Tapi rasanya sulit, mengingat film-film tersebut memiliki pangsa pasar yang lebih luas dari film biopik Sultan Agung, dimana genre biopik sepertinya masih kurang diminati penonton tanah air kecuali dibumbui drama romantis yang kental layaknya Habibie & Ainun.
Padahal waktu maksimal bagi film untuk mendulang banyak penonton minimal 2 minggu. Apalagi, bulan ini bukan bulan liburan sekolah, jadi rasanya Sultan Agung harus ekstra kerja keras supaya tetap bisa menarik minat penonton. Dan jangan lupa, film box office lainnya pun sudah menunggu untuk melawan eksistensi Sultan Agung di layar bioskop. Meskipun tayangnya masih 2 minggu setelah rilis Sultan Agung, The Nun juga siap menghantui penonton dan sang Sultan di awal September nanti.
Aktor Mentereng, Marketing Kurang
"Sultan Agung" sebenarnya juga menawarkan sesuatu yang berbeda bahkan berpotensi untuk melawan Wiro Sableng secara Head to Head. Aktor mentereng, tema kolosal, aksi yang menawan dan sinematografi yang ciamik merupakan beberapa faktor yang bisa menarik minat penonton lebih lagi. Dan semuanya, ditampilkan secara baik pada trailer anyarnya beberapa hari yang lalu.Â
Hanya saja, teknik pemasarannya tampak kurang digarap serius, sehingga sampai saat ini pun, rasanya masih banyak orang yang belum ngeh terhadap kehadiran film Sultan Agung ini.
Kontroversi Sudah Muncul di Awal
Yang menarik, justru film ini menghadirkan kontroversi di awal rilis trailer nya. Adapun hal tersebut dikarenakan adanya komentar bernada kecewa dari anggota keluarga Kraton Yogyakarta yaitu GKR Bendara yang merupakan putri bungsu Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hemas.
Adapun GKR Bendara menyoroti motif batik yang digunakan Sultan Agung tidak sesuai dan keluar dari pakem Kraton, seperti yang dikutip dari laman instagram pribadinya berikut ini;