"Bangun, Pian! Keluar sana cuci muka terus lari keliling lapangan biar hilang kantukmu."
Ehh? Setengah ngelindur aku berdiri. Sekilas kulihat penghapus karet tergeletak di mejaku. Rupanya benda ini yang tadi membuat keningku sakit. Aku pun keluar sambil diiringi tawa seisi kelas. Ah, sungguh super sialan.
***
Sekarang aku benar-benar lapar. Tapi mending juga lapar seperti ini darpada harus makan bekal. Sadar diri tak punya uang saku untuk jajan, aku pun balik lagi ke dalam kelas. Memutuskan untuk melanjutkan mimpi nasi goreng yang tadi.
Lima belas menit kemudian kelas mulai gaduh. Anak-anak ribut tentang guru pengganti. Berdasarkan cerita yang kudengar, katanya gurunya baru lulus kuliah. Entah apa bedanya guru baru dengan guru lama. Kok, seisi kelas jadi ribut seperti ini.
"Selamat siang, anak-anak."
Sebuah suara halus seperti menghipnotis seisi kelas untuk diam. Serentak kami menjawab sambil menoleh ke pintu masuk kelas. Dan di sana, telah berdiri sebuah keajaiban. Hasil ciptaan Tuhan yang membuat panas dan lapar di siang hari jadi menguap.
Guru cantik itu tersenyum sambil mengedarkan pandangan ke seluruh isi kelas. Wangi parfumnya yang lembut kentara sekali di tengah bau keringat dan kaus kaki basah.
"Saya guru pengganti untuk hari ini." Demikian ibu guru cantik itu memperkenalkan diri.
Menjadi guru pengganti untuk satu tahun juga aku tidak keberatan sama sekali. Bagi kami, para jomlo di SMK kelas X ini, kehadiran sang guru pengganti bagai oase di tengah panasnya kelas bengkel. Sangat menyejukkan. Dan tentu saja membuat semangat belajar naik drastis, melebihi tingginya bangunan Monas.
***