Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasar Baru

8 Agustus 2020   05:31 Diperbarui: 8 Agustus 2020   05:22 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku terbangun kaget. Aku hampir terpental ke luar. Untung kaki kananku menahan laju badanku di daun pintu. Darahku mendesir cepat. Jengkel dibuatnya. Jengkel karena nyaris celaka dan jengkel karena 'jam tidurku' terganggu.

"Bang! Hati-hati, dong!" Bentakku sambil menyeka keringat yang membasahi wajah dan tanganku. Aku juga melap air bening kental yang mengalir dari sudut bibir saking lamanya terlelap. Ia tidak marah. Reaksinya kalem, tapi nyelekit.

"Bisa nggak, nyetir?" Balasnya dari balik kemudi tanpa menoleh padaku.

Aku bagai terkena uppercut maut yang melumpuhkan. Aku mati langkah. Terdiam menyimpan dendam. Aku memang tidak bisa menyetir mobil. Seumur hidupku aku tidak punya niat untuk bisa mengendarai mobil sendiri.

"Ngapain belajar nyetir! Mobil saja tidak punya, kok!" Pikirku demikian. Tapi setelah kejadian itu hati kecilku tersinggung berat. Aku berubah pikiran ingin belajar menyetir mobil. Aku harus bisa menyetir mobil bagaimanapun caranya.

Sejak saat itu aku selalu memohon kepada setiap teman yang kukenal. Mereka yang kebetulan mempunyai mobil untuk mengajariku. Tapi setiap aku memintanya mereka tak pernah menggubris. Rasa sakit semakin bertambah.

Meskipun demikian motivasiku tak menjadi kendor. Ia justru semakin tinggi dan kuat sekali untuk bisa. Aku semakin tertantang untuk menguasai keterampilan satu ini. Keterampilan menyetir mobil. Keterampilan yang dulunya kuanggap tidak penting.

Tanpa malu aku meminta muridku untuk mengajariku. Aku tidak mengintimidasi. Aku hanya memohon kerelaannya mengajariku. Iapun tanpa beban dengan sukarela mengabulkan-melakukannya.

Dan dia mau mengajariku cara berkendara mengendali kemudi. Ia mengajariku menyetir menggunakan mobilnya. Sebuah mobil van Daihatsu Zebra. Itu bakal menjadi pengalaman pertama sekali aku memutar atur stir.

Sepulang sekolah kami berangkat menuju kawasan elit di Kelapa Gading. Villa Gading Permai. Lokasinya hanya berjarak satu kilometer dari sekolah tempatku mengajar kala itu. Waktu itu kawasan tersebut sedang dalam proses pembangunan.

Bangunannya juga masih sedikit. Hanya para tukang yang bersibuk-sibuk bekerja. Jalannya lebar dan mulus. Cocok untuk latihan menggelindingkan mobil. Sangat sesuai untuk belajar menyetir bagi mereka yang nol besar macam aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun