berbagai genre film. Apalagi melihat aksi terbarunya di The Night Comes for Us yang brutal namun rapuh juga di satu sisi, semakin yakin bahwa pilihan Joko Anwar menggaet Abimana sebagai Sancaka tidak salah.
Namun yang patut jadi perhatian adalah Sancaka yang kemunculannya pada teaser mengenakan seragam security alih-alih seragam ilmuwan seperti di komik.Â
Menarik apakah memang pekerjaan Sancaka dirubah di film ini, atau jangan-jangan Sancaka terpaksa mengambil pekerjaan sebagai security lantaran profesi ilmuwannya tidak laku dan tidak dihargai di negeri ini? Entahlah, tapi pastinya menarik untuk diikuti karena Joko Anwar memang ingin membuat cerita yang lebih mengena bagi setiap orang.
Karakter Lain yang Muncul dan Terbukanya Semesta Jagoan Indonesia
Menarik melihat bagaimana Bront Palarae merepresentasikan sosok Pengkor yang licik dan juga nampak abadi di dalam komik. Dengan pendekatan karakter jahat yang lebih cerdas, pasti Pengkor juga berpotensi menjadi karakter yang disukai penonton. Pun peran Muzakki sebagai Sancaka kecil patut ditunggu.Â
Peran gemilangnya di film A Mother's Love lalu tentu diharapkan terulang di film ini sehingga bisa menampilkan cerita masa kecil Gundala yang kokoh. Apalagi kisah Gundala kecil ini tidak pernah diceritakan di komiknya dan Joko Anwar mengadaptasinya dari sebuah catatan kecil sang kreator, Hasmi(baca di sini).
Pun alter ego nya sebagai Merpati patut ditunggu, karena bukan hanya kelak menjadi istri Gundala, namun di beberapa cerita pada komiknya Merpati juga berperan penting kala bertarung bersama karakter jagoan lainnya.Â
Apalagi menurut Joko Anwar semesta jagoan memang sudah disiapkan BumiLangit di masa depan, sehingga kehadiran Merpati di film ini diharapkan memang memiliki peran yang cukup besar dan krusial.
Harapan Bagi Film Jagoan Indonesia
Apalagi Indonesia punya cukup banyak karakter komik yang menarik untuk diangkat ke layar lebar seperti Godam, Aquanus dan Pangeran Mlaar. Membuat mereka lebih membumi dan Indonesia banget tentu lebih menarik dibandingkan memaksakan mereka untuk menjadi superhero Marvel dan DC.
Beberapa waktu lalu Wiro Sableng sebenarnya sudah memulai kebangkitan film pendekar dengan cukup baik. Cerita pendekar silat Indonesia yang dipertahankan dengan menggabungkan beberapa efek modern terbukti cukup disukai khususnya oleh para fansnya. Hal ini menjadi bukti bahwa cerita yang Indonesia banget masih diminati alih-alih melakukan pendekatan cerita yang Hollywood sentris.
Halo sineas Indonesia, siapkan dirimu menggarap film jagoan Indonesia lainnya ya.
Penutup
Di tangan dingin Joko Anwar tentu saja diharapkan Gundala mampu menampilkan cerita yang bukan hanya relate dengan kehidupan saat ini namun juga menghibur dan mampu membangkitkan kenangan kala membaca komiknya di masa kecil.
Tentu juga diharapkan film ini ramah anak, sehingga anak-anak bisa tahu bahwa Indonesia juga punya jagoan yang bisa mereka banggakan. Sehingga kelak Gundala bisa menjadi simbol pahlawan masa kini yang disukai anak-anak, melebihi rasa suka mereka terhadap Superman dan kawan-kawan.
I'm not trying to be a hero. I'm just a guy that got fed up with men like you and I decided to do something about it. -Matt Murdock-
Jadi, karena masih akan ditayangkan di pertengahan tahun 2019, maka saat ini kita hanya bisa menunggu dan terus update akan perkembangan proyek film ini. Saya pribadi  sudah tidak sabar setelah melihat teasernya yang keren itu. Kalau Kompasianer sendiri bagaimana? Apakah excited menunggu Gundala?Â
Salam Gundala. Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H