Mereka Bagiku di Efpeoka
Ada dua istilah teknis dalam olahraga yang mungkin pernah Anda dengar, yaitu: Motor ability dan motor educability. Motor ability adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan-gerakan olahraga, seperti: Push up atau sit up dan lain-lain. Sedangkan motor educability adalah kemampuan seseorang dalam mendemonstrasikan teknik dasar dari cabang olahraga tertentu, seperti: menendang bola, pasing voli, pukulan dalam tenis meja, dan lain-lain.
Saat aku sudah tercatat sebagai mahasiswa olahraga di FPOK-IKIP Jakarta, kami melakukan hal ini. Pada mata kuliah gerak tertentu, kami diuji kemampuan teknik dasarnya. Yaitu untuk mengetahui seberapa pengetahuan atau keterampilan kecabangan seorang mahasiswa. Ini juga sebagai landasan atau pijakan pemberian materi kuliah oleh dosen yang bersangkutan. Supaya tidak mulai dari nol besar kalau kemampuan mahasiswa sudah bagus.
Ketika kuliah Tenis Meja dan Badminton, kami diuji kecakapan masing-masing. Di Tenis Meja, kami harus memantulkan bola ke meja yang terlipat selama satu menit. Dan dihitung berapa pukulan diraih capai oleh setiap mahasiswa. Aku termasuk yang tertinggi yaitu 60 pukulan tanpa salah yang mengakibatkan bola lari ke mana-mana. Aku dapat menguasai bola dengan baik.
Kemudian di mata kuliah Bulutangkis juga diberlakukan hal yang sama. Setiap kami diharuskan mengembalikan kok ke daerah permainan lawan dengan cara yang seharusnya sesungguhnya. Walaupun di sana tidak ada pemain yang menerima.
Kami harus mengejar kok dengan cara melangkah yang benar menurut standar permainan badminton. Kemudian kami juga harus dapat mengembalikan dengan teknik dasar yang benar menurut standar minimum. Setiap kami diberi kesempatan yang sama dalam melakukannya.
Dari penilaian sang dosen, aku dianggap memiliki teknik dasar yang mumpuni. Maka aku dimasukkan ke dalam kelompok elit. Yaitu mereka dianggap sebagai pemain-pemain yang berpengetahuan dan berpengalaman.
Setelah melakukan tes itu, kami diadu. Dipasang saling berhadapan sesuai perolehan nilai menurut kecakapan keterampilan tadi. Tahukah kau, teman? Aku dikelompokkan dengan para pemain yang telah malang melintang di banyak arena pertandingan. Aku sendiri belum pernah bertanding dalam sebuah kejuaraan pun. Apa boleh buat, takada kata mundur.
Tenis meja aku berhadapan dengan seorang juara dari daerahnya. Sedangkan di bulutangkis aku berhadapan dengan seorang mahasiswi tapi dia adalah sang juara Jakarta Timur. Anda dapat menebak hasilnya. Aku hanya mampu memungut bola dan kok. Tak kuperoleh nilai satu pun. Keok.
Dari sini aku mendapat satu masukan berharga bahwa: Menguasai teknik dasar adalah keharusan keniscayaan dalam olahraga. Tetapi pengalaman bermain pun harus menjadi keharusan dan keniscayaan pula. Tidak boleh menomorsatukan yang satu dan menomorsekiankan yang lainnya.
Rasanya itu yang bisa kuceritakan sehubungan dengan orang-orang hebat yang telah membentuk aku. Mereka yang telah menjadikan aku sebagaimana adanya aku saat ini. Mereka telah mengukir diriku dengan indah selama menempuh pendidikan di setiap jenjang yang kulewati.