Mohon tunggu...
yolanda ariska puspitasari
yolanda ariska puspitasari Mohon Tunggu... -

akku adalah akku yang apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menganalisa Teori Pembelajaran

23 Oktober 2011   10:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:36 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan belajar dimana di dalamnya terdapat kaitan / relasi erat antar komponen-komponennya, seperti: interaksi aktif guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran hingga diperoleh keberhasilan pencapaian tujuan dan perubahan baik dalam diri peserta didik. Teori pembelajaran hadir untuk membantu melandasi action guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar mengasilkan output yang berkualitas. Namun, kesemua teori pembelajaran yang dikemukakan banyak tokoh tidak ada yang terbaik. Istilah terbaik akan dicapai jika teori tersebut diterapkan secara tepat guna dalam pembelajaran, artinya teori tersebut tepat digunakan sesuai konteks, kebutuhan, dan keadaan peserta didik dalam pembelajaran. Berikut analisa beberapa teori pembelajaran:

Behaviorisme, merujuk pada penekanan hubungan stimulus-respon yang memposisikan peserta didik sebagai individu pasif. Hasil belajar dapat diamati secara konkret dengan melihat tingkah laku yang ditimbulkan dari interaksi stimulus-respon. Kerangka behavioristik yang diterapkan pendidik dalam merencanakan kurikulum diimplementasikan dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian kecil yang disusun secara hirarki. Namun, teori ini dianggap belum mampu mengorganisasikan struktur situasi belajar yang kompleks. Variabel yang banyak mempengaruhi belajar diabaikan dan hanya berkutat pada konsentrasi pemberian hubungan stimulus-respon.

Pembelajaran dengan iklim behaviorisme, hanya melibatkan aspek fisik saja tanpa memperhatikan aspek mental seperti: pikiran, perasaan, minat, bakat, keterampilan, dll. Dengan demikian, pembelajaran hanyalah berupa aktivitas transfer pengetahuan dari pendidik pada peserta didiknya, tanpa melibatkan eksplorasi aktif dan mandiri oleh peserta didik sehingga mereka cenderung akan berfikir linear, konvergen, tidak kreatif, tidak imajinatif, dan tidak produktif.

Kognitivisme, merujuk pada proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Proses belajar diartikan sebagai proses yang melibatkan aspek mental atau psikis dalam diri individu sebagai hasil interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, pengalaman, tingkah laku, keterampilan, dan nilai sikap. Teori ini menerjemahkan belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak melulu berupa perubahan tingkah laku yang diamati dengan asumsi dasar yang mengkodekan bahwa tiap individu telah memiliki struktur kognitif. Sehingga suatu pembelajaran yang baik dapat dilangsungkan dengan mengolah konsep yang telah ada dalam struktur kognitif individu dan mengadaptasikannya dengan pengetahuan baru yang diterimanya.

Konstruktivisme, merujuk pada proses belajar yang diperoleh dari pengkonstrukan pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik. Guru dalam pembelajaran hanya berperan sebagai fasilitator yang diharuskan mampu memberi pengalaman yang nyata bagi peserta didik. Kemudian dengan kemandiriannya, peserta didik akan mengkonstruk pengetahuannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna bagi dirinya.

Humanism, merujuk pada proses belajar yang “memanusiakan manusia”, artinya pembelajaran yang berlangsung ditujukan agar potensi individual yang dimiliki peserta didik dapat berkembang optimal dalam berbagai ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Pendidik memposisikan peserta didik sebagai subyek yang mandiri dan aktif belajar agar supaya dalam diri peserta didik tercipta aktualisasi diri dan perolehan pengakuan dari anggota masyarakat lain.

Dari penjabaran analisa di atas, diperoleh bahwa teori pembelajaran dari masa ke masa selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Teori tersebut bersifat relatif, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, dan teori-teori tersebut tidak dapat berjalan sendiri tanpa pengaruh teori lain. Inilah yang menjadi tantangan bagi pendidik untuk dapat mengoptimalkan pembelajarannya dengan menelaah dan menggunakan teori-teori yang ada sebagai landasan pembelajaran secara tepat keefektifannya sesuai konteks, kebutuhan dan kondisi peserta didiknya guna mencapai kebermaknaan hasil pembelajaran yang maksimal dengan output berupa tenaga intelektual yang berkualitas. Buktikan MerahMu pendidik Indonesia ^^/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun