Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Buffalo Boys", Menikmati Visual Surealis dalam Tema "Indonesia Wild West"

20 Juli 2018   11:12 Diperbarui: 22 Juli 2018   09:34 2569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana jika koboi yang sudah identik dengan pistol, kuda dan tentunya Amerika digabungkan dengan sejarah dan budaya lokal Indonesia? Tentunya akan menjadi sesuatu yang unik dan menghasilkan versi alternatif dari gambaran Indonesia klasik bukan?

Hal itulah yang coba diangkat oleh Mike Wiluan selaku sutradara film ini. Film ini juga menjadi film debut Mike Wiluan setelah sebelumnya lebih banyak berkutat sebagai produser eksekutif di Infinite Studios dan menghasilkan film-film seperti Rumah Dara (2009), Dead Mine (2012), Serangoon Road (2013) dan Headshot(2016).

Film yang kabarnya sudah dipersiapkan selama 3 tahun ini kemudian mulai dikerjakan secara agresif di tahun 2017 dengan menggandeng Screenplay Films dan Zhao Wei Films. Bersama Infinite Studios, mereka pun bekerjasama dalam memproduksi proyek ambisius film western rasa Jawa ini agar segera bisa dinikmati publik lokal maupun internasional.

Budget puluhan milyar pun konon dipersiapkan rumah produksi film ini untuk menghasilkan set dan sekuen aksi yang western banget. Film seperti The Last Samurai, Django Unchained dan The Magnificent Seven kemudian menjadi referensi Mike untuk membuat atmosfer desa dan penokohannya. Dengan kata lain film ini benar-benar digarap dengan serius agar bisa diterima berbagai kalangan publik.

Sinopsis

Tahun 1860, Kakak beradik Jamar (Ario Bayu) dan Suwo (Yoshi Sudarso) serta pamannya Arana (Tio Pakusadewo) bekerja di dunia wild west California. Dalam suatu kejadian di kereta yang pada akhirnya hampir merenggut nyawa Arana, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan menuntaskan misi yang belum selesai bertahun-tahun sebelumnya.

Arana muda (Donny Alamsyah) dan kedua keponakannya yang masih kecil kala itu berhasil kabur dari kepungan Kapten Van Trach dan pasukannya dan melarikan diri ke Amerika. Sultan Hamza (Mike Lucock) yang merupakan ayah dari Jamar dan Suwo kemudian menghadapi sendirian Van Trach dan antek-anteknya. Sultan mati dan menyisakan dendam bagi Arana dan kedua keponakannya kelak.

feedyeti.com
feedyeti.com
Kepulangan mereka ke tanah Jawa pun untuk membalaskan dendam atas kematian Sultan Hamza, dan juga untuk menghadapi Van Trach yang kini sudah menjadi gubernur dan membebaskan rakyat dari kekejaman penjajahan. 

Pertemuan Jamar dan Suwo dengan Sri (Mikha Tambayong) dan Suroyo (El Manik) kala membebaskan mereka dari perompak jahat, Fakar( Alex Abbad) kemudian menuntun Jamar dan Suwo ke dalam desa yang sedang dalam pengawasan Belanda untuk kerja paksa penanaman opium. Nurani mereka pun bergejolak. Belanda harus ditumpas dari tanah air.

Poin Positif

Apa yang ingin disajikan Mike Wiluan sejatinya patut diapresiasi. Menggabungkan sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia khususnya di tanah Jawa dengan tradisi koboi yang identik dengan Amerika, tentu bukanlah hal yang mudah. Selain karena kebudayaannya jelas berseberangan, landscape dan jenis bangunan pun sangat berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun