Layaknya Star Wars yang telah menjadi bagian dari pop culture selama bertahun-tahun, Star Trek pun menjadi bagian dari icon pop cultureyang berkembang di seluruh dunia sejak tahun 1960-an. Â Keduanya pun sama-sama mengusung tema angkasa luar sebagai inti utama ceritanya dan memiliki ciri khasnya sendiri pada elemen-elemen di dalam film nya.
Bagi yang belum tahu dan bingung membedakan kedua franchise tersebut, sekedar info Star Trek dirilis lebih dulu dibandingkan Star Wars dalam bentuk serial televisi yang ditayangkan di tahun 1966. Jika seri original film Star Wars menceritakan saga Luke Skywalker dan pasukan pemberontak yang melawan tirani galaksi dalam diri Darth Vader, maka serial tv Star Trek menceritakan saga dari kapten James T.Kirk yang menjelajahi angkasa luar untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang ada di semesta ini.
Fans nya pun berkembang masing-masing di seluruh dunia, dengan Trekkie atau Trekkers yang menjadi sebutan bagi fans Star Trek dan Fanboys yang merupakan sebutan bagi fans Star Wars. Layaknya Lightsaber dan ucapan "May the force be with you" yang begitu identik dengan Star Wars, maka Bahasa Klingon dan ucapan "Live long and prosper" sangat lah identik dengan Star Trek.
Oke, cukup sampai disini pengetahuan Star Trek dan Star Wars nya. Lanjut ke pembahasan film Please Stand By.
Layaknya film Fanboys garapan Kyle Newman di tahun 2009 yang dipersembahkan untuk para fans Star Wars, film Please Stand By garapan Ben Lewin yang diadaptasi dari teater Michael Golamco pun dibuat sebagai penghormatan terhadap fans Star Trek di seluruh dunia. Elemen-elemen dalam film Star Trek seperti bahasa Klingon, Kapten Spock, U.S.S Enterprise dan bentuk salam khas Star Trek sangat mewarnai film yang memiliki tokoh utama gadis pengidap Asperger's Syndrome atau autis ini.
Sinopsis
Film ini menceritakan tentang seorang gadis penderita Asperger's Syndrome bernama Wendy yang harus berpetualang ke studio film Paramount Pictures yang berada di Los Angeles untuk menyerahkan naskah yang diikutsertakannya dalam lomba penulisan naskah film Star Trek. Dengan waktu yang sangat sempit dan tidak memungkinkan lagi untuk mengirim naskah via pos, Wendy yang sepanjang hidupnya tidak pernah berjalan lebih dari 5 blok dari tempat rehabilitasinya, memutuskan untuk pergi secara diam-diam ke Los Angeles.
Poin Positif
Menarik ketika mengetahui bahwa premis film ini mengangkat tema Star Trek dari sudut pandang seorang penderita Asperger's Syndrome atau autisme. Tidak banyak film Hollywood yang mengangkat tema ini. The Accountant, My Name is Khan, dan The Immitation Game merupakan beberapa film yang mengangkat tema autisme sebagai inti ceritanya. Patut diacungi jempol bahwa Please Stand By mengangkat tema autisme dengan cara berbeda dan sangat fun untuk disaksikan.
Pujian patut dilayangkan untuk Dakota Fanning yang sukses memerankan gadis penderita autisme ini. Cara bicaranya yang tidak pernah melihat mata lawan bicaranya serta gestur tubuhnya ketika menunjukkan rasa panik,bahagia ataupun takut dapat ditampilkan dengan sangat baik. Pun ketika pertemuan kembali dengan kakaknya yang sangat emosional dapat ditampilkan dengan sangat baik, sehingga kita pun dapat mengerti bagaimana sebenarnya rasanya seorang penderita autis yang "dipinggirkan" keluarganya.
Film ini juga menampilkan alur yang menyenangkan dan tidak membosankan untuk diikuti. Proporsi yang pas antara drama, komedi dan juga petualangannya membuat film ini sangat menarik untuk disaksikan.
Pujian juga patut dilayangkan bagi sutradara film ini, Ben Lewin karena berhasil menyatukan unsur realita dan juga fantasi Star Trek nya Wendy yang terus bergulir di sepanjang film. Dan bagi para fans Star Trek, hal ini pastinya sangat membahagiakan karena elemen Star Trek seperti bahasa Klingon dan deretan ikon Star Trek lainnya sangat bertebaran di sepanjang film ini.
Poin Negatif
Kesimpulan
Pada akhirnya film ini merupakan film yang sangat layak untuk disaksikan bagi seluruh anggota keluarga. Dengan tema autis yang masih sangat jarang diangkat oleh Hollywood, film ini tentunya akan membuka sudut pandang dan pengetahuan kita tentang autisme lebih jauh. Menjadi pelajaran berharga juga bagi anak-anak, karena mereka akan paham apa itu autisme dan bagaimana cara mereka memperlakukan para penderita ini kelak jika mereka bertemu dan berinteraksi dengan mereka. Dan bagi para fans Star Trek sangat disarankan untuk menyaksikan film ini. Elemen Star Trek versi original yang sangat banyak akan membuat kita bernostalgia dengan serial tv yang menjadi ikon pop culture di seluruh dunia tersebut.
Untuk skor nya, saya berikan nilai 7,5 dari 10 untuk film ini.
Lalu dimana menyaksikannya ?
Nah, bagi yang bingung mau menyaksikan dimana, film ini akan segera tayang di jaringan bioskop CGV seluruh Indonesia. Dan untuk yang berdomisili di Jakarta, bisa mencoba menyaksikan film ini di bioskop CGV Central Park Mall yang baru dibuka kembali setelah proses renovasi beberapa bulan yang lalu.
Kedai kopi ada, stage perform ada, lobby yang luas untuk berkumpul ada, dan jangan lupa sekarang banyak sekali spot-spot foto yang instagramable di CGV Central Park ini. Pokoknnya membuat pengalaman menonton jadi lebih mengasyikkan.
So, pantengin terus website CGV untuk mengetahui update kapan film ini ditayangkan, sambil menikmati suasana baru CGV Central Park.
Selamat menonton, kompasianer !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H