Mohon tunggu...
yolaagne
yolaagne Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Jurnalistik

sorak-sorai isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Anak Laki-laki dan Bintang Jatuh

29 Februari 2020   21:21 Diperbarui: 2 Maret 2020   17:25 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dasar bintang pengganggu! Kenapa tak kau pergi saja bermain dengan bintang jatuh lainnya. Biarkan aku mencari sendiri." Karena kesal anak itu mulai tidak khusyuk mencari keadilan. 

"Pulang dan cuci kaki saja, dik. Setiap malam aku melihat penduduk datang membuang keadilan dan tidak hanya sekali mereka datang, lagi dan lagi. semua orang di desa ini sudah membuang keadilan dan kemanusian terkecuali dirimu dik. Orang terakhir yang kulihat di pantai ini adalah ibumu, ia sudah membuang keadilannya demi membawa pulang beberapa bongkah kekayaan."

Anak lelaki itu baru tersadar, bahwa ibunya menolong pendaki dalam perjalanan ke pantai. Tangan yang semula cekatan mencari di tepian pantai mendadak terhenti. Angin berdesir kencang. 

Tubuhnya bergetar hebat, air mata yang menggenang kini tumpah menjadi air laut. Bintang jatuh merasa bersalah telah mengatakan yang sebenarnya. Tapi ia juga kasihan melihat anak lelaki itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun