Mohon tunggu...
Yola Widya
Yola Widya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penyuka kuliner dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Trisno, Sang Jawara yang Membangun Wisata di Desa Menari

28 Oktober 2023   14:57 Diperbarui: 28 Oktober 2023   16:37 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau boleh saya jujur, pemilihan nama untuk brand sebuah usaha memang sangat penting. Nama yang unik, menarik, sekaligus dapat mewakili sebuah produk atau nama tempat secara keseluruhan. Seperti di dekat rumah saya ada tempat yang notabene warganya pembuat tahu, juga ada tempat yang warganya khusus membuat tempe, ditambah juga ada tempat yang khusus produksi tas. Jadi lahirlah brand yang mewakili tempat-tempat itu, seperti blok tahu, blok tempe, dan blok tas. Walaupun singkat, semua orang langsung paham tempat tersebut membuat produk seperti apa.

Demikian pula dengan Desa Menari, brand yang diciptakan oleh Trisno untuk desanya. Saya saja langsung paham apabila di desa tersebut andalan wisatanya adalah kesenian berupa tari-tarian. Pemilihan brand untuk Dusun Tanon, Semarang, oleh Trisno ini tidak main-main. Memang sejak zaman dahulu di Dusun Tanon ini jiwa seni warganya sangat tinggi, terutama dalam hal seni menari. Warga dusun ini dari anak kecil hingga dewasa memang senang menari. Karena hal ini pula, Trisno memiliki ide untuk menjadikan Dusun Tanon sebagai Desa Wisata.

Sebuah pemikiran yang cerdas, memanfaatkan keunikan daerah untuk menarik wisatawan datang. Karena sebenarnya di Indonesia itu tiap tempat punya nilai lebih tersendiri. Negara kita kaya akan budaya dan alamnya sangat indah. Tinggal ada kesadaran serta kemauan dari putra daerah untuk mengembangkan daerahnya masing-masing. Seperti kemarin, baru saja saya mengunjungi sebuah tempat wisata.

Konsepnya sangat menarik, sungai yang membelah lahan pertanian dijadikan wisata air dengan menggunakan perahu. Kebun juga dimanfaatkan agar pengunjung bisa ikut memetik buah dan sayuran. Ada juga kolam ikan pembibitan dimana pengunjung bisa ikut memberi makan. Kemudian ada saung-saung untuk tempat mengaso bersama teman dan keluarga. Tidak lupa juga ada warung-warung yang menjual berbagai makanan dan minuman. Semua konsep wisata tersebut ternyata hasil KKN mahasiswa sebuah perguruan tinggi bertahun lalu. Alhasil, desa itu sekarang menjadi tempat wisata yang cukup menghasilkan bagi para penduduknya.

Desa Menari, Desa Tanon, Semarang

Trisno, pria kelahiran 12 Oktober 1981 ini berasal dari sebuah desa miskin. Saking miskinnya sampai tak ada yang mau menikah dengan warga asal Dusun Tanon. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan peternak sapi perah. Hal ini pula yang menjadi penyebab rendahnya kesadaran akan pendidikan. Trisno waktu itu orang pertama yang memiliki gelar sarjana. Menyadari hal ini, Trisno ingin memajukan desanya. Ia pun mencetuskan ide desa wisata yang tentu saja pada awalnya banyak yang meragukan. Namun, Trisno pantang menyerah, ia melakukan beberapa hal berikut ini agar impiannya terwujud.

  • Membuat brand Desa Menari untuk menarik wisatawan
  • Mengajak mahasiswa untuk mengajari warga Bahasa Inggris
  • Mengajari warga untuk menjadi pemandu

Alhasil, warga pun percaya pada Trisno ketika pengunjung mulai berdatangan dan Desa Menari menghasilkan uang darinya. Trisno makin bersemangat, ia dan penduduk menyajikan berbagai kesenian untuk menghibur wisatawan. Mereka menyajikan tari topeng ayu, kuda debog, kuda kiprah, dan warok kreasi. Sedangkan permainan tradisionalnya berupa toya gila, tangga manusia, pipa bocor, dan serok mancung.

Selain disuguhi berbagai kesenian, para wisatawan juga dipersilahkan untuk menginap di rumah warga dan mengikuti berbagai aktivitas. Mereka juga akan dipandu menikmati keindahan dan kesejukan alam pedesaan dengan berjalan kaki menjelajahi lereng Telomoyo, mengunjungi Prasasti Ngrawan, dan air terjun.

Beberapa Keuntungan Desa Menari Bagi Warga Dusun Tanon

Karena sering berinteraksi dengan pengunjung, pola pikir penduduk pun mulai berubah jadi lebih terbuka. Terlebih lagi penghasilan yang didapat dari Desa Menari dapat memajukan Dusun Tanon. Mereka membangun jalan desa, membuat toilet-toilet umum, membeli peralatan, bahkan warga dapat melakukan studi banding dari dana tersebut. Dampak positif desa wisata terlihat jelas bagi kemajuan Dusun Tanon, seperti halnya berikut ini :

  • Pendapatan penduduk bertambah karena mereka bisa menjual berbagai hasil perkebunan dan peternakan
  • Kesadaran akan pendidikan meningkat
  • Dusun Tanon jadi dikenal luas oleh masyarakat

Keinginan Trisno untuk memajukan desanya tercapai sudah. Ia sangat berharap para pemuda tidak lagi mencari pekerjaan di luar desa. Dengan adanya Desa Menari, lahan pekerjaan di Dusun Tanon pun tersedia. Hal inilah yang menjadi tujuan Trisno membangun desa wisata, untuk meningkatkan pendapatan warga di desa.

Kiprah pemuda di daerah ini berhasil mengantarkannya jadi penerima penghargaan Astra SATU Indonesia Awards 2015 kategori lingkungan. Aksi Trisno seharusnya dapat dicontoh dan jadi inspirasi bagi semua orang, terutama kaum muda. Memang yang paling baik membangun daerah adalah putra daerah itu sendiri. Maju terus Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun