Sejak diperkenalkan ke publik pertama kali di tahun 1988 atau 30 tahun yang lalu, Venom tidak bisa dipungkiri berhasil mendapat tempat di hati setiap pembacanya.
Perkenalannya pada komik The Amazing Spider-Man #299, dengan segera menjadikannya karakter villain serta anti-hero yang dicintai pembacanya.Â
Pada perkembangannya Venom juga dianggap sebagai gambaran "sisi gelap" dari Spider-Man berkat kemampuan dan penampilannya yang mirip dengan Spider-Man.
Untuk itulah, berbekal reputasi yang cukup tinggi dari karakter Venom sendiri, akhirnya Sony memberanikan diri untuk menggarap film solo Venom ini dengan serius.Â
Apalagi, karakter Venom yang sempat ditampilkan pada film Spider-Man 3 garapan Sam Raimi sejatinya cukup mengecewakan, sehingga memperbaiki reputasi sang anti-hero ini rasanya memang harus dilakukan Sony
Ya, Sony juga memiliki semestanya sendiri yang disebut dengan SUMC atau Sony Universe of Marvel Characters. Sony membangun semestanya sendiri berbekal hak cipta Spider-Man dan berbagai karakter pendukungnya yang berjumlah 600 lebih, yang di masa lalu sempat dibeli Sony kala Marvel mengalami kebangkrutan.Â
Untuk itulah, Venom diharapkan dapat menjadi pembuka yang apik untuk memudahkan jalan bagi Sony mewujudkan berbagai karakter pendukung Spider-Man lainnya seperti Carnage, Black Cat, Silver Sable dan Morbius untuk tampil di layar lebar.
Namun, apakah Venom mampu menjawab ekspektasi tersebut? Akan saya coba bahas pada tulisan kali ini. Dan bagi yang belum menonton jangan khawatir, seperti biasa tidak akan ada spoiler berlebihan pada tulisan ini.
Sinopsis
Eddie Brock (Tom Hardy) adalah seorang jurnalis yang cukup populer berkat kemampuan investigasinya yang mendalam pada setiap berita yang diangkatnya.
Bukan hanya Eddie, kekasihnya yaitu Anne Weying(Michelle Williams) pun ikut terdepak dari pekerjaannya sebagai pengacara karena dianggap ikut membocorkan informasi rahasia kepada Eddie. Kehidupan Eddie pun kemudian menjadi kacau balau setelahnya.
Pertemuannya dengan Dora Skirth (Jenny Slate) yang merupakan salah satu ilmuwan di lab Dr. Carlton, akhirnya membawa Eddie menemukan fakta yang mencengangkan terkait percobaan berbahaya yang dilakukan Dr. Carlton yang melibatkan manusia dengan alien yang disebut simbiot.
Eddie pun segera menyadari bahwa ada kekuatan luar biasa di dalam simbiot tersebut, yang ternyata juga berhasil masuk ke dalam tubuh Eddie.
Aksi Seru dan Lucu
Venom garapan sutradara film Zombieland, Ruben Fleischer ini menawarkan deretan action sequence yang cukup mengagumkan. Cgi juga digarap dengan sangat baik, sehingga mampu menghasilkan gambaran Venom yang besar, kuat dan menyeramkan.
Unsur humor di film ini juga ditampilkan dengan porsi yang cukup, sehingga punchline nya menurut saya cukup tepat sasaran dan tidak maksa. Unsur humor menjadi semacam penyegar ditengah film yang cenderung gelap.
Tom Hardy yang Berkharisma
Tidak bisa dipungkiri, Tom Hardy merupakan magnet terbesar film ini.Â
Memerankan karakter komik untuk kedua kalinya setelah karakter Bane di The Dark Knight Rises, Tom mampu menampilkan hubungan yang biasa disebut dengan love-hate relationship antara Eddie Brock dan Venom, sehingga benar-benar menyajikan hubungan yang menyegarkan sekaligus kocak.
Cerita yang Berbeda dari Komik
Bagi yang sudah pernah membaca komiknya, siap-siap kecewa dengan film ini. Ya, Venom menyajikan origin story yang berbeda dengan apa yang disampaikan dalam komiknya.Â
Karena tidak bisa dipungkiri, kehadiran Venom sejatinya berkaitan erat dengan Spider-Man, sementara di film ini karakter Spider-Man sama sekali tidak ditampilkan atau minimal disinggung kehadirannya.
Saya rasa, ini merupakan salah satu kekurangan film ini selain pengembangan karakter di sepanjang film yang juga tidak begitu maksimal.
Namun, penggambaran Venom dan penggunaan kata ganti we atau kami pada saat dialog kala Eddie Brock berubah menjadi Venom, sudah sesuai dengan apa yang ditampilkan pada komiknya. Cukup otentik.
Efek samping lainnya adalah, penggambaran karakter Venom sendiri menjadi agak membingungkan antara benar-benar anti-hero atau superhero di film ini. Karena memang hal itu disebabkan absennya Spider-Man di film ini.
Venom si Pembuka Semesta Sony
Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, Venom merupakan film pembuka dari semesta Sony yang disebut dengan Sony Universe of Marvel Character(SUMC). Hanya saja semesta Sony ini memang sedikit membingungkan.
Begini gambarannya. Spider-Man sejatinya masuk ke dalam semesta Marvel atau MCU juga SUMC, sehingga Spider-Man dimungkinkan untuk tampil baik di film-film MCU selanjutnya juga proyek SUMC lainnya di masa depan yang kemungkinan melibatkan Spider-Man di dalamnya.
Membingungkan bukan? Sama, saya juga hehehe
Musik dan Visual yang Keren
Musik di film ini menurut saya bisa disejajarkan dengan musik dalam film Black Panther. Penggunaan musik RnB dan hip hop yang kental di sepanjang film, mampu membangun atmosfer yang megah dan keren.
Jangan lewatkan juga pertarungan finalnya. Menurut saya Venom juga menyajikan salah satu visualisasi pertarungan final terbaik.
Anti-Hero yang Gagal Memberikan Kesan
Venom sejatinya bukanlah karakter anti-hero pertama yang diangkat Marvel ke layar lebar. Sebelum ini, sudah terlebih dulu muncul karakter anti-hero Marvel lainnya seperti The Punisher, Blade, bahkan yang paling ikonik yaitu Deadpool.
Ya, Venom hanya menjadi sebatas film hiburan tanpa memberi kesan yang mendalam. Dengan kata lain, Venom merupakan film yang mudah untuk dilupakan.
Penutup
Terlepas dari segala kekurangannya, Venom sejatinya menyajikan cerita yang seru dan menarik untuk diikuti. Tidak original memang ide ceritanya, namun pesona Tom Hardy sebagai Eddie Brock sejatinya tidak boleh dilewatkan begitu saja. Pun penggambaran komikal nya juga menarik untuk diikuti.
Perjudian besar jelas sedang dilakukan Sony saat ini. Mengangkat karakter pendukung Spider-Man tanpa ada Spider-Man didalamnya jelas mengundang tanda tanya besar bagi banyak pihak.
Well, hanya penonton dan penikmat komik yang bisa menilai sendiri. Apalagi pintu gerbang semesta Sony yang luas itu, baru dibuka oleh Venom, 3 Oktober lalu. Jadi, masih panjang waktu kita untuk menilai keberhasilan Sony terhadap proyek SUMC ini.
Visual yang memanjakan mata jelas bisa menjadi alasan untuk menjadikan film ini sebagai alternatif tontonan di akhir pekan ini. Â Oh iya, setelah filmnya selesai jangan buru-buru beranjak dari tempat duduk. Karena ada 2 post credit scene yang menarik untuk disimak.
Jadi, lupakan sejenak semesta Spider-Man dan Marvel Cinematic Universe, selamat menyambut semesta yang baru, Sony Universe of Marvel Characters.
Selamat menonton Venom. Salam Kompasiana.
Rating:Â 7/10
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI