Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Crazy Rich Asians", Segarnya Sajian Komedi Romantis ala Orang Kaya Asia

11 September 2018   23:02 Diperbarui: 12 September 2018   16:30 3895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gemma Chan dan Pierre Png (popsugar.com.au)

Setelah dirilis di Amerika Serikat tanggal 15 Agustus lalu, film Crazy Rich Asians yang diangkat dari novel Kevin Kwan berjudul sama akhirnya menyambangi bioskop-bioskop di Indonesia di tanggal 11 September ini. 

Film yang diangkat dari buku pertama trilogi Kevin Kwan yang menceritakan kehidupan orang kaya Asia ini, mencapai kesuksesan baik secara kritik maupun pendapatan komersilnya.

Selain mendapatkan review positif dari para kritikus film dunia dan juga nilai yang mentereng pada situs Rotten Tomatoes yaitu 93% sehingga layak dilabeli certified fresh, film ini juga mampu melenggang dengan cukup percaya diri lewat pendapatan box office nya. 

Seperti dilansir dari laman boxofficemojo, dengan budget produksi sebesar 30 juta dollar AS, film ini mencetak angka pendapatan sebesar 26 juta dollar AS pada minggu pembukanya di negeri Paman Sam tersebut. 

Bahkan hingga tanggal 9 September yang lalu, total pendapatan domestik untuk film ini menyentuh angka 135,7 juta dollar AS, itupun belum termasuk pendapatan internasionalnya yang sampai saat ini baru menyentuh angka 28 juta dollar AS karena beberapa negara baru kedapatan jadwal tayang seperti di Indonesia saat ini. Nampaknya Warner Bros panen cukup banyak tahun ini berkat kesuksesan film ini dan juga The Nun yang saat ini sedang tayang.

Melihat tingginya nilai yang disematkan untuk film ini yang juga berbanding lurus dengan pendapatan box office-nya, tentunya banyak hal yang menjadi faktor kesuksesan film ini. Untuk itu, akan saya ulas pada tulisan kali ini. 

Bagi teman-teman kompasianer yang belum menonton tenang saja, seperti biasa tidak akan ada spoiler berlebih yang akan ditulis disini.

Sinopsis

themarrysue.com
themarrysue.com
Rachel Chu (Constance Wu) yang merupakan seorang profesor ekonomi, suatu hari diajak oleh kekasihnya yang bernama Nick Young (Henry Golding) ke Singapura untuk datang ke acara pernikahan temannya sekaligus memperkenalkan Rachel ke dalam keluarga besarnya.

Rachel yang berasal dari keluarga kalangan menengah tidak mengetahui bahwa kekasihnya selama ini ternyata merupakan anak dari orang kaya raya di Asia yang tentunya menjadi incaran banyak wanita. 

Cintanya yang tulus kepada Nick menyebabkan Rachel tidak mempedulikan latar belakang Nick, sehingga identitas keluarga Nick yang kaya raya pun tidak pernah diumbar oleh Nick selama menjalin kasih.

Sesampainya di Singapura semuanya tampak menjadi semakin rumit kala ibu dari Nick, Eleanor(Michelle Yeoh) tidak menyukai kehadiran Rachel didalam keluarga besar Young. Namun, disinilah cinta Rachel kepada Nick diuji lebih jauh lagi. 

Rachel bukan hanya dituntut untuk menggunakan sikap baik dan status terpelajarnya agar bisa diterima dalam keluarga besar Young. Lebih dari itu, Rachel harus menggunakan kemampuannya dalam mengatur strategi agar bisa keluar dari situasi sulit tersebut.

Kebudayaan Asia yang Kental

nytimes.com
nytimes.com
Tidak dapat dipungkiri, salah satu penyebab kesuksesan film ini bukan hanya soal aktor, aktris dan jajaran kru yang didominasi orang Asia, namun juga menampilkan berbagai kebudayaan Asia yang kental dalam film, khususnya dari etnis Tionghoa/China. Kebudayaan yang ditampilkan pun tampak mengena bagi setiap orang Asia yang menontonnya tak terkecuali orang Indonesia. 

Mulai dari permasalahan dalam pemilihan jodoh yang harus sesuai restu orang tua, hingga kepercayaan terkait bentuk wajah yang berbanding lurus dengan keberuntungan seseorang, semuanya dapat ditampilkan dengan natural dan mengena bagi siapapun yang menontonnya.

Film ini pun menghadirkan banyak adegan yang melibatkan masakan Asia di dalamnya. Sate, pangsit, es serut, kue-kue khas jajanan pasar tradisional, hingga kepiting pedas khas chinesse food, merupakan beberapa masakan yang ditampilkan secara apik di dalam film, sehingga membuat siapapun yang menonton tertarik juga untuk mencicipi masakan tersebut. 

Dijamin, begitu keluar dari bioskop pasti akan segera lapar karena melihat makanan-makanan yang di shoot secara menarik di sepanjang film.

slashfilm.com
slashfilm.com
Adat ketimuran yang lebih mementingkan kesuksesan dan keberhasilan keluarga secara turun temurun dibandingkan mengejar passion dalam berkarier atau berkarya, juga mampu ditampilkan secara rapi di dalam film yang sekaligus juga menjadi sindiran satir dari cerita ini.

Jadi, tidak salah jika kemudian banyak orang tertarik menyaksikan film ini khususnya di Amerika Serikat, karena film ini sejatinya menghadirkan berbagai budaya dan kebiasaan orang Asia yang selama ini jarang diketahui dunia barat. Maklum, selama ini Asia selalu digambarkan sebagai pihak yang "culun" dalam berbagai film Hollywood. 

Padahal kita tahu, saat ini kekuatan ekonomi dunia justru berkembang di Timur khususnya China, sehingga anggapan bahwa Asia lebih culun dari Eropa ataupun Amerika seharusnya tidak ada. Dan film ini nampak menyanggah semua pengertian yang selama ini diyakini oleh dunia Barat tentang Asia.

Untuk itulah tak salah jika di awal pembuka film ini mengutip kata-kata Napoleon Bonaparte yang cukup terkenal dan menggambarkan keadaan Asia khususnya China saat ini. Adapun kutipannya sebagai berikut,

"Let China sleep, for when she wakes, she will shake the world."

Dari Sutradara Hingga Aktor dan Aktris, Semuanya Menyajikan yang Terbaik

Jon M.Chu (hufftingtonpost.com)
Jon M.Chu (hufftingtonpost.com)
Sutradara Jon M.Chu yang lebih dulu dikenal lewat film Step Up 2: The Streets, G.I. Joe:Retaliation, dan Now You See Me 2, jelas mampu menyajikan visualisasi yang apik dari novel yang juga meraih predikat international bestseller tersebut. 

Meskipun menyajikan formula standar khas film-film komedi romantis, yaitu seorang gadis sederhana yang memiliki kekasih seorang yang kaya raya, dimana jalinan asmaranya pada akhirnya membawanya kepada konflik dengan orang tua dan keluarga besarnya, namun disini Jon M.Chu mampu menawarkan bobot yang berbeda dari premis yang sejatinya sangat sederhana tersebut. 

Kita seakan "dipaksa" secara tiba-tiba untuk ikut masuk ke dalam kehidupan orang kaya raya dengan segala intrik dan konfliknya sambil berempati dengan karakter Rachel yang juga nampak kaget dengan segala perubahan hidupnya.

Constance Wu (nytimes.com)
Constance Wu (nytimes.com)
Jon juga mampu mengarahkan para aktor dan aktrisnya untuk bisa mengeluarkan potensi terbaik mereka. Karakter Rachel yang diperankan Constance Wu misalnya, mampu menampilkan karakter perempuan dari kalangan menengah nan sederhana yang secara mendadak mengalami perubahan dalam hidupnya karena berpacaran dengan orang kaya raya di Asia. Bukan hanya itu, karakter Rachel yang terbiasa mandiri sejak kecil juga mampu ditampilkan dengan baik oleh Constance Wu.

Karakter Nick Young yang diperankan oleh Henry Golding pun mampu ditampilkan dengan maksimal. Karakter pria Asia yang punya ambisi dan idealisme hidup yang tinggi, namun disisi lain juga harus menuruti apa kata orang tua, mampu ditampilkan dengan sangat baik. Gejolak batin yang timbul jelas mampu disajikan dengan maksimal oleh Henry Golding.

Awkwafina (sciencefiction.com)
Awkwafina (sciencefiction.com)
Karakter Peik Goh yang merupakan sahabat Rachel dan diperankan Awkwafina pun mampu menjadi penyegar di sepanjang film. Karakternya mampu menghadirkan tawa di sepanjang adegan yang melibatkan dirinya.

Gemma Chan dan Pierre Png (popsugar.com.au)
Gemma Chan dan Pierre Png (popsugar.com.au)
Pujian juga patut diberikan kepada Gemma Chan yang memerankan karakter Astrid, sepupu dari Nick Young, yang juga merupakan istri dari karakter Michael Teo (Pierre Png). 

Konflik suami istri yang berhubungan dengan perbedaan kekayaan ini mampu ditampilkan dengan maksimal oleh mereka berdua. Gemma Chan juga berhasil menjelma menjadi istri yang mampu menunjukkan kualitasnya sebagai pribadi yang tidak mengandalkan kekayaan orangtuanya, sementara dia juga harus menjaga perasaan tidak enak dari suaminya yang memiliki kekayaan lebih kecil darinya.

Scene Stealer yang Memukau

nytimes.com
nytimes.com
Tidak dapat dipungkiri, film ini memiliki banyak adegan yang mencuri perhatian atau biasa disebut dengan scene stealer. Namun yang paling memorable tentu saja adegan pernikahan sahabat Nick didalam gereja, dimana dekorasi dan ornamen khas kebun memenuhi seluruh gereja. 

Ditambah ada air yang tiba-tiba mengairi jalan setapak sang pengantin wanita, tentu saja menambah kesan megah dan unik dalam pernikahan tersebut. Dijamin, setelah ini akan banyak calon pasangan yang menginginkan konsep pernikahan seperti itu.

Soundtrack dan Kostum yang Menarik

Hal lain yang menjadi perhatian dalam film ini adalah deretan soundtrack nya yang sangat memanjakan telinga. Lagu-lagu seperti Can't Help Falling in Love dan Yellow, diaransemen ulang sehingga menyajikan musik yang baru dan segar. 

Lagu-lagu berbahasa mandarin dengan iringan musik khas broadway pun juga membuat kita seakan masuk ke dalam film-film kolosal lawas dari negeri Tiongkok.

Kostum para aktor dan aktrisnya pun ditampilkan dengan cukup maksimal dan detail. Gaun dan berbagai fashion items lainnya dari merk-merk premium dunia, bertebaran di sepanjang film. Kaum hawa pasti terpuaskan melihat berbagai aksesoris wanita yang ciamik di sepanjang film ini.

Crazy Rich Asians sebagai Pembuktian Asia di Industri Hollywood

nationalobserver.com
nationalobserver.com
Sejak tagar #OscarSoWhite bergema di panggung Oscar, dimana merupakan kritikan atas dominasi aktor/aktris barat berkulit putih dalam setiap film dan juga penghargaan film Hollywood, Crazy Rich Asians seakan menjadi pembuktian bahwa Asia pun dapat berbicara banyak di kancah perfilman Hollywood. 

Crazy Rich Asians bersama film-film seperti Get Out dan Black Panther yang didominasi aktor dan kru kulit hitam, menjadi pembuktian bahwa film berkualitas tidak harus melibatkan jajaran "kulit putih" dari negeri barat dalam proses produksinya.

Penutup

cnn.com
cnn.com
Meskipun menggunakan latar cerita kehidupan orang kaya Asia, nyatanya film ini tetap menghadirkan cerita yang membumi dan relevan dengan kehidupan orang-orang Asia saat ini. Sajian budaya Asia yang kental jelas tidak boleh dilewatkan begitu saja.

Pun film ini seakan menjadi marketing gratis untuk negara Singapura berkat berbagai latar tempat di negara tersebut yang menarik dan eye catching di sepanjang film, jelas hal ini membuat siapapun jadi ingin mengunjungi Singapura entah sebagai kunjungan pertama atau kunjungan ke sekian kalinya.

Kekurangan dari film ini hanyalah pada penjelasan yang terlalu cepat dalam beberapa adegannya. Mungkin hal itu memang harus dilakukan mengingat durasi dari film itu sendiri. Juga beberapa adegan konflik yang ditampilkan antara Rachel dengan mantan pacar Nick nampak seperti  film komedi romantis pada umumnya.

Bagi yang sudah membaca novelnya, nampaknya film ini menghadirkan cerita yang sedikit berbeda. Bahkan laman Cosmopolitan pun sampai merangkum 23 perbedaan yang ditampilkan pada film dan novelnya. 

Namun bagi yang belum membaca, nampaknya film ini juga mampu menggugah semangat untuk membaca versi novelnya sembari menyelesaikan triloginya.

bbc.com
bbc.com
Jadi, bagi yang sudah rindu akan film komedi romantis yang bisa bikin senyum-senyum sendiri, rasanya tidak boleh melewatkan film yang satu ini. Komedi yang segar, adegan romantis antara Nick dan Rachel yang tidak berlebihan, juga faktor lainnya yang "Asia banget", jelas menjadi pengobat rindu bagi pecinta genre komedi romantis ini. 

Menjadi film Hollywood pertama yang didominasi orang Asia setelah terakhir kali terjadi 25 tahun yang lalu lewat film Joy Luck Club, jelas menjadi hal menarik lainnya dari film ini.

Pada akhirnya Crazy Rich Asians menjadi pembuktian bahwa Asia sekali lagi menguasai panggung perfilman dunia, setelah sebelumnya di tahun ini film To All The Boys I've Loved Before di Netflix dan Searching yang tokoh utamanya merupakan orang Asia, sukses besar dan menjadi perbincangan yang hangat di kalangan penikmat film di seluruh dunia.

So, selamat menonton teman-teman kompasianer!

Salam.

Skor: 9/10


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun