Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pertemuan Cinta Sejati di Pantai Bali dalam Film "Bluebell"

5 April 2018   01:31 Diperbarui: 5 April 2018   01:41 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adegan mengendarai motor menyusuri jalanan Bali juga sangat sedap dipandang, apalagi dikombinasikan dengan aerial shootyang sangat ciamik. Dijamin, jadi kangen liburan di Bali.

Tone warna yang cerah juga semakin menambah kesan ceria,romantis dan berwarnanya film ini. Mengingatkan saya akan film-film drama romantis Thailand ataupun Jepang. Sangat menarik untuk disaksikan.

Musik Latar yang Ciamik

(tigawarnasatucinta.blogspot.com)
(tigawarnasatucinta.blogspot.com)
Musik menjadi salah satu tema dalam film ini, mengingat Bluebell digambarkan sebagai seorang gadis yang sangat piawai dalam bermusik dan memiliki mimpi untuk menjadi musisi terkenal suatu hari nanti. Itulah sebabnya, musik latar yang ditampilkan pun sangat diperhatikan dalam film ini.

Didominasi oleh musik akustik, lagu-lagu seperti "I Can't Dream On" dan "Bias" yang dinyanyikan oleh Franda, "Harapan Kedua" dari Pagi Hati, dan "How Can I Dance" dari Steven Jam, mampu menghadirkan suasana romantis ala pantai yang sangat menarik. Cukup menyatu dengan setiap bagian film nya. Bisa dibilang soundtrackyang ditampilkan tidak berlebihan dan sangat pas dengan kebutuhan filmnya.

Kekurangan

(gadis.co.id)
(gadis.co.id)
Sebenarnya film ini berpotensi menjadi film yang sangat baik. Hanya saja dialog dan editing yang seadanya pada akhirnya menjadikan film ini juga menjadi film yang sederhana. Dialog terkesan lemah dan kaku, bahkan di beberapa bagian tampak seperti dialog pada FTV. Editing film ini juga bisa dibilang buruk khususnya ketika perpindahan antar satu scenedengan scene lainnya.

Penggunaan fade in dan fade out saat perpindahan scenesangat kasar dan tampak menjadikan film ini layaknya film produksi lawas ataupun FTV. Pun pada saat dialog empat mata, perpindahan kamera antar aktor/aktris nya nampak kurang halus dan terdapat delaypada saat dialog. Hal ini tentunya membuat adegan pada film ini nampak kurang natural.

Jalan ceritanya pun sangat cepat, sehingga konflik yang terjadi antar tokohnya tidak begitu terasa dan mengena di hati. Banyak adegan yang sejatinya tidak penting namun ditayangkan, sehingga banyak adegan penting lainnya yang justru kurang dikembangkan. So,banyak adegan sedih yang jadi terkesan biasa saja karena penonton tidak mendapatkan emosinya.

Kesimpulan

Secara overalltidak ada yang benar-benar fresh dari film ini. Akting kedua tokoh utamanya pun bisa dibilang biasa-biasa saja dan kurang chemistrynya. Padahal untuk film drama romantis, chemistrymerupakan hal yang paling penting dibanding teknis film lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun