Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"A Star is Born", Sajian Visual dan Musik yang Megah dalam Debut Penyutradaraan Bradley Cooper

21 Oktober 2018   10:26 Diperbarui: 21 Oktober 2018   16:07 1554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kehadiran film pertamanya di tahun 1937, A Star is Born berhasil menjelma menjadi salah satu film paling berpengaruh di industri perfilman Hollywood. Kala itu, dunia dibuat tercengang dengan kisah kelahiran seorang bintang Hollywood yang tampak relevan dengan kondisi industri perfilman saat itu namun juga menyajikan kisah cinta tragis di satu sisi. 

Film ini juga menghasilkan pasangan ikonik dalam diri Janet Gaynor dan Fredric March hingga mereka berdua dianugerahi piala Oscar untuk kategori Best Actress dan Best Actor.

A Star is Born 1937(Alamy.com)
A Star is Born 1937(Alamy.com)
14 tahun kemudian yaitu di 1954, film ini dibuat ulang menjadi film musikal dan dibintangi oleh duo Judy Garland dan James Mason. Film ini juga menjadi salah satu film musikal termahal dan terlama kala itu, dimana durasinya mencapai 3 jam. 

Ada hal menarik di film tahun 1954 ini, di mana sebagian besar adegannya sempat hilang karena proses pemotongan adegan. Adegan banyak yang dipotong paksa karena penjualan tiket perdana penayangannya sangat sedikit berkat durasi yang lama dan mempengaruhi jumlah show. Namun film ini masih mengikuti jejak pendahulunya yaitu juga memperoleh banyak penghargaan Oscar.

A Star is Born 1954(imdb.com)
A Star is Born 1954(imdb.com)
22 tahun kemudian tepatnya di 1976, film ini kembali di remake dengan melibatkan Barbra Streisand dan Kris Kristofferson yang namanya sudah tenar baik di industri film maupun musik dunia. Namun tidak seperti dua film pendahulunya yang banjir penghargaan Oscar, film ini hanya memenangkan 1 piala Oscar pada kategori Best Music, Original Song.

A Star is Born 1976 (imdb.com)
A Star is Born 1976 (imdb.com)
Kini 42 tahun atau hampir separuh abad sejak film remake keduanya dirilis, di tahun ini remake ketiga dari A Star is Born dirilis. Menggandeng Bradley Cooper dan Lady Gaga sebagai duo pemeran utamanya, film ini masih mengenakan pakem yang sama dengan tiga film pendahulunya namun dengan jalan cerita, konflik dan kondisi yang lebih relevan dengan keadaan saat ini.

Film ini pun masih setia dengan pakem tiga film awalnya, yaitu mengusung empat unsur utama yaitu artis tenar yang mulai turun, artis baru yang naik karena bantuan si artis utama, kisah cinta keduanya, dan akhir yang tragis. 

Mengenai akhir ceritanya, bukan bermaksud spoiler, namun memang itulah unsur utama dari film A Star is Born yang dari masa ke masa yang konsisten menghasilkan cerita yang menyentuh juga memberikan pelajaran berharga di akhir kisahnya. Tak hanya soal cerita, A Star is Born pun konsisten menghasilkan deretan soundtrack yang berkualitas. Mengenai soundtrack nya, akan saya bahas pada tulisan lain.

Meskipun 2 film awalnya di tahun 1937 dan 1954 menceritakan perjuangan artis baru di industri film Hollywood, namun mulai versi 1976 dan 2018 ini mengusung cerita perjuangan artis baru di industri musik Amerika. Namun pada intinya tetap sama yaitu mengenai perjuangan rookie untuk menjadi superstar.

Film A Star is Born tahun 2018 ini juga yang pertama menggunakan nama tokoh wanita dengan nama selain Esther yaitu Ally. Selain itu tokoh pria di film ini juga yang pertama menghilangkan unsur nama Norman namun tetap menggunakan unsur nama Maine untuk menghormati film awalnya. 

Seperti kita tahu di versi 1937 dan 1954 nama tokoh utama pria nya Norman Maine sementara versi 1976 nya John Norman dan di versi 2018 ini menggunakan nama Jackson Maine.

Dan berikut akan saya tulis sinopsis serta hal-hal menarik lainnya dari film A Star is Born tahun 2018 ini yang sayang untuk dilewatkan.

Sinopsis

Vox.com
Vox.com

Jackson Maine(Bradley Cooper) merupakan musisi rock tenar yang karirnya mulai menukik tajam karena kecanduannya pada alkohol dan obat-obatan terlarang. Pertemuannya pada Ally(Lady Gaga) di sebuah bar kala Ally menyanyikan La Vie en Rose, menarik perhatian Jack untuk mengajaknya bekerja sama.

Ally yang memiliki suara bagus namun memiliki pengalaman yang tidak mengenakkan di industri rekaman, membuat kepercayaan dirinya untuk menjadi musisi profesional pun pudar. Jack pun kemudian membantunya mengeluarkan potensi terbaiknya dengan mengajaknya berkolaborasi. Kisah cinta keduanya pun muncul sepanjang tur konser Jackson Maine.

Tak disangka, sambutan terhadap Ally sangat meriah. Ally yang kemudian diajak bekerjasama oleh salah satu produser musik, pada akhirnya menyadarkan Jack mengenai reputasinya saat ini. Ally pun terus maju sementara Jack terpenjara oleh kekhawatirannya sendiri.

Bradley Cooper dan Lady Gaga Tampil Sempurna

Decider.com
Decider.com
Magnet film ini tentu saja ada di dua pemeran utamanya. Bradley Cooper yang kita tahu sudah berpengalaman di dunia perfilman, beradu akting dengan Lady Gaga yang merupakan salah satu musisi terbaik di dunia. Namun yang lebih menarik tentu saja fakta bahwa keduanya sama-sama merupakan debutan di film ini. 

Bradley Cooper melakukan debutnya sebagai penyanyi dengan menyanyikan seluruh soundtrack film ini yang melibatkan dirinya, sementara Lady Gaga melakukan debutnya sebagai aktris.

Bahkan untuk film ini, Bradley Cooper rela belajar bernyanyi, bermain gitar dan piano selama 6 bulan sebelum film ini diproduksi. Dilansir dari channel youtube E-entertainment, pelatihnya yaitu Lukas Nelson yang merupakan penulis sebagian besar lagu di film ini yang juga leader dari band Lukas Nelson and Promise of the Real, memuji pencapaian Bradley Cooper.

Lukas Nelson (cnn.com)
Lukas Nelson (cnn.com)
Meskipun permainan gitar Bradley Cooper diberinya nilai 5 dari 10, namun untuk urusan vokal, Bradley diberikan nilai 10 dari 10. Saya pun mengamini hal ini, karena di film ini suara Bradley Cooper sangat luar biasa layaknya penyanyi rock country sungguhan.

Bradley Cooper juga mampu menampilkan sosok seorang superstar yang kecanduan alkohol dan hidupnya nampak kacau, sementara Gaga juga mampu menampilkan sosok penyanyi biasa yang nampak kaget melihat cepatnya perjalanan karirnya.

Keduanya tampil sangat memukau dan luar biasa di film ini. Kita bisa melihat Bradley Cooper yang nampak seperti bintang rock sungguhan sementara Lady Gaga berakting nyaris sempurna layaknya aktris yang sudah malang melintang di berbagai film. Mereka berdua nampak all out di film ini.

Chemistry yang dibangun mereka berdua pun sangat luar biasa. Dari awal perkenalan mereka di sebuah bar, berlanjut ke masa pedekate di parkiran supermarket, hingga akhirnya jatuh cinta dan menikah, penonton seakan disuguhi kisah cinta yang nyata dari pasangan musisi tersebut. Bagi para kaum hawa, pasti akan senyum-senyum sendiri dan tak tertutup kemungkinan menangis haru melihat hubungan yang dibangun keduanya.

Saya belum menonton versi 1937 an 1954, hanya versi 1976 saja. Dan apabila diantara pembaca juga sudah ada yang pernah menonton versi 1976, pasti akan mengamini bahwa chemistry Lady Gaga dan Bradley Cooper jauh lebih bermakna dan kuat dibanding chemistry yang dibangun Barbra Streisand dan Kris Kristofferson di tahun 1976.

Musik yang Luar Biasa dan Megah

Zibbet.com
Zibbet.com
Sejak remake di tahun 1954, praktis A Star is Born mengedepankan musik sebagai "jualan" utama film ini. Dan sama seperti dua film pendahulunya, di tahun 2018 ini pun kembali kita disuguhi deretan musik yang megah dan luar biasa. Beberapa diantaranya bahkan sangat potensial untuk meraih Grammy Awards 2019.

Keputusan Bradley Cooper untuk membuat semua lagu di film ini baru dan tidak mengacu ke film lamanya terbukti tepat. Penonton disuguhi sesuatu yang segar dan juga sesuai dengan selera musik masa kini.

Beberapa judul lagu seperti The Shallows,  Your Music to My Eyes dan  I'll Never LoveAgain sangat megah dan catchy, sehingga berpotensi menjadi lagu favorit di film ini. Pun transisi dari musik pop/rock country yang berganti menjadi pop modern karena kebutuhan cerita, sangat halus. Sehingga pergantian jenis musik ini masih sangat nyaman diikuti di sepanjang film.

Meskipun ini termasuk film romantis dan Lady Gaga mendominasi lagu-lagu di film ini, namun berkat aransemen musik rock country megah yang dinyanyikan Bradley Cooper, nampaknya lagu-lagu di film ini juga cocok dinikmati para kaum Adam. Dan tidak tertutup kemungkinan, akan menarik minat penonton kaum Adam untuk menyaksikan film ini setelah mereka mendengarkan soundtrack nya lebih dulu yang memang sudah dirilis lebih dulu dibanding filmnya.

Lalu bagaimana jika dibandingkan lagu-lagu versi 1976? Saya bisa tegas mengatakan bahwa versi 2018 ini jauh lebih bagus, megah dan tentunya lebih memiliki roh sehingga menyatu sempurna dengan film arahan Bradley Cooper ini. 

Sederhananya baik Bradley Cooper maupun Lady Gaga mampu menyajikan penampilan yang luar biasa, berbeda dari 1976 yang jauh lebih dominan Barbra Streisand dibanding Kris Kristofferson.

Memang tidak bisa dibandingkan apple to apple, karena di film tahun 1976 juga menampilkan musik yang sedang tren saat itu, hanya saja keseluruhan album nampak monoton dan tidak sebaik versi 2018 ini.

Sinematografi Indah dan Mengagumkan

Comingsoon.net
Comingsoon.net
Pujian patut disematkan kepada Matthew Libatique yang membawa peran cukup besar terhadap hasil akhir sinematografi film ini sehingga menghasilkan visual yang luar biasa.

Matthew Libatique(Herosfact.com)
Matthew Libatique(Herosfact.com)
Matthew yang juga berperan sebagai sinematografer film-film kelas Oscar lainnya seperti Black Swan dan Mother!. Yang terbaru dia juga menjadi penanggungjawab sinematografi film action anti-hero, Venom.

Pengambilan gambar melebar yang mendominasi film ini, membuat film ini nampak kokoh dan indah. Juga teknik pencahayaan kala adegan konser sangat memukau. 

Kita seperti disuguhi sajian film dokumenter konser yang megah. Selain itu, pengambilan gambar jarak dekat untuk kebutuhan adegan yang membutuhkan emosi pemainnya serta momen bernyanyi, menjadikan adegan tersebut tampak nyata dan hidup.

Bisa dikatakan sinematografi film ini sangat jempolan dan bisa diperhitungkan untuk memperebutkan Oscar bersama dengan First Man yang sinematografinya tak kalah memukau.

Debut Penyutradaraan Bradley Cooper yang Gemilang

Imdb.com
Imdb.com
Bradley yang sebelumnya lebih dikenal sebagai aktor serba bisa berkat peran-peran gemilangnya pada film-film seperti American Sniper, remake The A-Team, Hangover Series, bahkan pengisi suara Rocket Racoon di Guardian of the Galaxy, memulai debut penyutradaraannya untuk film ini dengan gemilang.

Sangat jarang sutradara debutan yang bisa membawa filmnya untuk masuk ke dalam kelas Oscar, dan Bradley Cooper menurut saya sudah berhasil masuk ke jajaran elit tersebut.

Hasil penyutradaraannya sangat baik dan nyaris tanpa cela. Pun visinya untuk merubah sedikit jalan ceritanya dibanding 3 versi awalnya, terbukti menghasilkan jalan cerita yang jauh lebih berbobot dan mengharukan.

A Star is Born untuk Setiap Generasi

Tak bisa dipungkiri, setiap generasi memang membutuhkan film A Star is Born ini. Itulah mengapa, remake film ini sampai 3 kali. Setiap generasi memang perlu disajikan cerita yang gamblang soal kerasnya industri film ataupun musik, dimana setiap orang yang ingin terlibat didalamnya memang harus menyiapkan diri dengan baik. Jangan sampai memulai dengan baik namun berakhir tragis.

Penutup

Theatlantic.com
Theatlantic.com
Pada akhirnya A Star is Born memang menyajikan sebuah cerita yang sangat layak untuk disaksikan. Perpaduan akting yang maksimal, jalan cerita yang relevan, visual yang apik serta musik yang menggugah, menjadikan film ini spesial dan berpotensi mendulang banyak prestasi di gelaran Oscar tahun depan.

Saya pribadi pun menjagokan film ini untuk mendapat penghargaan tertinggi Oscar yaitu Best Picture, meskipun tentunya harus bersaing dengan film lain yang tak kalah mengagumkan, First Man.

Nah, mumpung masih di akhir pekan, tidak ada salahnya menyaksikan film ini dan nikmati sajian visual dan musik yang mengagumkan.

Siap-siap juga tergugah dengan ceritanya dan jangan kaget jika tiba-tiba menitikkan air mata di akhir film.

Saya memberi rating 8,5/10. Sebenarnya bisa 9, tapi itu merupakan sikap. Nilai 9 hanya untuk film-film Christopher Nolan dan Steven Spielberg, heuheuheu.

Salam Kompasiana.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun