Menjadi seorang guru berarti harus selalu siap menjadi seorang pendengar yang baik. Menjadi pendengar yang baik artinya ada kerelaan menyendengkan telinga bagi keluhan orang lain. Orang lain dalam hal ini adalah para siswa dan/atau guru lainnya.
Seorang guru juga tidak dilihat dari seberapa tinggi gelar yang dimiliki. Tapi bagaimana cara ia membimbing para siswa dengan baik. Yaitu bagaimana ia berbagi pengetahuan dan keterampilan. Dan juga bagaimana ia berbagi rasa dengan mereka sehingga mereka mendapatkan sentuhan yang manusiawi.
Menjadi seorang guru bukan tentang sebuah profesi semata. Tapi sebuah panggilan. Karena menjadi guru tak semudah seperti yang dibayangkan. Bukan semata tentang cara seseorang mengajar. Ia juga harus menjadi sperti seorang teman, kakak, ibu, atau ayah untuk muridnya.
Seorang guru wajib mengajari muridnya dengan baik. Mereka harus dibuat sadar dan bangga pada diri mereka sendiri. Yaitu dengan memberitahu apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya. Lalu memotivasi mereka agar melakukan yang lebih baik lagi.
Jangan hanya memarahi ketika mereka keliru atau berbuat salah. Apalagi menjejali mereka dengan kata-kata kotor yang tidak mendidik. Sebab itu akan membuat mereka merasa bodoh yang berpengaruh pada kekokohan mentalnya.
Guru haruslah menjadi seorang pendengar yang baik. Agar bisa mendengar keluh kesah mereka. Ia diibaratkan seperti sebuah tong sampah yang selalu menganga siap menampung segala apapun yang tidak baik. Tidak berkenan.
Seorang guru akan selalu dihadapkan dengan tantangan yang datang dari para murid. Bukan hanya tentang kenakalan mereka tapi juga tentang apa yang mereka rasakan. Yaitu semua kesedihan, kegembiraan, ataupun sukacitanya.
Seorang guru sebaiknya mengesampingkan harga diri dan keegoisannya. Ia tidak selayaknya bersikap mentang-mentang dalam berinteraksi dengan para murid. Karena itu, ia haruslah seseorang yang mampu mengontrol emosi dengan baik ketika berhadapan dengan mereka.
Dengan demikian seorang guru harus bisa diandalkan oleh murid. Diandalkan dalam hal mendengarkan, membimbing dan mengarahkan mereka dengan baik. Ya, guru seorang pribadi yang terbuka sebagaimana sebuah tong sampah dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Semoga ia, seterusnya, semakin giat berliterasi. Dan semoga pula ketercapaiannya ini dapat mempengaruhi yang lain untuk mengikuti jejaknya. Sehingga dengan demikian generasi mereka (yang ada di NTT, Kupang khususnya) menjadi pegiat literasi yang aktif dan berdampak.
Tabe!