Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

FISFIC VOL.1: Inilah Masa Depan Film Horror Indonesia

17 Desember 2011   05:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:09 1693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_149331" align="aligncenter" width="640" caption="Logo FISFIC sumber : http://peneroka.com/2011/11/inafff-2011-jakarta-jadwal-hari-keempat/"][/caption] [caption id="attachment_149343" align="alignleft" width="300" caption="DVD FISFIC VOL.1 sumber: dok.pribadi"][/caption] Hari Selasa yang lalu tepatnya tanggal 13 Desember 2011, saya berkunjung ke salah satu bioskop yang ada di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat. Ketika mengunjungi toko merchandise di bioskop tersebut, saya tertarik dengan salah satu DVD yang dipajang disitu. DVD ini bernama FISFIC VOL.1 yang merupakan kumpulan film-film pendek hasil dari para sineas yang mengikuti kompetisi film pendek yang bernama FISFIC. Sebenarnya DVD ini sudah rilis sejak November yang lalu, tepat saat diadakan festival film INAFF yang ada di bioskop tersebut, namun saya baru sempat membelinya bulan ini. Kemasan menarik serta bonus booklet yang berisi informasi seputar film-film didalamnya juga tambah membuat saya tertarik memiliki DVD ini. FISFIC sendiri merupakan singkatan dari Fantastic Indonesian Short Film Competition. Kompetisi film pendek ini bermain di genre fantastic seperti horror dan thriller. Kompetisi menjadi penyegar film Horror dan Thriller di Indonesia karena penonton banyak dikecewakan oleh sineas Indonesia yang menggarap film-film bergenre fantastic dengan asal-asalan dan "yang penting jadi". Hal itu dapat kita lihat dengan banyaknya film hantu seperti pocong,kuntilanak dan sebagainya yang digarap secara asal dengan kualitas akting pemain yang kacau, skrip yang asal jadi dan jalan cerita seadanya yang cenderung dipaksakan. Padahal, film dengan genre ini memiliki peluang yang besar bagi kemajuan perfilman di tanah air dan membawa nama baik Indonesia di kancah perfilman Internasional. [caption id="attachment_149340" align="aligncenter" width="300" caption="Poster film, sumber: http://www.makko.co/blog_detail.php?id_blog=200"][/caption] Dari sekitar 400 peserta yang mengikuti kemudian disaring menjadi 25 kelompok yang dibekali workshop selama 2 hari, kemudian setelah penyerahan skenario, dipilihlah 6 kelompok finalis yang akhirnya mendapatkan kesempatan merealisasikan filmnya. 6 film ini adalah Meal Time, Rengasdengklok, Reckoning, Rumah Babi, Effect dan Taksi. Ke-6 film ini masing-masing menyajikan bentuk "kengerian" yang berbeda-beda antara satu dan lainnya meskipun tidak dapat dipungkiri, budget yang kecil serta waktu yang singkat menjadi sedikit penghalang dalam merealisasikan skenario yang unik untuk menjadi sebuah film utuh. Masing-masing tim hanya dibekali budget sebesar sepuluh juta rupiah untuk merealisasikan film pendeknya yang hanya berdurasi 20 menit. Berikut akan saya review film-film yang ada di dalam DVD FISFIC VOL.1 ini. Meal Time / Dir.: Ian Salim/Writers, Producers : Ian Salim, Elvira Kusno Film pendek ini bergenre horror/thriller yang disutradarai dan diproduseri oleh pasangan suami istri Ian Salim dan Elvira Kusno. Menceritakan tentang  sekelompok sipir penjara di rumah tahanan di daerah terpencil yang kedatangan tahanan baru. Namun selain kedatangan tahanan baru, ternyata penjara ini juga kedatangan sesosok makhluk misterius yang menyerang sipir maupun para tahanan. Disinilah cerita dimulai dan selama 20 menit kita diajak untuk menebak siapa dalang dari semua permasalahan ini. Film ini sendiri sangat menarik namun tema film yang mengharuskan film ini berjalan dengan waktu lebih dari 20 menit karena penceritaannya yang lambat, menjadikan film ini menghadirkan twist yang terlalu cepat dan tidak antiklimaks. Rengasdengklok/ Dir.: Dion Widhi Putra/Writer: Yonathan Lim/Producer: Abdul Rasyid H.S Mungkin ini adalah film pendek yang berani untuk "bermain" dengan sejarah Indonesia pada jalan ceritanya. Film ini menceritakan tentang kejadian di Rengasdengklok sehari sebelum dibacakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia. Menceritakan tentang sisi lain dari sejarah dimana Jepang mengeluarkan senjata terakhirnya karena keberadaannya sudah terdesak di Indonesia. Mereka mengeluarkan zombie sebagai senjata mutakhir mereka dan sosok presiden pertama kita pun turut hadir dan menjadi karaktrer utama di film ini. Ide cerita ini sebenarnya paling baik dari semua peserta FISFIC yang ada, namun sayangnya gagal ketika dieksekusi menjadi sebuah film. Bahkan film ini terkesan "garing" dan murahan. Reckoning/ Director&Writer : Zavero G.Idris/Producer: Putra Sigar, Katharina Vassar, Zavero G.Idris Film pendek ini menceritakan tentang kehadiran 3 sosok misterius yang datang ke sebuah rumah yang dihuni oleh pasangan suami yang sukses dan seorang istri yang cantik dan sedang mengandung. Ketiga sosok misterius ini kemudian menghadirkan suasana yang kejam dan mencekam di rumah itu dimana semua rahasia yang disembunyikan sang suami selama 7 tahun akhirnya diungkapkan. Film ini juga cukup bagus dengan balutan gambar hitam-putih yang menambah suasana mencekam di dalam rumah tersebut. Twist yang dihadirkan di akhir cerita juga cukup bagus walaupun kualitas akting kurang mendukung cerita yang menarik ini. Rumah Babi/ Dir. : Alim Sudio/ Producer : Alim Sudio dan Agus Kurniawan Film pendek ini adalah film favorit saya di FISFIC Vol.1 ini. Menampilkan jalan cerita yang sederhana namun mencekam. Menceritakan tentang seorang pembuat film dokumenter yang sedang menyelesaikan karya terbaru dan terbaiknya. Sebuah dokumenter tentang kekerasan rasisme yang dialami salah satu keluarga etnis Cina pada sebuah kerusuhan massal. Dan pada saat kunjungan terakhirnya ke rumah tersebut untuk pengambilan gambar terakhirnya inilah yang akan menjadi titik awal film ini dan selama 20 menit ke depan, penonton akan disuguhkan cerita horror sederhana nan mencekam. Film ini sangat baik dari segala sisi, baik itu pergerakan kamera, jalan cerita serta aktor/aktris pendukung film ini. Tidak salah bila akhirnya Rumah Babi dan juga Taksi adalah 2 film terbaik pada perhelatan FISFIC tahun ini. Effect / Dir. : Adriano Rudiman / Producer : Leila Safira Film ini menceritakan tentang seorang karyawati yang selalu direndahkan oleh atasannya. Sampai pada akhirnya, wanita ini tidak sengaja menemukan situs yang membawa serentetan efek domino pada kematian boss nya. Film ini adalah salah satu film terbaik di FISFIC dimana memiliki jalan cerita yang unik dan berbeda. Dimana menghadirkan sebuah kematian yang bukan berasal dari seseorang melainkan rentetan kejadian yang mengakibatkan efek tertentu. Namun sayangnya, waktu film yang singkat tampaknya menjadi penghalang dalam merealisasikan efek domino yang lebih real lagi dan hasilnya cenderung agak dipaksakan. Taksi / Dir.&Screenplay : Arianjie AZ, Nadia Yuliani Inilah film terbaik pada FISFIC kali ini dan penempatannya di akhir urutan film-film pendek yang ada di DVD ini mengisyaratkan bahwa sebuah film terbaik harus diletakkan di akhir urutan sebagai senjata pamungkas bagi para penonton. Film ini menceritakan seorang gadis yang baru pulang dari tempat kerjanya dan kesulitan mencari kendaraan umum karena waktu sudah tengah malam dan akhirnya menemukan sebuah taksi yang membawanya ke kejadian yang tidak menyenangkan. Dilecehkan oleh dua orang pemabuk yang masuk ke taksi di tengah-tengah perjalanan, dan disitulah terror dimulai. Terror yang  tidak bisa ditebak karena menghadirkan twist di akhir cerita. Cerita yang bagus, akting pemerannya yang mumpuni serta teknik penggambilan gambar yang memadai menjadikan Taksi pantas menyandang predikat film terbaik FISFIC 2011. Itulah review singkat dari beberapa film pendek yang ada di dalam DVD FISFIC VOL.1 ini. Ide cerita yang unik, baru dan luar biasa menjadikan film-film ini sebagai modal bagi film horror Indonesia di masa depan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan menjadi bahan referensi bagi sineas horror senior yang sudah ahli menggarap film horror "esek-esek" dan "murahan" untuk merubah konsep filmnya menjadi lebih berkelas. Terlepas dari segala kekurangan sebuah film pendek berdurasi singkat dan berbudget rendah, film-film pendek yang ada di FISFIC VOL.1 berhasil mewujudkan keinginan masyarakat Indonesia yang rindu dengan tontonan horror berkualitas dengan ide cerita yang baru dan unik. Tidak ada kata terlambat bagi perfilman Indonesia menghadirkan film berkualitas dan orisinil. Maka dari itu, tidak ada salahnya bagi saya bahkan teman-teman kompasianer untuk mengatakan bahwa FISFIC VOL.1 : Inilah Masa Depan Film Horror Indonesia Salam Kompasiana -Yonathan Christanto- Untuk membaca postingan Headline saya lainnya. Enjoy :) http://www.kompasiana.com/posts/tags/yonathanhl/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun