Di balik keindahan serta kekayaan potensi yang dimiliki oleh Desa Rembul, ternyata desa ini memiliki beberapa permasalahan yang masih menjadi persoalan yang cukup serius dari tahun ke tahun. Di antaranya adalah serangan ulat bawang pada tanaman bawang merah.Â
Ulat bawang yang memiliki nama ilmiah Spodoptera exigua merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman utama yang umumnya merusak tanaman bawang merah. Ulat bawang atau yang biasa disebut ulat grayak merupakan larva dari Spodoptera exigua L.Â
Saat masih muda, larva ini berwarna hijau muda dan nantinya ketika sudah tua larva ini akan berwarna hijau kecoklatan gelap yang disertai dengan garis yang kekuning-kuningan.Â
Ulat bawang ini sangat aktif pada saat malam hari dan bisa menghabisi tanaman dalam waktu satu malam. Hal ini bisa menyebabkan menurunnya hasil produksi bawang merah. Anggota kelompok tani Prima Tani pun mengiyakan pernyataan tersebut.
Dari penjelasan permasalahan di atas, maka mahasiswa KKN IPB berinisiatif untuk melakukan upaya pencegahan serta pengendalian ulat bawang dengan tanpa menggunakan insektisida yang sudah pasti banyak menggunakan bahan kimia.Â
Inovasi yang diciptakan mahasiswa KKN IPB, yaitu dengan membuat perangkap cahaya atau light trap dengan menggunakan sumber tegangan dari panel surya dan baterai.Â
Lampu yang digunakan pun berupa lampu LED yang dirasa cukup efektif dan ekonomis karena berdaya rendah dan memiliki spektrum warna yang sesuai untuk pengendalian hama. Ide ini dirasa banyak memiliki sisi yang menguntungkan karena dianggap aman bagi lingkungan serta pemasangannya yang aman dan juga mudah.Â
Sebagai metode untuk mengendalikan hama pada tanaman bawang, keunggulan dari pemasangan perangkap cahaya ini diantaranya menekan populasi berkembangnya hama, karena mekanisme light trap ini memerangkap terutama ngengat atau imagonya (Suyatno et.al, 2022).Â
Secara ekonomis lebih efisien dibandingkan jika harus membeli pestisida. Keuntungan lain yang didapat dari penggunaan alat ini adalah dengan cakupan cahaya untuk lampu yang berukuran 3 watt sudah mampu menyebarkan cahaya sejauh 10 meter.Â
Pada bagian bawah dari light trap tersebut ditempatkan wadah yang berisi cairan yang nantinya akan menjebak hama tersebut. Cairan tersebut biasanya adalah air sabun.
Pembuatan light trap ini memerlukan beberapa peralatan seperti solder, palu, korek api, dan cutter. Sedangkan ntuk bahan baku utamanya, yaitu panel surya 6V 1W (DIY Mini Solar Panel 6V/1W), baterai (8000mAh), lampu LED (5W), transistor D882, resistor (1Ω), dioda (1A), kabel, sabun pencuci piring, toples, dan baskom.Â
Adapun bahan-bahan lain yang digunakan yaitu timah, paku, lem bakar, bambu, kabel ties, dan lakban. Lighy trap ini diaplikasikan di lahan milik salah satu anggota Kelompok Tani 'Prima Tani'.Â
Penerapan perangkap cahaya di lahan seluas 1 ha dipasang 4 titik lampu dengan jarak pemasangan 20 m x 15 m. Waktu pemasangan dan penyalaan lampu 1 minggu sebelum tanam sampai dengan menjelang panen (60 hari).
Lampu akan menyala secara otomatis ketika sinar matahari sudah tidak ada dan akan mati pada saat matahari muncul. Tinggi pemasangan lampu antara 10-15 cm di atas bak perangkap, sedangkan mulut bak perangkap tidak boleh lebih dari 40 cm di atas pucuk tanaman.
Ide inovasi cemerlang dari mahasiswa KKN IPB di Tegal ini mengantarkan pada 10 besar ide ter-inovatif saat penutupan kegiatan KKN di Bappeda Tegal. Waah, hebat bukan? Semoga ide tersebut dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan oleh para petani di Tegal, utamanya petani bawang di Desa Rembul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H