Mohon tunggu...
yon .
yon . Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Anak manusia yang lahir di Tegal dan saat ini hidup di 2 alam - Alam Parahyangan dan Alam Metropolitan. Senang membaca dan saat ini sedang mencoba senang menulis. Dengan membaca kita banyak memperoleh manfaat berdasarkan pengalaman dan pendapat orang lain, dengan menulis mudah-mudahan kita bisa berbagi pengalaman dan pendapat yang insyaAllah bermanfaat bagi yang membaca.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Terkusik Politik Munafik

24 Februari 2013   04:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:48 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya biasanya paling malas memikirkan politik. Namun mengamati kasus Anas, saya jadi terusik untuk mengungkap rasa heran saya terhadap kemunafikan Anas yang banyak menuai simpati.
Dari kronologis yang banyak ditulis di berbagai media, sebenarnya  sudah terang benderang bahwa memang ada keterkaitan mantan ketua partai Demokrat tersebut dengan proyek Hambalang. Kita yakin KPK juga pasti sudah mengantongi banyak bukti (minimal 2 barang bukti). Namun untuk menjadikan Anas tersangka nampaknya ada kekuatan  besar  yang masih dipertimbangkan oleh KPK.
Kondisi tersebut tentu saja sangat dipahami oleh Anas sehingga dengan gagah beraninya berujar bahwa  kalau dia korupsi satu rupiah pun pada kasus Hambalang, silakan gantung di Monas. Kalimat tersebut sebenarnya menunjukkan arogansi dari Anas yang sangat yakin dilindungi kekuatan yang sangat besar.
Manakala kekuatan besar sudah mulai berubah pikiran, maka Anas mulai panik dan menulis status BBM yang mengandung pesan-pesan mengancam. Namun kekuatan besar tidak peduli dan proses berjalan cepat hingga Anas dijadikan tersangka oleh KPK.
Ada beberapa hal yang memprihatinkan pasca Anas menjadi tersangka, antara lain :
1.  Banyak  rakyat Indonesia yang pro korupsi, terbukti dari banyaknya pihak yang membabi buta mendukung dan simpati kepada tersangka korupsi yang walaupun masih perlu dibuktikan di persidangan namun kalau kita melihat dengan hati nurani maka kronologisnya sudah sangat jelas.
2. Banyak pihak yang saling menyandera karena saling pegang kartu truf, terbukti dari kalimat-kalimat ancaman Anas yang mengatakan bahwa ini baru halaman pertama. Jadi selama ini dia yakin dilindungi kekuatan besar karena kemungkinan besar dia memegang kartu truf tertentu.
3. Banyak hal yang diketahui oleh Anas, namun selama ini disimpan sendiri dan menjadikannya kartu truf untuk  mengamankannya dari dampak perbuatannya. Apakah pantas  kita memberi simpati kepada orang yang menyembunyikan "kejahatan" orang lain  untuk mengamankan dampak "kejahatan"nya.
Namun dibalik keprihatinan tersebut muncul optimisme bahwa penetapan Anas menjadi tersangka korupsi akan mejadi  awal terungkapnya semua kasus korupsi . Mudah-mudahan kejadian besar yang diungkap KPK akhir-akhir ini bisa menjadi titik balik menuju Indonesia yang lebih bermoral yang akan berujung pada meningkatnya kesejahteraan rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun