Sayatan gitar berdistorsi, betotan bass yang tegas dan pukulan drum dengan ketukan yang "nyeleneh" secara bersamaan masuk ke dalam telinga saya ketika itu. Musik yang dimainkan di akun spotify kakak saya tersebut pun dengan sekejap membuat saya tertarik untuk mendengarkan lebih lanjut. Sekilas saya berpikir itu adalah musik terbaru dari band progresif metal papan atas dunia, Dream Theater.
Maklum saja, meskipun band dengan jenis musik progresif metal bertebaran di seluruh dunia, namun sampai saat ini yang masih rajin menelurkan album dan live show hingga keberadaanya cukup terkenal di kalangan penikmat musik tanah air hanyalah band yang sudah cukup gaek tersebut.
Tentang ILP
ILP berada di genre musik Progresif Rock/Metal Progresif. Sebuah genre musik yang saat ini sangat jarang ada di Indonesia. Selain karena komposisi musiknya yang memang rumit dan membutuhkan skill yang tidak main-main, tidak bisa dipungkiri para penggemar genre musik ini pun sejatinya masih sangat sedikit di Indonesia. Memang Indonesia sudah pernah memiliki band bergenre progresif rock/metal seperti Discus, Imanissimo dan Pendulum, namun saat ini band-band tersebut tampak tidak terdengar lagi dan jarang muncul di publik.
Audisinya sendiri disebar oleh Indra Lesmana di akun media sosial pribadinya sejak Desember 2017 lalu. Seperti dilansir dari laman Musikeras.com, informasi audisi itu pun pada akhirnya menarik sekitar 250 musisi dari berbagai daerah di Indonesia yang harus diseleksi kembali oleh Indra Lesmana dan Shadu Rasjidi hingga menghasilkan 4 personil tambahan untuk band tersebut.
Ketukan yang "tanggung" dan pukulan yang agresif jelas merupakan hal yang sulit, apalagi dituntut harus memiliki tempo yang juga presisi. Jadi bisa dibayangkan bahwa pemilihan posisi ini harus lah teliti dan tidak bisa sembarangan karena drummer sendiri merupakan mesin penggerak jenis musik seperti ini. Togar Naibaho atau yang biasa disebut Ragot kemudian menjadi personil ILP paling terakhir yang terpilih sebagai vokalis.
Dengan lengkapnya personil tersebut, maka album mini atau yang biasa disebut E.P (Extended Play) pun pada akhirnya dirilis ke publik per tanggal 15 mei lalu dalam format digital seperti iTunes, Apple Music dan Spotify. Album mini yang berjudul Sacred Geometry tersebut menyuguhkan rangkaian komposisi musik yang terbagi dalam empat bagian yakni "Awakening", "Acknowledge","Ascension" dan "Acceptation". Ke empat bagian ini menyuguhkan 2 lagu dalam komposisi full instrumental dan 2 lagu dengan komposisi vokal didalamnya. Sangat menarik dan tentu saja membawa angin segar bagi musik tanah air yang selama ini didominasi pop dan lagu mainstream lainnya.
Tentang Mini Album Sacred Geometry
Dua jempol saya angkat untuk mini album ILP bertajuk Sacred Geometry ini. Album ini tidak mencoba mengikuti gaya dari band-band progresif metal lain yang sudah dikenal publik internasional. Album ini jelas menjadi dirinya sendiri dan memperkenalkan ke publik tentang siapa ILP sebenarnya.
Indra Lesmana yang menurut penuturannya pada Musikeras.com, tumbuh mendengarkan band-band progresif lawas seperti Yes, Genesis, Emerson Lake & Palmer dan King Crimson, jelas mempengaruhi sebagian besar komposisi lagu-lagu ILP ini. Sound keyboard dan synthesizer nya terkadang mengingatkan saya akan komposisi lagu dari band Yes, meskipun tidak bisa dipungkiri pengalamannya yang lebih lama di ranah fusion juga banyak mempengaruhi komposisi musik ILP ini. Ketukan menggantung khas fusion dikombinasi dengan distorsi gitar yang gagah, jelas menjadi sesuatu yang menyegarkan di genre musik progresif metal.
Sound yang dihasilkan pun sangat gahar dan solid. Tidak seperti band metal tanah air lain yang pernah saya dengarkan dimana output nya terasa sangat menyakitkan di telinga, output musik yang dihasilkan ILP sangatlah padat dan berkualitas tinggi. Seluruh instrumen mampu dimaksimalkan dan hampir tidak ada sound antar instrumen yang "bertabrakan". Bisa dibilang, sound ILP sangat nyaman untuk diperdengarkan.
Kesimpulan
Pada akhirnya, ILP benar-benar telah sukses menjelma menjadi band pendatang baru yang patut diperhitungkan. Nama besar Indra Lesmana jelas menjadi sebab band ini sangat dinanti kehadirannya terutama peluncuran album penuhnya. Musik progresif metal jelas bukanlah musik yang bisa didengarkan oleh semua orang. Musik ini jelas memiliki segmentasinya tersendiri.
Musik ini pun tidak hadir tanpa kekurangan. Vokal menjadi satu-satunya kekurangan pada album ini menurut saya pribadi. Kualitas vokal Ragot memang tidak diragukan lagi. Selain suara yang "rock" banget, range vokal Ragot yang luas memungkinkan dirinya untuk bernyanyi dari nada rendah ke nada tertinggi sekalipun dengan cukup mudah.
Namun sayangnya, kualitas vokal yang baik tidak diiringi dengan pelafalan bahasa Inggris yang cukup baik. Saya pribadi cukup kesulitan mendengarkan lirik berbahasa Inggris yang dinyanyikan oleh Ragot karena memang tidak begitu jelas. Mengingat ke depannya lagu-lagu pada ILP akan didominasi lirik berbahasa Inggris, rasanya ini menjadi satu-satunya PR bagi Indra Lesmana untuk bisa memperbaiki hal ini.
Namun begitu, apa yang dihadirkan Indra Lesmana ini jelas menjadi angin segar bagi musik tanah air ditengah gempuran musik Indonesia yang monoton di genre pop. Dan harapan ke depannya adalah semakin banyak musisi Indonesia yang berani keluar dari "zona nyaman" untuk menghasilkan musik yang berkualitas dan tidak kalah dengan apa yang dihasilkan oleh para musisi dunia.
So, selamat mendengarkan rumitnya komposisi musik ILP di liburan ini dan selamat menyaksikan konsernya tanggal 27 Juni nanti.
Salam metal, salam Kompasiana !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H