Ada banyak versi yang mengatakan kesenian barong muncul di Banyuwangi, beberapa versi menyebutkan bahwa kesenian ini karena budaya multikultur dahulu kala karena kedekatan Blambangan(Kerajaan utama di Banyuwangi yang menjadi cikal bakal Osing Kemiren) dengan kerajaan Bali. Versi lain menyebutkan dimana ketika Ulupangpang (sebagai wilayah perdagangan Blambangan kala itu) lahir dari budaya Cina.Â
Masyarakat Osing Kemiren percaya bahwa barong adalah sebagai wujud kebersamaan, bareng, menjadi simbol utama Desa Osing Kemiren sebagai simbol kehangatan, kebaikan dan kebersamaan. Barong juga diyakini sebagai pengusir segala bahaya. Ketika ritual Barong diadakan maka ratusan pengunjung akan memadati jalanan Desa Wisata Osing. Ponco kelir dalam filosofi Barong Kemiren yang berwarna hijau, merah, kuning, hitam dan putih menggambarkan jati diri manusia dan manusia itu sendiri.Â
Pada filosofi itu pula menjadi nilai bahwa masyarakat untuk bisa memaknai kehidupan menjadi lebih baik. Ketika bulan Haji selain  ritual Barong Kemiren juga diadakan tumpeng sewu yakni sekitar seribu tumpeng disajikan warga di jalanan halaman depan rumah untuk disantap dengan lesehan beramai-ramai. Para tamu pengunjung memasuki jalanan desa sambil berjalan kaki untuk menghormati ritual tersebut. Mereka yang melintas di jalan akan ikut disambut warga setempat untuk menikmati tumpeng yang mereka suguhkan, siapa saja dengan ramah.Â
Tari Gandrung
Siang hari sebelum makan siang, bersebelahan dengan penginapan saya, melongok sebentar betapa kagetnya ketika saya bertemu dengan Maestro Tari Gandrung Ibu Temu Misti, beliau sedang sinden menyanyikan lagu untuk tarian prejeng Barong Kemiren. Sebelum Barong masuk, dua penari gandrung dengan ceria menarikan tari sambutan itu. Baju khas penari gandrung adalah selendang, omprog, pada kain sewek terlihat simbol gajah oling yang bermakna kebesaran dan ketaatan pada Tuhan.Â
Penabuh mulai rancak memainkan kendang, Barong masuk dengan perlahan mengikuti alunan musik. Barong terlihat menari-nari menyambut para tamu yang hadir, ketika Barong selesai menari dua penari menyerupai ayam saling bertengkar dan adu kekuatan.Â
Simbol pithik-pithikan menggambarkan bahwa masyarakat Kemiren dengan istilah kemruyuk, mewakili bahwa penduduk adalah masyarakat yang terbuka dan mudah bersosialisasi. Tepuk tangan wisatawan menggelegar, saya pun ikut bertepuk tangan, sesekali juga terharu betapa kesenian di Desa Kemiren ini sungguh terjaga hingga ratusan tahun. Sungguh beruntung bisa merasakan menginap di Desa Kemiren.Â
Â
Budaya Kemiren Meningkatkan Wisata BanyuwangiÂ
UMKM Naik Kelas