Kamis lalu penikmat film Indonesia dihebohkan dengan teaser film Indonesia yang memiliki visual indah namun juga memiliki tema yang tidak biasa. Ave Maryam yang sebelumnya dikenal publik sebagai proyek film The Salt is Leaving the Sea garapan Robby Ertanto, akhirnya mulai menampakkan diri ke permukaan.
Robby Ertanto sendiri sebelumnya dikenal sebagai sutradara film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, yang merupakan film dengan segudang prestasi di berbagai festival film Internasional, juga merupakan peraih 6 nominasi pada gelaran FFI 2010, dimana 2 diantaranya berhasil dimenanginya.
Film ini dibintangi oleh Maudy Koesnaedi yang kembali "disayang" publik sejak peran ikonik Jaenab berhasil dihidupkannya kembali dalam film Si Doel beberapa waktu lalu.Â
Maudy akan beradu akting dengan Chicco Jericho, aktor yang meskipun menyabet gelar Aktor Utama Terbaik dalam gelaran Festival Film Indonesia 2014 dalam perannya sebagai Sani Tawainella di film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku, namun peran sebagai Ben di dua franchise Filosofi Kopi jauh lebih melekat di benak setiap penikmat film Indonesia.
Sejatinya film ini belum menampilkan banyak informasi yang bisa digali. Walaupun desain posternya digarap dengan serius dan sangat kuat menampilkan maksud yang ingin disampaikan dalam filmnya, namun durasi teaser nya yang sangat singkat serta belum adanya informasi apapun dari berbagai kanal berita online selain sinopsis filmnya sendiri, menyebabkan film ini muncul dengan meninggalkan rasa penasaran yang cukup tinggi.
Namun begitu, dalam tulisan kali ini saya akan mencoba mengulas hal-hal menarik, prestasi yang bisa dicapai serta tak lupa potensi larang edar terkait isi film ini yang agak sensitif dengan isu agama yang sedang marak di Indonesia saat ini.
Sinopsis
Semarang, tahun 1998. Maryam (Maudy Koesnaedi)Â ditugaskan untuk mengurus rumah biarawati di daerah Ambarawa. Terlahir dari keluarga Muslim, membuatnya memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang dari berbagai agama.
Di Ambarawa, Maryam bertemu dengan 7 biarawati tua dengan keadaan yang tidak terurus. Maryam pun mencoba yang terbaik untuk merawat para biarawati yang sudah pensiun tersebut.
 Sehari-hari pun tugas Maryam adalah mengurus gereja seperti membersihkan asrama, memandikan biarawati yang sudah tua dan menyiapkan makanan. Bahkan ditengah malam pun Maryam sering dikagetkan dengan biarawati tua yang meminta pertolongannya dengan cara memukul Maryam dengan sendok.
Di tengah perjuangannya mengurus para biarawati tua, Maryam mendapat kabar bahwa gereja akan dipimpin oleh seorang pastor baru bernama Yosef (Chicco Jericho). Pertemuannya dengan Yosef sangat berkesan. Bahkan Maryam pun memulai hubungan yang lebih mendalam dengan Yosef meskipun dia tahu itu salah.
Hubungannya dengan Yosef membuatnya kesulitan mengurus para biarawati. Maryam jadi sering pulang telat dan mengabaikan tugas-tugasnya. Dan pada akhirnya, tindakan yang dilakukannya membawanya ke dalam pertanyaan baru untuk dirinya sendiri. Pertanyaan mengenai loyalitas dan komitmennya dalam melayani.
Deretan Bintang Papan Atas Indonesia
Yang menarik dari film ini jelas ada pada deretan pemerannya yang merupakan bintang papan atas Indonesia. Selain Maudy Koesnaedi dan Chicco Jericho, nama-nama lain yang tak kalah tenar meliputi Olga Lydia, Tuti Kirana dan juga sutradara ternama Indonesia, Joko Anwar, yang turut beradu akting di film ini. Bahkan di salah satu teaser nya, Joko Anwar diketahui memerankan karakter seorang romo atau pastor yang memimpin jalannya ibadah raya.
Menarik melihat deretan aktor dan aktris tersebut beradu akting, terlebih Maudy dan Joko Anwar yang diketahui beragama Muslim, memerankan dua tokoh yang merupakan simbol agama Katolik yaitu biarawati dan pastor. Tentunya hal ini menunjukkan tingkat kedewasaan mereka di dunia perfilman, dimana "berani" untuk memerankan karakter yang bisa menimbulkan kontroversi di masyarakat terkait peran yang kontradiksi dengan keyakinan mereka.
Robby Ertanto dan Jaminan Kualitasnya
Seperti penjelasan Robby Ertanto yang menyatakan bahwa "Sesuatu yang tabu di masyarakat, harus kita buka" dan "sebuah ide cerita sebaiknya bersifat universal, untuk mendekatkan diri dengan penonton".
Nampaknya memang film-film Robby Ertanto akan menceritakan banyak kisah yang menginspirasi dan bisa dijadikan pelajaran bagi masyarakat, sekalipun hal tersebut tabu untuk diungkapkan. Semoga Ave Maryam mampu menghadirkan cerita yang kuat layaknya idealisme Robby Ertanto sendiri.
Ave Maryam, Calon Film Berprestasi
Meskipun masih minim informasi dan tentu saja belum ditayangkan, namun rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan film ini merupakan calon film dengan segudang prestasi.
Indikasi paling mudah tentu saja ada pada sajian visualisasinya yang menurut saya sangat mengagumkan. Meskipun baru sekedar teaser, namun apa yang ditampilkan Ave Maryam sudah lebih dari cukup untuk mengambil kesimpulan bahwa film ini memiliki kualitas diatas rata-rata. Ave Maryam jelas tidak digarap layaknya film Indonesia pada umumnya.Â
Tone pada film serta teknik pengambilan gambarnya mengingatkan saya pada film-film produksi Eropa yang juga kita tahu merupakan langganan pemenang festival film internasional.
Selain itu, tema yang mengangkat isu agama juga merupakan tema yang saat ini relevan dengan keadaan dunia saat ini. Dilihat dari sinopsisnya, jelas Ave Maryam kemungkinan akan mengangkat tema toleransi antar umat beragama yang cukup kental.
Jika Marlina yang beberapa waktu lalu berhasil masuk seleksi film berbahasa asing terbaik di ajang Oscar karena mengangkat isu feminisme dan kesetaraan gender, maka Ave Maryam sejatinya bisa mencapai hal yang sama bahkan lebih karena tema agama yang dibawa sangat relevan dengan keadaan saat ini.
Potensi Larang Edar di Indonesia
Apalagi kita tahu, pemeran utamanya memiliki keyakinan yang berbeda dengan karakter yang dimilikinya, meskipun kita juga tahu bahwa hal seperti ini dianggap sebagai kemajuan dalam dunia seni peran mengingat si aktor atau aktris berani untuk memerankan tokoh diluar zona nyamannya.
Penutup
Pada akhirnya Ave Maryam berhasil membuktikan bahwa perfilman Indonesia saat ini menuju ke arah yang jauh lebih baik. Film-film dengan tema idealis seperti ini semakin banyak muncul di Indonesia. Meskipun mungkin mengalami sedikit gangguan di negara sendiri, setidaknya film ini akan berbicara banyak di kancah internasional.
 Apalagi Ave Maryam juga berhasil masuk official selection di gelaran Hanoi International Film Festival serta Hong Kong International Film Festival. Jadi tinggal tunggu waktu saja untuk menyaksikan deretan penghargaan baik nasional maupun internasional yang akan diterimanya.
Semoga saja film ini menghadirkan kualitas yang luar biasa layaknya teaser yang sudah disebar. Dan yang paling penting, semoga tidak ada boikot ataupun larangan edar film ini di Indonesia. Sangat disayangkan jika publik tanah air tidak bisa menyaksikan sajian berkualitas seperti ini.
Dan melihat teaser nya yang juga menampilkan lagu natal, nampaknya film ini kemungkinan ditayangkan akhir tahun ini atau awal tahun 2019.
Jadi, selamat menunggu film Ave Maryam. Tentunya dengan catatan harus memiliki pola pikir yang terbuka apabila ingin menyaksikan jenis film seperti ini.
Salam Kompasiana.
update : trailer resminya sudah bisa disaksikan di kanal youtube berikut
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H