Mohon tunggu...
Yolis Syalala
Yolis Syalala Mohon Tunggu... Administrasi - Pengacara jalanan

Saya adalah suara-suara sunyi dari guru honorer dan pekerja honorer lainnya.Selain itu saya adalah seorang pengacara jalanan yang sedikit suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Daycare, Apakah Harus Menunggu Kematian Menteri Terkait Baru Bersikap?

16 Agustus 2024   21:09 Diperbarui: 16 Agustus 2024   22:30 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Assalamualaikum

Bang Irfan di Ibu kota sana sedang mendampingi kasus yang sedang jadi sorotan publik yakni penganiayaan terhadap balita. ‘Penghempasan Bayi Daycare Depok”

“Bahkan ada satu frame korban kedua dan korban pertama itu keduanya (dilakukan pelaku) di tanggal 10, berlanjut ke tanggal 12. Yang korban kedua ini sendiri dilakukan pembantingan dan diinjak oleh si pelaku. Berikutnya tanggal 12 dilakukan hal yang sama juga, dibanting dan diinjak-injak,” ujar bang Irfan di beberapa media nasional kemarin.

Dari pemberitaan penganiayaan bayi oleh pelaku yang merupakan tempat penitipan bayi ini, ada hal menarik sebagaimana disampaikan bang Irfan, yakni didapati ternyata dari 9 guru di Daycare Depok hanya 1 orang yang memiliki sertifikat pendidik, sisahnya entah latar belakang pendidikan apa. Ahli gulat barangkali!...

Selain latar pendidikan tak jelas. para guru ini digaji jauh dari upah minimum.  ‘Yaa... wajarlah pemiliknya mau untung besar sekenenanya saja mempekerjaan orang tanpa perlu melihat latar belakang pendidikan padahal menghadapi balita itu membutuhkan keahlian khusus di bidangnya”.

Dari fakta tersebut kita dapat sebuah pencerahan bahwa patutlah anak balita di Daycare ini dibanting, di injak dan dianiaya sedemikian rupa, toch mereka bukan ahli di bidangnya, bahkan mirisnya lagi kejadian serupa bukan kali ini saja terjadi, masih segar diingatan kita Daycare Pekanbaru juga viral bulan lalu karena kasus penganiyaan balita 4 tahun yang tangan dan kakinya diikat serta tidak diberikan makan.

Setelah penetapan tersangka pemilik Daycare Pekanbaru, Daycare bukanya belajar dari kesalahan, namun kita kembali disuguhi perkara serupa oleh Dayccare Depok.

Semoga dengan telah didampingi para korban ini oleh bang Irfan dan rekan-rekan di Jakarta para pelaku dapat dihukum seberat-beratnya. Selain itu dengan maraknya Daycare sebagai mesin pembanting anak, tentu sebagai orang tua saya dan kita semua berharap keberadaan Daycare dan lembaga serupa dievaluasi ulang oleh pemerintah, selain evaluasi, ke depan pemerintah juga jangan asal mengeluarkan izin untuk lembaga penitipan anak semacam ini

Apakah harus menunggu anak-anak mati dulu baru para menteri terkait petantang-petenteng di garda depan dalam persoalan ini?

Para korban sejauh ini terus bertambah. Untuk orang-orang yang sedang kami bersamai perjalanannya saat ini, percayalah "Tuhan tidak memintamu jadi pemenang, Tuhan hanya ingin kamu terus berjuang dan Kemenangan adalah milik mereka yang tidak pernah menyerah dalam keadaan apapun" Semoga para korban Daycare ini tidak takut menyuarakan kebenaran, saat ini adalah waktu yang tepat untuk membongkar skandal penyiksaan anak berkedok tempat penitipan anak.

Demikian untuk kita suarakan.
Tegakkan keadilan dan kepastian hukum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun