Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Minum Kopi

28 Mei 2020   19:28 Diperbarui: 29 Mei 2020   09:06 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Begitu halaman bersih air juga matang. Kopi pun kuseduh dan kubawa keluar. Duduk rileks di bawah pohon menghirup kopi dan udara pagi yang segar. Sambil menghirup kopi dan udara aku menanti siraman cahaya mentari pagi.

Setelah minum kopi, hirup udara pagi dan mandi cahaya mentari baru aku mandi pagi. Aku bersih-bersih diri di kamar mandi. Mengganti pakaian baru aku berangkat kerja. Itu rutinitasku. Siklus hidup yang selalu dan senantiasa kulalui. Tak berubah hingga entah kapan.

Hari ini siklusnya berbeda. Berubah. Setelah halaman rapi. Sampah-sampah telah terkumpul di tempat yang biasa. Aku lenyapkan dengan api. Semua tumpukan sampah masih menyala. Aku terasa lelah sekali. Aku mau rehat tapi tidak duduk di bawah pohon. Aku masuk rumah dan istirahat di tempat tidur.

Sambil menuju tempat tidur aku mampir dapur untuk cek air. Tapi belum mendidih. Aku tidak jadi menyeduh kopi. Aku hanya memesan pada istriku supaya tolong dibuatkan kopi kalau airnya sudah mendidih. Matang. Kalau kopi sudah siap, tolong juga aku dibangunkan.

Aku duduk di bibir ranjang. Sekali lagi kupesan: "Ma, jangan lupa buatkan kopi trus bangunkan kalau sudah siap!" Aku memanjangkan badan dan tidur. Aku mendengar sayup suara istriku menjawab: "Iya, Pa!" Aku terlelap.

Di dalam tidur aku melihat jelas api dari tumpukan sampah masih menyala. Istriku telah selesai menyeduh kopi. Ia meletakkannya di atas meja yang biasa. Aku juga menyaksikan dia datang ke arahku dan membangunkan.

Aku hanya diam. Aku tak bereaksi, dia panik. Anak-anak dipanggil berdatangan. Mereka menangis di depanku. Aku tak menggubris. Karena itu hanya tubuhku yang membujur. Aku telah kembali ke rumahku yang sesungguhnya.
 

Cerpen ini kudedikasikan untuk mengenang almarhum Papa Thobias Djami.
       

Tilong-Kupang, NTT
Kamis, 28 Mei 2020 (20.02 wita)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun