Mohon tunggu...
Pendidikan

Seriuslah Menyambut Revolusi Industri 4.0, Hai Mahasiswa!

15 Februari 2019   09:26 Diperbarui: 15 Februari 2019   10:24 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawan,
Apa yang kita lihat, temui, pikirkan, serta rasakan sangatlah berbeda dengan ketika zaman nenek moyang dulu. Segala sesuatu berpindah dengan cepat. Segalanya mentuhankan kecepatan dan  kualitas. Tanpa meraba biaya, tanpa melihat resiko, tanpa mendengar tangisan.


"Peduli apa dengan kelangsungan hidup tetangga?
Jika itu memaksa meronggoh kocek lebih dalam.
Peduli apa dengan demo besar - besaran  protes PHK?
Jika dengan kebijakan itu membuat laba perusahaan menipis.
Peduli apa dengan ancaman pemerintah hendak menutup pabrik bila tak memperkerjakan manusia didalamnya?"
Jika ada mesin penggerak otomatis yang tak perlu upah bulanan, uang makan, tak perlu THR, tak perlu pesangon.

" Toh semua bisa diatur ". Pemikiran seperti yang telah saya ucapkan tadi lah yang hinggap di benak perusahaan.
Memang mereka benar di dalam hal ini. Setiap perusahaan pasti ingin mendapatkan profit sebesar - besarnya dengan biaya sekecil-kecilnya. Mereka tak dapat disalahkan.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya teknologi telah berhasil membawa kita dalam keadaan terancam

Mungkin anda dapat berkata
 " tidak semua negative lebih banyak positive". Baiklah anda semuanya benar. Maka dari itu saat ini saya menggaris bawahi kata baru yaitu lapangan kerja. 

Lapangan kerja  berkaitan erat dengan persaingan, kecerdasan dan keterampilan.
Disaat semua manusia terlena dengan adanya kemudahan kemudahan robotik maupun signal. Disaat yang bersamaan pula, mereka menyadari bahwa mereka TELAH TERGUSUR. Dimana-mana terdapat vending machine yang menyediakan soft drink bahkan alat komunikasi dan kendaraan di dalamnya. Profesi manusia sebagai penjaga toko telah tergantikan. Atau penjaga tiket masuk yang telah sungguh dipaksa PHK karena adanya e parking. Bukti lain ialah telah menghilangnya pak pos yang mengantar surat tiap pagi. Entah bagaimana nasib mereka sekarang.


Kejam bukan?
Maka disini, saya tekankan kepada anda para mahasiswa yang pasti mengharapkan pekerjaan dengan berbagai impian meng-awan. Anda tidak akan mendapat pekerjaan jika anda masih seperti ini! Sekali lagi saya katakan, anda tidak akan mendapat pekerjaan jika masih seperti ini!
Anda mungkin berkata " saya punya (misal) embel S.E di belakang nama saya, saya akan dapat pekerjaan minimal teller bank"

Saya katakan lagi, teller bank sudah digantikan oleh mesin ATM. Walaupun belum semua bagian diambil ATM tetapi perhitungkanlah berapa gaji yang diterima oleh seorang teller jika 1/2 pekerjaannya telah diambil alih?


Maka dari itu sangat baiklah kita mengintrospeksi diri dan mulai bergerak melakukan pembekalan-pembekalan untuk menghadapi mesin-mesin tersebut.
Dimulai dengan kuasailah bahasa asing minimal 2, dengan bahasa Inggris telah menjadi makanan pokok. Mengapa saya katakan 2? Karena dengan bahasa Inggris saja para teller masih bisa digantikan, apalagi jika tidak sama sekali?


Lalu mulailah dengan membuat gambar gila atau gagasan gila yang pasti dikatai "gila" oleh orang lain. Kenapa? Karena yang biasa sudah terlalu berlimpah ruah di masyarakat, dan lagi tertindas dengan mereka yang berinovasi tinggi.
Mulailah dengan memperhatikan sekelilingmu! Ada banyak sekali peluang untuk memulai usaha. Jack Ma pernah berkata " peluang akan ada disaat orang lain mengeluh". Maka, jangan pernah mengeluh! Tapi jadilah orang yang menghapus segala keluhan orang orang itu.

Atau masih adakah yang belum bangun? HEI, bangun dan kejarlah ketertinggalannmu !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun