Menyebut nama Taman Dewari rasanya masih kurang populer dibandingkan berbagai taman bunga yang sudah lebih dulu ada di beberapa tempat di Indonesia khususnya pulau Jawa. Taman Bunga Nusantara di Cianjur, Taman Bunga Begonia di Lembang, Taman Bunga Cihideung di Bandung, dan Kebun Bunga Matahari di Kediri merupakan beberapa nama kebun atau taman bunga yang sudah lebih dulu ada dan dikenal masyarakat luas.
Bahkan di daerah sekitaran Jogja sendiri, nama Dewari masih kalah tenar dengan kebun bunga matahari yang tersebar di sekitar pantai Samas, Bantul. Hal ini dikarenakan Taman Dewari sendiri baru dibuka untuk umum di awal tahun 2018 ini, berbeda dari Kebun Bunga di Pantai Samas, Bantul yang sudah mulai dikenal publik sejak 2017 silam.
Namun begitu, kepopuleran taman bunga matahari ini kian hari kian naik sejak banyaknya unggahan foto dari pengguna media sosial khususnya Instagram, yang berswafoto dengan latar hamparan bunga matahari di Taman Dewari.
Saya pun berkesempatan mengunjungi tempat tersebut bersama istri bulan Juli lalu. Berawal dari ajakan istri yang ingin berfoto di kebun bunga matahari yang memang instagramable tersebut, saya pribadi pun penasaran seperti apa rupa tempat ini hingga menarik banyak pengunjung khususnya kaum hawa dari berbagai daerah yang memang datang hanya untuk berswafoto di tempat ini.
Lalu, apa saja sih yang menarik dari taman bunga matahari tersebut? Akan saya ulas pada tulisan ini.
Taman Dewari Buah Kreatifitas si Pemilik
Berada 10Â KM dari obyek wisata candi Borobudur, tepatnya di Dusun Kradenan Kalikuning, Desa Baturono, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Taman Dewari ini berdiri diatas lahan seluas 2.800 meter persegi dengan total 8.000 bunga matahari dan 2.000 bibit yang tersebar di atas lahan tersebut.
Tentunya hal ini merupakan kreatifitas sang pemilik di mana sebelumnya lahannya digunakan untuk menanam cabai dan padi seperti lahan lainnya di sekitaran taman tersebut. Namun melihat peluang usaha serta mudahnya merawat bunga matahari, maka ladang itu pun berganti konsep.
Saya pun takjub kala akhirnya menemukan tempat ini. Layaknya oase di tengah gurun pasir, tanaman bunga matahari yang sudah bermekaran dan menjulang tinggi seakan menjadi satu area yang segar ditengah luasnya area persawahan di sekitarnya. "Kreatif banget ini !", ujar saya kepada istri.
Akses Menuju Taman Dewari
Akses menuju taman ini sejatinya gampang-gampang susah. Gampang jika anda tinggal di wilayah Jogja dan sekitarnya, sulit jika memang anda berasal dari luar Jogja dan sama sekali belum pernah ke Jogja dan sekitarnya. Tempat ini sebenarnya tidak jauh dari jalan utama Jogja-Magelang, hanya saja letaknya yang agak masuk ke dalam dan melewati area persawahan luas membuat banyak orang bingung kala menuju tempat tersebut.
Harga dan Fasilitas
Fasilitas yang kita dapatkan pun berupa akses tak terbatas untuk menikmati taman tersebut dan berfoto dengan berbagai jenis perangkat elektronik. Mau pakai DSLR boleh, action cam boleh, handphone apalagi. Tapi awas, jangan sampai merusak apalagi mencabut tanaman bunga mataharinya. Berbeda dari kebun bunga matahari di Pantai Samas, Bantul yang memperbolehkan pengunjungnya memetik bunga dengan membayar uang sebesar Rp 10.000,- , di Taman Dewari pengunjung tidak diperkenankan memetik bunganya.
Taman Dewari pun menyediakan spot foto seperti panggung kayu, dimana untuk mengaksesnya kita harus menaiki beberapa anak tangga. Disitu kita bisa berfoto dengan latar hamparan kebun bunga matahari yang luas. Sangat menarik.
Saya pun cukup puas mengambil berbagai gambar di kebun bunga tersebut. Beruntung pada saat saya kesana di hari Jumat siang, jumlah pengunjung taman tersebut sangat sedikit. Waktu yang bertepatan dengan Sholat Jumat, dan cuaca yang cukup terik saat itu menjadi faktor utama sepinya pengunjung siang itu.
Souvenir
Layaknya obyek wisata lain yang menyediakan kenang-kenangan bagi pengunjungnya, Taman Dewari pun menyediakan hal yang sama. Kaos, gantungan kunci, stiker hingga biji bunga matahari, dijual sebagai souvenir tempat tersebut. Bahkan bila membeli kaosnya, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk alias gratis.
Sayang, saya tidak sempat foto deretan souvenirnya. Namun, jenis-jenis souvenir ini bisa dilihat langsung di laman instagram resminya Taman Dewari yaitu di @tamandewari dan @dewari.merch.
Pantau Buka Tutup Taman via Instagram
Karena Bunga Matahari punya waktu tertentu untuk mekar dan menghasilkan cikal bakal kuaci tentu saja,hehe, maka Taman Dewari pun tidak dibuka setiap waktu.Â
Untuk itu, bagi yang ingin mengunjungi taman tersebut ada baiknya pantau terlebih dahulu lewat laman instagramnya, agar kunjungan ke taman tersebut tidak sia-sia karena masih ditutup.
Taman Dewari yang Menginspirasi
Sejatinya banyak hal yang didapat dari kunjungan kami ke Taman Dewari bulan Juli lalu. Inspiratif merupakan hal pertama yang ada di benak kami sepulangnya dari tempat tersebut. Bagaimana tidak, dari lahan sawah atau kebun biasa tersebut, bisa disulap menjadi satu area kebun bunga yang indah dimana pengelolaannya pada akhirnya mendatangkan keuntungan bagi si pemiliknya.
Kuliner, transportasi dan penginapan sederhana merupakan beberapa contoh jenis usaha yang bisa berkembang seiring kepopuleran taman tersebut di masa depan. Apalagi pemerintah daerah setempat sudah mengapresiasi dan mendukung penuh perkembangan Taman Dewari tersebut.
Penutup
Jadi bagaimana, tertarik kah teman-teman ke tempat ini? Apalagi minggu depan ada hari kejepit nasional yang tentunya bisa dimanfaatkan untuk berlibur ke Jogja dan sekitarnya. Tapi ingat, pantau dulu instagram Taman Dewari untuk mengetahui jadwal buka-tutup nya taman tersebut. Jangan sampai, ketika sudah tiba disana hanya bisa gigit jari karena taman nya tutup.
Selamat liburan teman-teman kompasianer !
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H