Imagine future: Robocop & Robojudge
Latar belakang
Di Negara ******* Pada tahun xxxx, 500 tahun sebelum penelitian manusia klorofil sistem pengadilan di salah satu Negara adidaya tersebut menerima pukulan berat. Terjadi krisis kepercayaan masyarakat terhadap pengadilan yang berujung pada tindakan anarkis masal.
Krisis ini dipicu oleh keputusan sidang controversial yang melibatkan pejabat tinggi kepolisian berinisial AJ. Dalam sidang tersebut, AJ merupakan salah satu tersangka dalam kasus peredaran Euphorium, obat terlarang yang membuat penggunanya mengalami euphoria semu selama beberapa jam. Dalam kasus tersebut, AJ diduga menerima suap dari mafia euphorium untuk “melancarkan” bahkan membantu pengedaran obat terlarang tersebut. Hakim memutuskan AJ tidak bersalah dengan alasan tidak cukup bukti. Disisi lain, sebagian besar masyarakat mempunyai pendapat yang berbeda, dan menolak hasil keputusan sidang.
Dua hari setelah keputusan tersebut, Children Platinum, organisasi masyarakat ternama yang bergerak di bidang kesejahteraan anak mengunjungi kantor pengadilan dan kantor kepolisian yang letaknya berdekatan untuk memprotes hasil sidang tersebut. Mereka memprotes bahwa walaupun mereka tidak mengerti soal hukum pidana, mereka yakin bahwa bukti sudah cukup kuat untuk menyeret AJ ke penjara dan menuntut agar sidang diulang dengan hakim yang berbeda. Aksi protes ini disambut dengan gas air mata, hypernoise bomb* (bom bising), dan stink bomb* (bom bau busuk).
–*hypernoise bomb resmi digunakan sebagai alat penertiban lima tahun sebelumnya setelah pihak demonstran, dalam usahanya untuk menangkal gas air mata mengirim orang-orang buta untuk berdemo. Sedangkan stink bomb digunakan dua tahun setelahnya ketika demonstran mengirim orang-orang buta - tuli sebagai antisipasi terhadap gas air mata dan hypernoise bomb.
Aksi “penertiban” yang dilakukan oleh pihak kepolisian ini menyulut kemarahan masyarakat. Sejumlah ormas melakukan aksi anarkis di berbagai wilayah sebagai bentuk protes terhadap polisi dan pengadilan yang dinilai korup.
Presiden dalam upayanya untuk meredam kerusuhan, mengembalikan kepercayaan publik, ditambah niatnya untuk memberantas mafia pengadilan, memberi perintah kepada ahli programmer untuk membuat robot polisi dan robot hakim.
Presiden dalam pidatonya mengatakan, untuk menegakkan supremasi hukum, diperlukan aparat penegak yang bebas dari bias dan pola pikir subjektif. Aparat penegak yang bekerja semata-mata untuk menegakkan hukum, seperti malaikat yang patuh hanya terhadap tuhan. Presiden berpendapat, manusia dengan segala kekurangannya tidak pantas untuk menegakkan hukum. Dibutuhkan suatu kesempurnaan dalam menegakkan hukum, kesempurnaan yang tidak sirna dihadapan uang, jabatan, rasa takut terhadap ancaman, politik dan sebagainya. Mesin, yang memiliki kesempurnaan tersebut dinilai satu-satunya yang pantas untuk menangani masalah hukum karena mesin tidak memiliki emosi, sehingga dapat mengambil keputusan dengan objektivitas tinggi. Presiden juga mengatakan bahwa robot-robot ini hanya digunakan untuk menangani kasus pidana, yang membutuhkan hitam putih. Ketika ditanya, presiden mengaku mendapat inspirasi dari film Robocop yang ditayangkan di era layar dua dimensi (era setelah era layar black & white).
[caption id="attachment_225545" align="aligncenter" width="273" caption="http://www.casinonewsauthority.com/images/robocop.gif"][/caption]
desain
Robocop yang berbentuk android humanoid dilengkapi dengan daftar undang-undang lengkap yang dapat diupdate langsung dari gedung pemerintah secara online sebagai acuan untuk merespon. Ketika berhadapan dengan suatu kejadian, Robocop akan melakukan scanning untuk mengidentifikasi fakta fakta yang ada, lalu mecocokkan fakta-fakta yang didapat dengan undang-undang yang ada sebelum bertindak. Apabila suspicious meter menunjukkan angka 50% atau lebih, seseorang akan dianggap sebagai tersangka dan langsung ditangkap. Fakta yang didapat akan kredibel karena tidak bercampur dengan opini, persepsi pribadi, atau ilusi. Robocop juga dilengkapi X-ray vision untuk mendeteksi fakta-fakta tersembunyi, dan dipersenjatai dengan stun gun, gas air mata, hypernoise bomb, stink bomb, dan senjata laras pendek. Pasukan Robocop berpatroli di daerah yang telah ditentukan ditemani oleh engineer yang siap melakukan reparasi bila terdapat kerusakan.
Selain dilengkapi oleh undang-undang lengkap, robojudge berbeda dengan Robocop. robojudge tidak berbentuk manusia, melainkan sebuah computer yang dilengkapi guilty meter. Dalam persidangan, user yang dipercaya memasukkan dugaan dan fakta dalam kasus, lalu pertanyaan dari jaksa penuntut beserta jawaban dan pembelaan dari pihak tersangka secara real time. Robojudge lalu menganalisis informasi yang didapat dengan bukti-bukti yang ada, mencocokkannya dengan undang-undang yang berlaku, lalu mengukur dengan guilty meter. Apabila guilty meter mencapai lebih dari 95%, maka tersangka diputuskan bersalah. Apabila guilty meter menunjukkan kurang dari 95%, maka robojudge akan menampilkan hasil analisa di layar, beserta alasan mengapa tersangka tidak bersalah. Setelah melihat hasil analisa, jaksa dapat memilih untuk memberi pertanyaan lanjutan kepada tersangka atau selesai. Bila jaksa dan pengacara sudah selesai, maka robojudge akan menampilkan hasil analisa terakhir dalam layar, yang disaksikan pengamat sebagai saksi keputusan sidang.
Pelaksanaan
Walau menuai banyak protes dari pihak polisi karena mengambil pekerjaan mereka, Robocop dan robojudge diterima dengan hangat oleh masyarakat luas. Robocop dan robojudge juga efektif memberikan “rasa takut bertindak kriminal” karena tanpa cela dan tanpa pandang bulu.dalam waktu 3 tahun, kriminalitas menurun dan kepercayaan publik terhadap penegakkan hukum meningkat tajam. rancangan Robocop dan robojudge banyak mendapat perhatian dari pemerintah Negara-negara lain yang mengaku tertarik dengan konsep “keadilan besi” dan ingin mengimplementasikan konsep ini di negaranya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H