Mohon tunggu...
YOLANSI HENDRIKUS MOAR
YOLANSI HENDRIKUS MOAR Mohon Tunggu... Peternak - Pecinta Alam

Petani yang senang menulis, ingin hidup bersosialisasi dan berorganisasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

RT yang Tidak Dipilih Masyarakat

17 Oktober 2021   07:54 Diperbarui: 17 Oktober 2021   07:58 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kita ketahui, berapa tahun lama masa jabatan dari ketua Rukun Tetangga (RT)? Siapa yang memilih ketua RT?

 Idealnya lama masa jabatan RT adalah sampai 5 tahun, sesuai dengan masa jabatan yang berlaku bagi semua tingkatan Pemerintahan pada umumnya. 

Hal yang berbeda terjadi di Mahima- Kelurahan Wangkung - Kecamatan Reok- Kabupaten Manggarai-NTT. Di kampung Mahima sendiri memiliki dua ketua RT yakni RT 019 dan RT 020. Masa jabatan RT di kampung ini sangat lama yaitu sampai sepuluh tahun lebih.

Di Mahima, pergantian RT itu tidak sulit, karena RTnya berada dalam satu lingkaran Keluraga. Tidak hanya itu, di kampung ini jabatan RT adalah warisan, artinya jika bapak pernah jadi RT dan sewaktu-waktu berhenti dari jabatannya, secara otomatis jabatan itu akan diwariskan kepada anaknya. Seperti politik dinasti saja. Ya, begitulah yang sudah terjadi dari dulu hinggah sekarang.

DiMahima, yang memilih dan menentukan RT adalah bukan Masyarakat. Lalu, Siapayang memilih RTnya?

 Mungkin, di Desa atau Kelurahn lain pergantian jabatan ketua RT itu harus melalui pemilihan dalam musyawarah masyarakat setempat dan ditetapkan oleh  pemerintah Desa atau Kelurahan. Akan tetapi, yang terjadi di Mahima itu berbeda.

 Di Mahima, yang menentukan Ketua RT adalah tu'a-tu'a adat. Kemudian, nama-nama yang ditentukan dimuatkan dalam berita acara, lalu diantarkan ke Kelurahan. Padahal sejatinya, yang memilih RT adalah Masyarakat. Sehinggah, bagi Masyarakat Mahima pemilihan RT hanyalah mimpi semata,  dan sampai sekarang mimpi itu belum bisa terwujud. 

Faktanya, di Mahima yang menjadi RT adalah orang-orang yang termasuk dalam jajaran Tu'a adat. Sehinggah yang terjadi adalah yang menjadi ketua RT adalah tu'a-tu'a adat itu sendiri. 

Berdasarkan hal di atas, di kampung Mahima tidak ada ketua RT yang dipilih oleh Masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan, ketua RT ditentukan oleh tu'a-tu'a adat yang dalam kebiasaan sosial budaya Masyarakat Mahima, keputusan Tu'a adat itu tidak dapat diganggu gugat. Sehinggah tidak heran, jika tidak ada ketua RT yang dipilih lansung oleh Masyarakat setempat.   

Inilah yang terjadi di kampung Mahima. Jika bapak sebagai Tu'a adat dan rangkap menjabat sebagai RT, sewaktu-waktu berhenti dari jabatan RT, maka Anaknya yang melanjutkan jabatan RT tersebut, sekalipun dari faktor usia dan kemampuan anaknya tidak layak untuk menjadi seorang RT.

Dari fakta yang terjadi diatas, sehinggah sampai dengan hari ini Masyarakat Mahima tidak pernah memberikan sedikitpun rasa hormat kepada ketua RTnya. Karena keberadaan RT ini tidak diakui oloh Masyarakat, sehinggah di Mahima kerap kali Masyarakat membentak, mencaci maki ketua RT/RW.

Begitulah yang terjadi di kampung Mahima dari dulu hinggah sekarang. Masa jabatan RT selamanya, sejauh orangnya masih mau menjabat, dan akan berakhir jika orangnya tidak mau, lalu jabatannya RT dilanjutkan oleh anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun