Yang terakhir adalah fashion. Meskipun tidak dapat dipungkiri, gaya berpakaian yang direkomendasikan majalah gratis tidak kalah baiknya dengan majalah yang berbayar, tetap saja tidak ada perbedaan yang mencolok dengan majalah berbayar. Persamaan yang paling mencolok adalah harga. Majalah gratis tetap merekomendasikan fashion terkini dengan "meminta" kita sebagai pembaca untuk berbelanja koleksi-koleksi pakaian tadi di butik-butik ternama atau toko pakaian dengan merek dagang internasional yang harganya bisa ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. Padahal, bisa saja majalah tersebut merekomendasikan butik-butik asli Indonesia ataupun toko-toko pakaian yang berkualitas yang ada di pusat perbelanjaan seperti ITC mangga dua atau tanah abang. Karena sudah tidak menjadi rahasia lagi bahwa artis-artis lokal kita juga sering berbelanja di pusat perbelanjaan "rakyat" tersebut. Karena selain harganya murah, kualitas serta modelnya juga tidak kalah bagusnya dengan produk-produk "branded" dari luar negeri.
Itulah beberapa keseragaman konten yang ditawarkan berbagai majalah gratis yang ada di Jakarta. Memang, target utama pembaca dari majalah gratis ini adalah kalangan menengah ke atas dikarenakan majalah tersebut berada di tempat-tempat "nongkrong" yang cukup berkelas seperti kafe, kedai kopi di mall atau restoran-restoran untuk kalangan menengah ke atas. Namun, apakah warga Jakarta yang berada di kalangan menengah ke atas harus selalu hidup dengan glamor ? Saya rasa tidak. Berkaca dari komentar teman saya di atas yang ekonomi keluarganya berada di atas rata-rata, kita dapat berkesimpulan bahwa orang pada kalangan menengah ke atas pun tidak selalu menginginkan kehidupan yang serba glamor. Mereka juga menginginkan mendapatkan sesuatu yang recommended namun dengan harga yang masuk akal. Mendapatkan hiburan yang berkelas dan berbeda yang tidak serta merta dipaksakan untuk menikmati club malam dan sebagainya.
Sudah seharusnya, konten serba mewah sedikit dikurangi pada majalah-majalah gratis yang ada di Jakarta dan diganti dengan konten yang lebih menghibur serta membahas Jakarta yang lebih luas dan Jakarta yang "sebenarnya". Karena kini, penikmat majalah gratis bukan hanya dari kalangan menengah ke atas, melainkan semua kalangan. Kedai kopi, kafe serta restoran yang ada di mall kini tidak hanya dinikmati kalangan menengah ke atas, melainkan dari berbagai kalangan bahkan pelajar pun sudah banyak yang "berkeliaran" di kedai-kedai kopi di mall yang harganya tergolong mahal bagi pelajar.
Sudah seharusnya majalah-majalah gratis tersebut tidak hanya membahas kehidupan glamor Jakarta yang didominasi kehidupan di club-club malam atau perilaku belanja produk "branded" melainkan membahas Jakarta dari berbagai sisi dimana semua kalangan dapat menikmati tanpa ada" batasan" bagi pembacanya.
Salam kompasiana :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H