Sekarang giliran Maya yang tertegun. Ia memandang Bara dengan tatapan sendu. "Maksudmu?"
"Kita kembali ke titik nol. Jangan ada curiga lagi. Saling mendengarkan dan memahami seperti dulu lagi."
Maya menunduk, hatinya masih pedih. "Jangan marah padaku," ucapnya lagi.
Bara mempererat pelukannya. "Aku yang bersalah menyakiti cintamu. Maafkan, seharusnya aku tak berhak marah padamu. Maukah kamu memberi kesempatan untuk mendengarkan aku? Kita saling mendengar dan memahami lagi seperti dulu."
Maya ragu apa ia bisa. Sedangkan lukanya begitu menganga. Tapi tatapan mata Bara meluluhkan hatinya. Ah, ia memang sangat mencintai pria di hadapannya ini. Cinta itulah yang selalu membuatnya lemah. Memaafkan berkali-kali. Seperti kali ini, ia pun ingin mencoba kembali ke masa itu. Ketika tak ada luka di antara mereka.
Samar-samar terdengar suara roda melindas rel. Maya ketinggalan kereta ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H