"Saya sampai mencari murid ke pasar-pasar ...." Pak Farid menceritakan betapa awalnya ia kesulitan mendapatkan murid. Saking sulitnya mendapatkan murid ia sampai menulis di dream book agar bisa masuk Kick Andy, biar viral dan dikenal oleh masyarakat.
Karena target beliau ini anak-anak yang tidak mampu, jadi soal biaya sekolah juga dipermudah. Siswa yang tidak mampu boleh membayar dengan sayuran. Ada juga siswa yang membayar dengan lauk pauk. Sayuran yang dibawa anak-anak itu nantinya dimasak untuk menu makan mereka. Bukan hanya sekolah yang dibayar dengan sayuran, para guru juga ternyata awalnya digaji dengan sayuran.
Konsep Pengajaran Mirip Pesantren
Karena Sekolah Alam yang dipimpinnya mengusung konsep mirip pesantren, para siswa jadinya wajib menginap. Setiap Sabtu dan Minggu anak-anak boleh pulang ke rumah. Mereka kembali ke sekolah sambil membawa sayuran yang nantinya diolah jadi menu makanan.
Menariknya, Pak Farid berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris dengan anak-anak. Walaupun bayar sekolah dengan sayuran, kurikulumnya ternyata tidak sembarangan. Setiap siswa diwajibkan mengikuti tiga camp, yakni english camp, tahfidz camp, dan kitab kuning camp. Kakak kelas juga wajib jadi mentor, wajib jadi penyampai materi. Hal ini ditujukan agar anak-anak memiliki public speaking yang bagus.
Demikian pula dengan pendidikan iman dan akhlak, Bapak Farid menanamkan kebiasaan salat 5 waktu dan salat duha. Pendidikan agama menjadi salah satu unggulan Sekolah Alam Banyuwangi Islamic School ini. Aktivitas para siswa itu full day, dimulai pukul 2 dini hari untuk salat tahajud, salat subuh, salat duha, barulah pembelajaran dimulai.
Para siswa juga dibebaskan untuk belajar di mana saja, tidak harus di dalam aula. Siswa memiliki kelompok yang terdiri dari 10 orang anak. Para siswa juga sering melakukan outbond dan tadabbur alam. Selain itu juga mereka dididik agar jiwa enterpreneurship-nya tumbuh. Tak ketinggalan multimedia dan bahasa juga harus dikuasai.
Astra SATU Indonesia Awards 2010
Awalnya Bapak Farid tidak tahu telah didaftarkan di Astra Awards. Beliau baru tahu setelah masuk nominasi 20 besar. Ternyata diam-diam Bapak Farid didaftarkan oleh salah satu wartawan media. Tidak disangka beliau mengalahkan para kandidat lain dan memenangkan nominasi penerima Astra SATU Indonesia Awards di bidang pendidikan. Walhasil, hadiah 40 juta ia gunakan untuk keperluan sekolah. Bapak Farid juga diundang Astra untuk memberikan training sekaligus berbagi pengalaman ke seluruh Indonesia. Berkat jadi pemenang juga mimpi beliau jadi kenyataan. Akhirnya, Bapak Farid diundang juga ke acara Kick Andy.
Pendidikan anak bagi saya adalah nomor satu. Karena itu pula saya sering prihatin dengan kenyataan banyaknya anak yang putus sekolah. Apalagi putus sekolahnya itu karena harus membantu ekonomi keluarga. Tapi melihat perhatian pemerintah terhadap pendidikan saya yakin masalah ini dapat diatasi. Terbukti dari anggaran untuk pendidikan yang selalu ditambah setiap tahunnya. Orang-orang seperti Bapak Farid juga pasti banyak di luar sana. Saya yakin apabila kita bergerak bersama, ikut bertanggungjawab, masalah anak putus sekolah karena faktor ekonomi ini dapat diatasi. Masalah pendidikan itu tanggung jawab kita bersama demi masa depan gemilang anak-anak tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H