Mohon tunggu...
yolaagne
yolaagne Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Jurnalistik

sorak-sorai isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasib si Mata Empat Kala Hujan

3 Mei 2021   10:12 Diperbarui: 3 Mei 2021   10:41 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang perempuan keluar dari ruangan sekretariat UKM Lembaga Pers Mahasiswa bergegas memakai sepatunya, bersiap untuk pulang. Ia melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 19.00, hari ini ia pulang lebih lambat dari biasanya. Hujan berserta angin menahannya beranjak dari ruangan keredaksian yang sesak aroma kopi.

Di sela-sela hujan deras terdengar samar suara azan dari masjid kampus. Perempuan itu mempercepat langkah kakinya menuju motor, sedang hujan masih turun. Karena terburu-buru ia tak sempat memakai helm ataupun masker. Mesin motor ia nyalakan, ban mulai menggesek aspal yang basah.

Sorot lampu motor menerangi jalan. Terlihat juga butiran-butiran hujan di antara cahaya lampu motor. Perempuan berkaca mata itu mengendarai motornya dengan penuh kehati-hatian. 

Kaca matanya dipenuhi air dan juga banyak warna. Bias cahaya lampu motor, mobil, pertokoan, dan lampu jalan membuat warna pelangi di kedua matanya. Ada cahaya kuning dari kendaraan berlawanan arah dan ada juga cahaya merah dari kendaraan yang sedang berhenti karena macet. Semua cahaya jadi satu dalam pandangannya, seperti bola cermin yang terdiri dari ribuan faset hingga menghasilkan banyak warna.

Matanya mulai sulit melihat jelas arah jalan, wajah dan badannya mulai basah oleh hujan. Beberapa kali jarinya menyingkirkan air hujan dari kaca mata yang terus penuh oleh tetesan hujan. Perempuan itu mulai mencari cara lain agar dapat tetap melihat dengan jelas. Kemudian ia menurunkan kaca matanya ke hidung, lalu menyeka air hujan yang sedari tadi membuat penglihatannya tidak jelas. "Ah, sekarang lebih baik." Ujarnya dalam hati.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Mata rabunnya mulai perih dan penglihatannya semakin kabur. Minus dua di mata membuat pandangannya buram melihat mobil, jalan, dan orang. 

"Ah, ini sama saja." gerutunya lagi. ia naik-turunkan kaca matanya mencari mana yang bisa membuat matanya lebih nyaman melihat di tengah hujan. Hingga setengah perjalanan, matanya masih saja bingung antara lebih baik pakai kaca mata atau tidak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun