Hal ini tidak terlepas dari ambisi Marvel untuk mengembangkan sayap bisnisnya yang tidak hanya bergantung dari komik namun juga whole entertainment termasuk film dan mainan. Disamping itu, kesuksesan DC yang telah berhasil membuat film layar lebar untuk karakter komik mereka seperti Batman dan Superman semakin menegaskan keputusan Marvel ini.
Kegagalan film Howard the Duck, dan "pemaksaan" film-film televisi Marvel untuk ditayangkan di layar perak seperti Spider Man, Hulk dan Captain America pada saat itu menjadi indikasi yang sangat jelas bahwa apa yang dilakukan Marvel terlalu terburu-terburu dan tidak memiliki konsep yang pasti. Nama Marvel dan deretan karakter komiknya pun perlahan hilang dan tak diingat lagi di kancah perfilman internasional.
Dilansir dari laman web imdb.com, Blade berhasil mendapatkan pemasukan sebesar 131 juta dolar AS di seluruh dunia di mana ongkos produksinya "hanya" sebesar 45 juta dolar AS pada saat itu.
Dengan ongkos produksi sebesar 75 juta dolar AS, X-Men mendapatkan pemasukan hampir 300 juta dolar AS. Sebuah pendapatan yang cukup menggiurkan bagi Marvel Studio untuk mengembangkan film dari karakter lainnya.
Spiderman garapan sutradara Sam Raimi akhirnya benar-benar menjadi film yang mendulang sukses luar biasa. Dengan budget sebesar 139 juta dolar AS, film ini mampu mengeruk pendapatan sebesar 800 juta-an dolar AS atau hampir 1 milyar dolar AS. Sebuah prestasi yang mengagumkan dan menjadi titik balik bagi film-film superhero Marvel selanjutnya.
Namun, kesuksesan inilah yang kelak juga menyulitkan Marvel untuk memasukkan Spiderman ke dalam tim Avengers. Dengan lisensinya yang sudah menjadi kepemilikan Sony, tentunya Marvel harus memiliki strategi lain untuk memasukkan sang karakter ikonik ini ke dalam tim Avengers, karena Sony pasti tidak akan mau untuk melepas kembali lisensi karakter yang telah dan mungkin akan terus mendatangkan pundi-pundi yang luar biasa bagi mereka.