Kasus intoleransi yang marak terjadi belakangan ini, disebabkan oleh merosot dan goyahnya kadar keimanan dan ketaqwaan dari umat beragama. Suasana kerukunan antar umat beragama menjadi tidak harmonis sehingga menyebabkan timbulnya keretakan sosial fragmentasi dan kesenjangan sosial ekonomi. Ini yang harus diperbaiki oleh segenap komponen masyarakat.
Disamping itu, kasus intoleransi yang terjadi belakangan di negeri ini, telah memunculkan politik pengkotak-kotakan (devide et impera) yang mengabaikan landasan pembangunan tri kerukunan, yakni landasan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, landasan peraturan perundang-undangan RI, serta landasan moral dan etika, budaya hidup yang manusiawi dan beradab, menjunjung tinggi martabat manusia, kebenaran, keadilan, toleransi dan kesetiakawanan sosial.
Intoleransi juga marak terjadi karena agama tidak diterapkan sesuai dengan ajarannya, bahkan sudah dipolitisasi. Padahal, agama merupakan kebutuhan manusia hidup, hidup adalah roh atau nyawa, badan ini mati dan yang menggerakkan adalah roh /nyawa dan itu adalah kehidupan.Â
Agama secara umum mengarahkan dan mendidik kepada hal yang baik. Ini yang kadang kadang di putarbalikkan. Agama adalah salah satu untuk pengendalian nafsu kita. Agama tidak cukup hanya dengan pengakuan, namun harus disertai dengan prilaku, kehidupan dan kenyataan.
Di Indonesia banyak gedung- gedung tinggi sehingga banyak orang orang pintar, namun sangat minim menjadi orang orang baik. Demi untuk kehidupan maka bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, gunakan hati sesuai tuntunan Allah SWT maka semua akan berjalan baik dan bermanfaat.
Diperlukan peranan dan partisipasi aktif dari aparat pemerintah hingga pada tingkatan yang paling bawah (desa) dalam menjaga bersama kerukunan dan toleransi antar umat beragama.Â
Demikian pula keberadaan dari para pemuka agama masing-masing dalam menciptakan manusia yang bermoral baik, sehingga di masyarakat dapat menetralkan suasana jika terjadi permasalahan intoleransi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H