Mohon tunggu...
yona listiana
yona listiana Mohon Tunggu... Desainer - penjahit

suka mancing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Kita dan Dunia yang Palsu

20 Januari 2023   22:58 Diperbarui: 20 Januari 2023   23:27 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Generasi kini yang merupakan generasi Millenial , Z maupun Alfa, lahir seiiring dengan kemajuan teknologi. Saat mereka kecil bahkan lahir, media sosial milik orangtua atau kerabat mengabadikan moment itu. Mereka tak bisa terpisah dengan teknologi itu.

Bahkan melarang penggunaan gadget untuk mengakses internet pada masa kini sudah mustahil bisa dilakukan. Jika larangan makin ketat, makin gigih juga si anak memanfaatkannya secara sembunyi sembunyi.

Padahal pada umur-umur tertentu, mereka rentan menerima informasi dari gadget. Menurut data, satu dari empat anak sudah sering mengakses situs pornografi bahkan kecanduan pornografi pada usia 12 tahun. Penelitian lain mengungkapkan bahwa satu dari tiga anak menerima cyberbullying. Para korban internet itu adalah remaja yang terjebak pada sisi buruk dari internet.

Padahal banyak sisi positif dari internet. Melakukan hal-hal produktif misalnya dengan menulis. Tulisan yang baik perlu riset-riset yang cukup. Karena itu internet diperlukan untuk melakukan pekerjaan riset-riset itu. Hal produktif lainnya adalah memasak. Di Instagram atau youtube sangat banyak orang yang melakukan tutorial memasak, entah itu masakan Indonesia, Asia, jajanan Korea yang viral itu, masakah Jepang atau masakan Eropa. Kesemuanya bisa dipelajari melalui internet.

Keluarga dan institusi pendidikan adalah alat penting untuk jadi pendamping anak-anak sejak kecil dalam menyerap infomasi dari internet. Bahkan jika perlu, kita tidak usah membelikan mereka gadget sebelum usianya cukup yaitu sekitar 15 tahun.

Tidak mengizinkan memiliki hape sampai setidaknya SMA memang kelihatannya berat. Sang anak sendiri mungkin akan menerima berbagai bullyan yang kurang lebih akan berbunyi  bahwa sang anak dan keluarganya kuno karena tidak memakai hape. Sedangkan kebanyakan anak sekarang punya gaya hidup semi hedonis yang salah satu ukurannya adalah jenis dan merek hape keluaran terbaru.

Cara kedua adalah menggunakan prinsip kehati-hatian. Sebagai anak juga harus tahu batas diri dan orang tua juga harus bijaksana dalam mengelola keinginan anak untuk teknologi. Karena sebagai orangtua tidak hati-hati sama saja membirkan anak pada lautan kehidupan dunia maya yang dominan adalah palsu. Aneka penipuan, kejahatan , radikalisme juga ada pada teknologi itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun