Anak adalah anugrah bagi kita semua, Tanggung jawab besar berada di pundak orang tua yang mempunyai anak. Setiap orang tua senantiasa memiliki kewajiban terhadap anak. Mulai baru lahir hingga beranjak dewasa. Sepanjang kurun waktu tersebut, orang tua harus merawat dan memerhatikan kebutuhan anak, mulai kebutuhan primer, sekunder, bahkan tersier. Para orang tua juga perlu memberikan nilai-nilai kebaikan pada diri sang anak.
Anak sudah seharusnya dibesarkan dengan penuh kasih sayang agar kedepannya sang anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik lagi, Pertumbuhan anak dipengaruhi dari cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya.Â
Apakah menjadi pribadi yang baik atau yang buruk, Â namun faktanya tidak semua anak dapat merasakan kasih saying tersebut. Banyak anak diluar sana yang terlahir dan tumbuh dengan rasa trauma mereka. Kekerasan pada anak, itulah kenyataan yang terjadi.Â
Seolah masalah ini tak pernah berhenti terjadi. Padahal ini adalah isu yang cukup serius dalam masyarakat. Semua orang tua juga pasti inginkan yang terbaik untuk anaknya namun tanpa disadari cara mendidik mereka dapat menyebabkan kekerasan pada anak Kekerasan pada anak bukan hanya meliputi kekerasan fisik atau pelecehan seksual, tapi bisa lebih dari itu. sesuatu yang lumrah terjadi, anak sering dianggap sebagai komunitas dan hak milik orang tua.Â
Maka dari itu hal ini dapat menyebabkan para orang tua merasa bahwa orang tua memiliki kekuasaan untuk mendidik anaknya dengan cara yang kurang baik atau malah cenderung abusive karena mereka beranggapan bahwa itu anak mereka yang dapat mereka didik sesukanya. Kekeliruan lain yang terjadi di kalangan orang tua adalah mereka menganggap anak mereka sebagai orang dewasa mini yang dimana dianggap memiliki kekuatan dan kapasitas sama dengan orang dewasa , sehingga mereka dapat memperlakukannya dengan kuat dan benturan yang keras.Â
Padahal anak itu sangat rapuh sekali fisik dan jiwanya, cara mendidik anak dengan kekerasan dan benturan dapat membuat anak itu sendiri menjadi anak yang penuh perlawanan dan pemberontak. pedidikan parenting pada orang tua serta kesiapan mental akan menjadi orang tua adalah dua hal yang memperngaruhi cara mereka mendidik seorang anak
Seto Mulyadi, psikolog anak dan Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak, mengatakan bahwa jumlah kekerasan terhadap anak di Indonesia, dibandingkan dengan negara lain, semisal Inggris, tergolong cukup rendah. Tetapi ini tidak menunjukkan kenyataan sesungguhnya.
"Di Inggris, orang sudah sadar melaporkan kekerasan terhadap anak, dan kasus-kasus itu tidak akan terlupakan. Di Indonesia memang jumlahnya lebih sedikit, tetapi mungkin faktanya lebih tinggi, karena banyak yang tidak berani mengungkap atau melapor, dan jika ada kasus, hebohnya hanya beberapa hari setelah itu hilang Karena, orang tidak peduli dan masih banyak orang menganggap melakukan kekerasan terhadap anak adalah hal lumrah. Ketika saya melakukan seminar-seminar ke berbagai daerah, banyak yang mengatakan kepada saya bahwa anak-anak ditempeleng dan dijewer itu biasa. Itu tidak benar, bahwa kekerasan pada anak adalah cara untuk mendisiplinkan anak," papar Seto.Â
Hal ini yang dikarenakan masyarakat menjadikan paradigma yang salah itu adalah sesuatu yang lumrah terjadi, anak sering dianggap sebagai komunitas dan hak milik orang tua.Â
Maka dari itu hal ini dapat menyebabkan para orang tua merasa bahwa orang tua memiliki kekuasaan untuk mendidik anaknya dengan cara yang kurang baik atau malah cenderung abusive karena mereka beranggapan bahwa itu anak mereka yang dapat mereka didik sesukanya.Â
Kekeliruan lain yang terjadi di kalangan orang tua adalah mereka menganggap anak mereka sebagai orang dewasa mini yang dimana dianggap memiliki kekuatan dan kapasitas sama dengan orang dewasa , sehingga mereka dapat memperlakukannya dengan kuat dan benturan yang keras.Â