Terlalu dalamnya porsi drama sang teroris, justru mematikan "kewibawaan" si teroris itu sendiri. Sejenak kita dibuat bingung akan apa yang sebenarnya ingin disampaikan sang sutradara melalui sudut pandang sang teroris tersebut.
Beberapa tokoh yang seharusnya penting seperti Benjamin Netanyahu muda, justru hanya ditampilkan sekilas bak cameo. Pun Yonathan Netanyahu yang pada kejadian nyata nya memiliki porsi yang cukup penting dan heroik, juga ditampilkan seadanya dan tidak terlalu kuat. Idi Amin yang seharusnya bisa menjadi karakter kuda hitam di film ini juga tidak ditampilkan dengan porsi yang cukup. Praktis, karakter kontroversial seperti Idi Amin benar-benar hanya sebagai penghias adegan di Uganda saja.
Kesimpulan
Namun sayangnya, plot cerita yang apik kurang dimaksimalkan dengan baik oleh sang sutradara. Deretan adegan drama nya terasa hambar dan beberapa diantaranya justru tidak begitu penting dan tidak berpengaruh terhadap jalan cerita keseluruhan. Peran tokoh-tokoh yang sejatinya memiliki pengaruh besar pada kejadian aslinya seperti Idi Amin, Benjamin Netanyahu dan Yonathan Netanyahu, justru tidak diberikan porsi yang cukup.
Justru "perang" pendapat antara sang perdana menteri dengan menteri pertahanan terlalu lama di expose, sehingga operasi Thunderbolt yang sejatinya merupakan inti cerita di Entebbe ini jadi kurang dimaksimalkan dengan baik.
Sebagai film yang menyajikan dramatisasi pembajakan pesawat paling bersejarah ini cukup bisa diandalkan sebagai film hiburan di akhir pekan. Namun, bagi yang mengharapkan film ini menyajikan drama sejarah yang kuat dan berkualitas tinggi layaknya film-film sejarah karya Steven Spielberg, rasa-rasanya harus menurunkan ekspektasinya terlebih dahulu jika ingin menyaksikan film ini.
Selamat menonton kompasianer !!
Skor: 6,5/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H