Bapak Presiden Jokowi pernah menyatakan perlunya Indonesia incorporated. Â Bahwa pengusaha besar, menengah, dan kecil, berkolaborasi bersama menyelesaikan persoalan yang ada di lapangan secara konkret dan nyata. Tampaknya pemerintah Banyuwangi juga membawa kesenian Osing menjadi nilai secara luas untuk masyarakat Banyuwangi
Hal ini terlihat dengan diberlakukannya baju adat di beberapa sekolah negeri di Banyuwangi. Selain itu budaya Osing seperti tari gandrung, barong menjadi ikon di beberapa kafe, restoran, penginapan.Â
Pemerintah Banyuwangi juga menargetkan pertumbuhan ekonomi dengan target angka kemiskinan tumbuh pada 7,58 persen, dengan capaian di tahun 2021 sebesar 8,07 persen. Sentra-sentra UMKM yang tumbuh adalah kopi, beberapa souvenir seperti batik-batik bermotif Gajah Oling, topeng barong, souvenir tari gandrung dsb. Â
Bila kita berjalan-jalan di Banyuwangi, masyarakat juga sudah akrab dengan Q-RIS yang notabene memudahkan untuk transaksi pembelian oleh-oleh dan souvenir. Di tahun 2021, Desa Kemiren juga mendapatkan penghargaan Desa Wisata Award sebagai juara 2 dalam kategori wisata budaya.
 Sekitar tahun itu pula, saya sempat melihat Art Os sebuah pagelaran seni dengan lagu Kembang Langit yang dinyanyikan oleh Catur Arum sebagai ikon pembuka dan terus diputar di galeri itu. Kemiren telah menggugah banyak anak muda untuk menari gandrung, menghidupkan sanggar seni. Kemiren menggugah banyak seniman lukisan memotretnya dalam media seni. Kemiren membangkitkan ekonomi Banyuwangi, membangkitkan ribuan umkm, memberi pertahanan pada ribuan umkm di Banyuwangi. Sebagai tokoh sentral, Desa Kemiren seperti slogan Jenggirat Tangi Kabupaten Banyuwangi. Ia ada untung menjadi Kembang Langit, melangitkan Banyuwangi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H